Keluarlah Dari Kotakmu!...Out Of The Box!

Apa yang terpikir ketika kita membaca atau mendengar orang menyebut out of the box?

Barangkali, adalah tentang bagaimana kita bisa menemukan ide-ide dan gagasan di luar yang biasa dilakukan. Ide-ide dan terobosan inovatif yang sifatnya non mainstream.

Dalam lingkup keseharian di pekerjaan misalnya, terkadang ketika dihadapkan pada persoalan yang sulit untuk diselesaikan dengan cara-cara biasa atau cara-cara konservatif, orang lantas mencari alternatif lain diluar kebiasaan tersebut untuk penyelesaian masalahnya. Mencoba sesuatu yang lain diluar kebiasaan itu. Mencoba hal-hal baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Ketika mengambil keputusan ini memang diperlukan pemikiran dan langkah yang penuh dengan keberanian yang tentu saja harus didukung dengan pertimbangan matang serta dimodali dengan pengetahuan yang cukup agar dampak buruk atau kerugian yang mungkin timbul bisa diminimalisir.

Sebagai salah satu contoh, pernah suatu ketika reaktor untuk proses polimerisasi dengan sistim fluidisasi sering mengalami blockage pada sisi vessel penampungan produknya. Tiga line yang ada silih berganti harus dibongkar untuk mengambil agglomerate atau bongkahan polimer yang ada di dalamnya. Pekerjaan bongkar membongkar ini sangat melelahkan dan memakan waktu yang tidak sebentar selain adanya resiko kecelakaan kerja yang bisa terjadi oleh karena berurusan dengan tekanan tinggi dan kandungan gas hidrokarbon. Dan oleh karenanya pula laju produksi menjadi turun secara signifikan sementara target pemenuhan jumlah produk yang sudah ditunggu customer sudah semakin mepet.

Dalam kasus ini memang root cause nya ada pada sisi reaktor yang sudah banyak agglomerate di dalamnya tersebab proses reaksi yang tak terkontrol pada beberapa waktu sebelumnya. Untuk men-shutdown reaktor dan mengganti unggun-nya jelas tidak bisa dilakukan karena akan butuh waktu yang sangat lama sementara -seperti yang disebut sebelumnya- tenggat waktunya sudah sangat mepet.

Lalu apa yang diambil sebagai short term solution-nya? Kita mengakalinya dengan mengoperasikan bukaan piston valve pada sisi penarikan produk tidak dalam posisi buka penuh sebagaimana seharusnya. Dengan bukaan yang hanya setengah atau malah kurang, memungkinkan agglomerate tidak ikut terbawa ke penampungan produk sehingga tidak diperlukan bongkar membongkar vessel lagi. Memang laju produksi dengan cara ini masih belum bisa kembali ke normalnya tetapi sudah bisa meng-koreksi penurunan angkanya menjadi lebih baik dan beberapa keuntungan yang lainnya. Kondisi ini dipertahankan hingga waktu yang tepat untuk men-shutdown reaktor. Saya kira ini sebuah contoh sederhana belaka, tentu banyak contoh lainnya yang rumit dan mempunyai makna lebih baik.

Dalam lingkup ilmu pengetahuan, adalah fakta sejarah yang tidak bisa ditolak bahwa dari orang-orang yang super kepo yang tingkat  curiosity nya luar biasa, yang inovatif dan yang keluar dari kerangka berpikir umum lah kita mendapatkan banyak hal baru, penemuan-penemuan baru yang memperkaya ilmu pengetahuan kita. Sebut saja para penemu di bidang matematika, fisika, biologi, kimia dan lain-lain bidang lainnya sehingga dengan penemuan mereka kita bisa hidup dengan kualitas yang lebih baik dari waktu ke waktu.

Sekiranya tidak ada orang-orang yang mampu out of the box seperti itu bisa dibayangkan bagaimana tingkat dan keadaan kita hari ini dalam menjalani hidup saat ini. Barangkali sebutan jaman yang berubah meningkat dari waktu ke waktu itu tidak akan pernah ada.

