Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2017

Perang Shiffin, What Friends Are For (SecangkirKopiPahit~14)

Barangkali memang sudah kehendak zaman bahwa masa kekhalifahan rasyidah, khulafa-al-rasyidin, harus mengakhiri kiprahnya dalam mengatur urusan ummat dan percaturan politik Islam pada masa itu. Kekhalifahan yang dibentuk oleh para sahabat utama Nabi  dengan ijtihad-nya itu harus berganti dengan bentuk kekhalifahan baru hasil ijtihad dari sahabat Nabi yang lainnya pula. Sistim baru itu berupa dinasti kekerabatan dan pewarisan posisi khalifah kepada keluarga atau kaum kerabatnya. Awal mula dari keruntuhan khulafa-al-rasyidin itu adalah konflik yang berkepanjangan antara khalifah Ali bin Abi Thalib, kalifah terakhir dari rangkaian khulafa-al-rasyidin, dengan sahabat Muawwiyah bin Abu Sufyan yang saat itu menjabat sebagai gubernur Syam, yang kemudiannya dikenal sebagai pendiri dan khalifah pertama dinasti Bani Umayyah. Perselisihan panjang sekaitan dengan terbunuhnya khalifah ketiga dari rangkaian khulafa-al-rasyidin itu selain telah menghadirkan Perang Jamal yang telah berhasil dipad

Konflik dan Terbunuhnya Khalifah-khalifah Terbaik (SecangkirKopiPahit~13)

Nampaknya musibah yang dialami generasi awal pemeluk Islam itu terjadi secara beruntun. Setelah peristiwa berdarah yang terjadi pada awal masa pemerintahan Abu Bakr Shiddiq, khalifah pertama dari khulafa-al-rasyidin, yaitu berupa penindakan tegas khalifah atas salah satu puak yang menolak membayar zakat, kaum muslimin harus kehilangan dua khalifah terbaiknya. Sahabat Umar bin Khattab, khalifah kedua dari khulafa-al-rasyidin yang terkenal kritis dan zuhud pada dunia itulah yang harus meregang nyawa atas serangan berdarah dari seorang Yahudi, Abu Lu'lu'ah. Lalu berikutnya adalah sahabat Utsman bin Affan yang berjuluk dzun nurrain karena menikahi dua puteri Nabi, khalifah ketiga dari khulafa-al-rasyidin yang mendapat gilirannya. Penyerangan yang berakibat pada mangkatnya sang khalifah itu dilakukan oleh para pemberontak dari kalangan kaum muslimin sendiri. Setelah peristiwa na'as itu, lagi-lagi kaum muslimin mengalami musibah lanjutan dengan terjadinya perpecahan kaum

Sepetak Kamar Kegaduhan (SecangkirKopiPahit~12)

Di hari-hari yang semestinya penuh dengan kegembiraan dan suka cita ini, saya tidak mengerti kenapa yang terlintas dalam ingatan ini malahan kisah tangisannya Ibn Abbas?! Mungkin saja hari itu bagi Ibn Abbas adalah hari penuh kabut kegelapan yang akan menyelimuti ummat sepanjang waktu dan karenanya pula menjadi hari paling menyedihkan sepanjang hidupnya. Dengan isak tangis yang mengucurkan deraian air mata yang tak berkesudahan, Ibn Abbas keluar dari sepetak kamar yang tak terlalu besar itu.  "Sesungguhnya musibah yang paling besar adalah apa yang menghalangi Rasulullah untuk menulis kitab tersebut yaitu perselisihan dan kegaduhan mereka" (HR Bukhari) Kegaduhan yang terjadi di dalamnya, perselisihan dan pertengkaran dengan suara-suara keras dan meninggi yang tidak sepantasnya dilakukan di hadapan Nabi suci itu telah membuat sang pemiliknya tidak berkenan lalu mengusir biang kegaduhan itu pergi dari sisinya, mengusir keluar orang-orang yang ada di dalamnya. "Ket

Ahl-al-Fatrah dan Kedua Orang Tua Nabi (SecangkirKopiPahit~11)

