Tuliskan Saja Kawan...(SecangkirKopiPahit~2)

Sembari menikmati sebatang kretek filter dan beberapa kali seruputan kopi pahit ini aku bilang ke kawan kongkow-ku malam ini...
"Sebaiknya coba ditulis saja apa yang berkecamuk di kapala sampeyan itu, buah pikiran, renungan dan kontemplasinya itu". Kataku mencoba membujuknya. Lalu kuteruskan dengan beberapa kalimat penekanan dan semangat untuk kadang perlu juga berbagi...
"Saya percaya akan ada manfaat yang bisa dipetik minimal buat kita. Apa yang telah kita tulis itu biar jadi semacam cambuk pengingat terus bagi kita, kamu kan sudah menulisnya toh jalanin dong, seperti kata sampeyan itu bahwa setiap pernyataan dan pengakuan butuh bukti nyata".

"Nggak bisa! Itu sesuatu yang sulit bagi saya. Ketika menuliskan itu potensial muncul rasa takabur, pamer pengetahuan, merasa ini lho aku yang mempunyai pemahaman yang bagus. Nah itu juga...pembuktian itu berat, tuntutan yang tidak main-main". Katanya menimpali.

Dan obrolan pun terus berlanjut dengan saling mengemukakan pendapat seputar pertarungan yang ada di dalam diri kita itu.

Sangat beralasan memang kekhawatiran yang dirasakannya itu bisa benar-benar terjadi. Dan itu menghancurkan niat baik yang sudah ada sebelum memulai pekerjaan itu.

Tetapi ada hal yang juga penting untuk dijadikan pertimbangan adalah bahwa andai saja semua orang menyerah sebelum melakukan sesuatu yang baik karena kekhawatiran yang sejenis itu maka mungkin kita akan kesulitan mendapatkan apa yang kita perlukan karena semua menjadi pendiam.

Ketika aku menuliskan sesuatu pun rasa itu muncul, dan ketakutan tentang ini dan itu juga sama...begitu menghantui. Namun aku biarkan saja itu terjadi sebagai bagian dari perang halus yang terus berkobar dan harus diupayakan untuk dilerai pada keadaan yang menguntungkan.

~SecangkirKopiPahit~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!