Saya ingin melengkapi tentang out of the box ini -barangkali sedikit berbeda dengan paparan diatas- adalah tentang kesanggupan kita untuk keluar dari "kotak" yang selama ini sudah nyaman kita tempati sehingga dengan begitu kita bisa leluasa melihat kotak itu secara lebih komprehensif baik dari sisi positif dan negatifnya. Karena ketika berada di dalamnya barangkali saja membuat kita tidak bisa se-obyektif jika kita berada di luarnya.

Terkadang memang kita harus bisa keluar dari kotak-kotak yang telah lama kita tempati itu -yang bisa jadi- tanpa disadari telah mengurung kita sedemikian rupa sehingga kita tidak bisa leluasa "bergerak". Berkutat terus setiap hari di dalamnya dengan alur keseharian yang barangkali saja memang sudah begitu monoton dan "ketinggalan".

Mari tengok sejarah tentang munculnya kelompok khawarij pada masa pemerintahan khalifah ke empat, Sayyidina Ali bin Abi Thalib.

Pada saat itu sedang terjadi perang shiffin, perang saudara antara dua kubu besar sahabat Nabi yang terpecah. Satu kubu berada di Syam di bawah arahan gubernurnya, Muawiyyah bin Abi Sufyan dan satu kubu lainnya di bawah komando dan pimpinan Ali bin Abi Thalib yang berada di Kufah, Iraq.
Oleh karena perang yang telah berlangsung lama dan berlarut-larut hingga membuat banyak pasukan menjadi letih luar biasa, lalu ditambah dengan adanya seruan politik tahkim bi kitabullah dari kubu Syam, maka terjadilah perselisihan pendapat yang tajam pada kubu Kufah tentang seruan itu yang berujung pada keluarnya atau menyempalnya sekelompok orang yang belakangan disebut sebagai khawarij.

Mereka yang menyempal dari kelompok ini, yang perlu kita ingat, adalah bukanlah orang-orang sembarangan dalam menjalankan ritual agama. Mereka juga adalah para hafidz qur'an yang kukuh dalam beragama. Tentang kisah ini saya tidak akan menuliskannya lebih banyak lagi karena kisah ini bisa dengan mudah di-googling di internet.

Ada hal menarik yang bisa kita ambil dari kisah tersebut sekaitan dengan topik out of the box ini, adalah kita (dan orang-orang yang hidup setelah masa itu) bisa menyebut mereka sebagai khawarij, para penyempal, tak lain karena kita membaca sejarahnya, karena kita tidak berada pada peristiwa itu. Sehingga dari fakta sejarah kita bisa menilai dan berkesimpulan demikian. Andai saja kita berada pada masa itu dan berada dalam kubu mereka, apakah kita akan menyadari dan mengakuinya sebagai para penyempal? Tentu saja sangat sulit dan tidak akan bisa menerima jika predikat itu diberikan kepada kita. Tentu pula kita akan menyebut bahwa kitalah yang sedang berada dalam kebenaran dan selainnya tidak, sebagaimana para khawarij itu mendaku diri mereka demikian.

Nah sebagai penutup saya kira, dengan mencermati kisah itu maka kiranya kita perlu waspada dan hati-hati ketika kita merasa sudah berada dalam kelompok yang paling benar sehingga dengan jumawa berani menyebut kelompok lain berada dalam kesesatan. Karena lagi-lagi ketika kita sudah larut dalam euforia kebenaran berdasar tafsir kelompok kita sendiri, sangat mungkin membuat kita sudah tidak lagi obyektif. Melihat serta menilai pendapat dan apa yang dilakukan orang lain menjadi serba keliru karena mendasarkan hanya pada lingkup pemahaman yang kita anut.

Oleh karenanya, saya sependapat dengan orang-orang yang mengatakan:
"Sesekali keluarlah kau dari kotak-mu yang barangkali telah mengurung sikap dan cara berpikirmu itu!"
dengan tujuan agar terhindar dari sikap membenci, menyalahkan, mensesat-kafirkan orang lain hingga melewati batas kewajaran, melampaui kewenangan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!