Sungguh dengan perkataan dan pendapatmu itu engkau seolah telah suguhkan kepada  baginda Nabi SAW, secangkir kopi yang teramat pahit yang tak layak minum bahkan buat budakmu sekalipun. Itukah ungkapan rasa cintamu kepada Nabi SAW yang engkau mengaku selalu merinduinya? Yang kelak engkau berharap pertolongan dengan syafaatnya? Masihkah engkau berani berharap? Masihkah engkau mendaku diri para pecintanya setelah engkau terlalu banyak berteori hanya untuk merendahkan nasab beliau? Setelah kekurang-ajaran dan ketidak adaban yang kelewat batas itu? Bagaimana mungkin engkau melupakan firman Allah tentang para penyeru dan pemberi peringatan yang selalu Allah kirim untuk tiap-tiap kaum/ummat? Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan.  Dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan .  (QS Al-Fathir 35:24)  Orang-orang yang kafir berkata: “Mengapa tidak diturunkan kepadan

Kerancuan Fatwa Itu Musibah (SecangkirKopiPahit~10)

Ketika ulama atau yang diulamakan atau yang mempunyai otoritas membuat fatwa atau bahkan figur-figur yang lebih tinggi lagi sudah tergiur dengan duniawi, apapun itu bentuknya, yang lalu membuatnya sanggup berselingkuh dengan para penguasa lalim, maka apa lagi yang bisa kita harapkan dari mereka? Ketika keberpihakan itu sudah sedemikian berkelindannya, bagaimana kita bisa berharap sifat netralitas dan keadilan dari mereka akan mewujud dalam pendapat dan fatwa yang akan mereka buat? Kiranya hanyalah pembenaran pada apa yang penguasa lakukan dan keadaan seperti apa yang penguasa inginkan akan mereka lakukan, bahkan jika perlu harus memelintir teks-teks suci-pun akan sanggup mereka lakukan. Kalau sudah demikian halnya maka kerancuan dalam pendapat dan fatwa, bercampurnya antara fatwa yang benar dengan yang  menyelisihi, seiring berjalannya waktu yang panjang bersama dengan kekuasaan itu, akhirnya menjadi begitu sulit untuk membedakannya bagi yang hidup jauh dari masa-masa itu. Dan ini

Rebo Wekasan (SecangkirKopiPahit~9)

"Apa yang bisa diceritakan lagi tentang kisah Rebo Wekasan itu, kecuali hal yang buruk saja? Lalu untuk apa hal yang demikian itu ingin diketahui? Sementara kamu dan kita semua sudah bisa menerima dan menikmati keadaan yang ada hingga perjalanan waktu sudah sejauh ini."  Atas jawabannya itu mataku terpaksa menatap ke kejauhan yang tak berbatas. Menerawang menembusi semua yang ada di depannya. Tembok-tembok tebal dari bangunan dan gedung yang tinggi, pepohonan berpokok besar dan menjulang, bahkan gunung-gunung yang kokoh berdiri di depan sana. Tatapan mata itu lalu melampaui lautan dan samudera nan luas hingga ke hamparan tanah tandus berpasir yang ditumbuhi perdu-perdu yang kadang hijau dan terkadang pula menguning kecoklatan. Anganku ikut menjelajah mencari penjelasan atas jawaban tentang rebo wekasan yang menurutku masih mengandung misteri. Hal buruk? Bisa menerima dan menikmati?  Hal buruk apa, bisa menerima dan menikmati apa serta bagaimana? Sungguh sumir!. Namun a

Antropologi Dan Sekelumit Tentang Keadilan Ilahi

Punya kesempatan berbincang secara  intens  dengan sahabat lama yang saat ini aktif di dunia pendidikan, yang pengalamannya sudah  waw  itu adalah sebuah keberuntungan. Apalagi Ia juga punya pengalaman dalam berinteraksi dengan kolega internasionalnya dari beberapa negara kawasan asia pasifik. Banyak sharing hal yang menarik? sudah barang tentu.  Dan yang lebih asyik lagi, studi yang dipilihnya untuk jenjang master dan doktoralnya adalah antropologi, sebuah keilmuan dengan cakupan yang sangat luas yang mempelajari tentang manusia dengan segala seluk-beluk  aktifitas sosial dan budayanya bahkan asal-usulnya. Saya bilang asyik dan menarik karena studi tentang manusia itu akan terus berkembang seiring dengan perkembangan manusianya.  Keilmuan tentang manusia ini punya peranan penting sebagai sumbang-sih dan penyokong dalam kerangka hidup berdampingan antar sesama umat manusia. Karena, seperti yang Ia tuturkan, bahwa puncak dari studi antropologi itu adalah bisa menerima berbagai k

Membuang Demokrasi?

