Sampai Kapan?
Ibu pertiwi belumlah berhenti menangis Air matanya masih terus bercucuran Berlelehan tak terseka Rona ayunya sirna tersaput kesedihan Duka tak berujung pangkal Hatinya perih luka mendapati anak-anaknya Tak kunjung berhenti bermusuhan Tak kunjung berhenti bersengketa Tentang apa saja Anak-anaknya masih saja seperti dulu Meski telah tumbuh dan beranjak menua Mereka nyatanya belum sekalipun menemui masa dewasanya Dan kepedihan itu semakin mendera-dera luka hatinya Manakala diantara mereka yang Ia harap bijaksana Menjadi guru-guru bangsa Tak lebih kini menjelma bagai Guru Durna Yang dari lidahnya Tersembur kata-kata Bercampuran antara bermakna dan berbisa Dan awampun semakin tercabik Berserak berpecahan Sampai kapan?