Gambar
Setelah beberapa waktu berjalan, kartu-kartu "sakti" yang diluncurkan oleh gubernur baru DKI Jakarta saat itu menuai banyak kritikan dan juga tidak sedikit cemoohan. Bahwa kartu-kartu itu, katanya, berpotensi disalah gunakan. Bahwa kartu-kartu itu pen-distribusian-nya belum menjangkau pada orang-orang yang benar-benar membutuhkan. Bahkan muncul juga pertanyaan tentang kartunya itu sendiri, bagaimana lelang pengadaan kartu itu dilakukan. Dan lain sebagainya. Dengan berbagai alasan itulah banyak pihak yang meminta gubernur untuk membatalkan programnya dengan semua kartu-kartunya itu. Tanggapan sang gubernur yang dikenal  koppig  atas desakan yang ada saat itu sungguh menarik. Beliau dengan entengnya mengatakan -kurang lebihnya- : "Ya kalau ada kekurangannya dari penerapan program ini, ya dibenahi lagi sistimnya, bukan lantas dicabut. Karena program seperti ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat". Saya kira yang paling tepat memang harus begitu sih. Sebuah sis

Pohon Gharqad

Gambar
Pohon kayu (perdu?) yang tak terlalu besar tetapi berdaun kecil nan rindang itu konon riwayatnya tempat berlindung dan "menghilang"nya sebuah kaum ketika masa perburuan datang menghampiri mereka setelah kekalahannya pada pertempuran akhir zaman itu. Terlepas atas ke-validan dari kisah itu, diceritakan bahwa setiap batu dan pepohonan mengatakan ke kaum muslimin jikalau ada kaum yang diburu itu sedang bersembunyi kepadanya kecuali pohon bernama Gharqad. Si pohon inilah yang bertindak berkebalikan dengan pohon-pohon pada umumnya, mereka berdiam dan malahan menyembunyikannya. Konon, saat ini ada sebuah negeri yang getol membudi-dayakan tanaman ini dalam jumlah yang menakjubkan dengan alasan terkait dengan riwayat tersebut diatas, apakah betul demikian? Wallahua'lam. Yang menarik tentang Gharqad ini adalah jika kita tidak memaknai pohon itu sebagai sebenarnya pohon secara fisik tetapi pohon dalam makna kiasan. Bisa dibayangkan kejanggalannya jika ada pohon secara biol

Sang Pengobar Perang (SecangkirKopiPahit~8)

Gambar
Saat gelapnya malam dirasanya telah sempurna melenyapkan semua bayang-bayang, tiga sosok lelaki bertutup kepala dan berkain panjang dengan warna senada dengan pekatnya malam itu bergerak meninggalkan rumahnya masing-masing. Mereka mengarah pada tempat yang sama, menuju ke kediaman seorang lelaki yang tengah menggemparkan segenap warga kota di kawasan yang berpadang pasir itu. Mereka bertiga bukanlah orang biasa di kota itu melainkan pribadi-pribadi yang berpengaruh kuat dan berkedudukan di mata masyarakat luas. Bahkan salah seorang darinya, di kemudian hari dikenal sebagai pengobar nomor wahid atas permusuhan dan penolakan dakwah lelaki yang kini akan didatanginya. Dalam kepergiannya malam itu, di antara mereka tidak pernah ada janji sepakat yang satu dengan yang lainnya dalam hal penetapan hari dan waktunya, pun mereka juga tidak tinggal pada tempat-tempat yang saling berdekatan. Namun mereka datang (dengan sembunyi-sembunyi dan mengendap-endap) ke tempat yang ditujunya itu dala

Keluarlah Dari Kotakmu!...Out Of The Box!

Apa yang terpikir ketika kita membaca atau mendengar orang menyebut  out of the box ? Barangkali, adalah tentang bagaimana kita bisa menemukan ide-ide dan gagasan di luar yang biasa dilakukan. Ide-ide dan terobosan inovatif yang sifatnya non mainstream. Dalam lingkup keseharian di pekerjaan misalnya, terkadang ketika dihadapkan pada persoalan yang sulit untuk diselesaikan dengan cara-cara biasa atau cara-cara konservatif, orang lantas mencari alternatif lain diluar kebiasaan tersebut untuk penyelesaian masalahnya. Mencoba sesuatu yang lain diluar kebiasaan itu. Mencoba hal-hal baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Ketika mengambil keputusan ini memang diperlukan pemikiran dan langkah yang penuh dengan keberanian yang tentu saja harus didukung dengan pertimbangan matang serta dimodali dengan pengetahuan yang cukup agar dampak buruk atau kerugian yang mungkin timbul bisa diminimalisir. Sebagai salah satu contoh, pernah suatu ketika reaktor untuk proses polimerisasi dengan sist

Layakkah Menolong Pak Jokowi?

Saling menolong, demikian bunyi judul dari sebuah postingan yang disebar kawan group mailing list saya beberapa waktu lalu. Artikel pendek yang bagus sekali, yang mana disitu  disebutkan tentang pentingnya saling tolong menolong sesama muslim dengan merujuk pada nash dari Al-qur'an dan Hadits Nabi SAW. Nah, biar bisa sama-sama kita menikmatinya, berikut ini artikel selengkapnya   ~~~ SALING MENOLONG عن أبو موسى(عبدالله بن قيس) رضي الله عنه قال، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:   إن الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضاً ثُمَّ شَبَّكَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ)) [ البخاري ومسلم وغيرهما عن أبي موسى  Dari Abu Musa (Abdullah bin Qaish) Radhialluhu 'anhu berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya orang mukmin terhadap orang mukmin lainnya seperti bangunan yang satu menguatkan (bangunan) yang lain”. Rasulullah saw. lalu menunjukkan rajutan di antara jemari tangannya (HR Bukhari dan Muslim). Isi Kandungan Hadits: 1- Ha

Tentang Khilafah Itu?

Gambar
Banyak kawan saya yang sangat getol bicara tentang khilafah dan berpikiran untuk mengusungnya menjadi ideologi solutif dari semua permasalahan yang ada. Khilafah telah menjadi semacam obat generic yang cespleng  untuk mengobati segala penyakit yang ada di dunia, di belahan manapun. Itu yang bisa ditangkap dari setiap pembicaraan mereka. Belakangan,  sharing yang dia unggah di media sosial dan group mailing list  komunitas mantan karyawan sebuah perusahaan pun tetap konsisten demikian. Salah satu artikel yang diunggahnya itu, menurut saya, ditulis oleh penulis yang sudah ter-internalisasi begitu dalam dengan nostalgia dan romantisme masa lalu tentang "kejayaan" khilafah Islam. Sengaja saya berikan tanda kutip di atas itu -minimalnya ada dua alasan- pertama, oleh karena adanya tafsir berbeda tentang makna kejayaan itu sendiri. Kedua, oleh karena adanya banyak hal yang terjadi pada masa-masa yang disebut dengan kejayaan itu berupa peristiwa-peristiwa yang tidak merefleks

How Fragile We Are...

Gambar
... On and on the rain will fall Like tears from a star Like tears from a star On and on the rain will say How fragile we are how fragile we are how fragile we are..." ... Bait-bait akhir dari Fragile -nya Sting ini seakan menyindir ketika aku mem-banyak-i pikiran dengan berbagai bayangan. Bayangan yang bisa membuat rapuh dan  nglokro . "Betapa rapuhnya kita...how fragile we are..." Sebenarnya harus malu memang ketika kita merapuh tersebab datangnya problema dalam kehidupan kita.  Malu lantaran banyak para sahabat lain mengalami cobaan hidup yang begitu dahsyat namun tetap sabar dan sanggup keluar daripadanya dengan keadaan yang lebih baik. Berapa banyak diantara mereka yang telah kehilangan pekerjaan, kehilangan orang-orang yang dicintainya...kehilangan isteri, suami, anak-anak...dan mereka bisa terlihat  fine-fine aja. Lebih malu lagi lantaran ketika kita mengaku telah beriman maka semestinya tidak ada yang harus dicemaskan, apapun itu. Karena wujud i