Konflik dan Terbunuhnya Khalifah-khalifah Terbaik (SecangkirKopiPahit~13)

Nampaknya musibah yang dialami generasi awal pemeluk Islam itu terjadi secara beruntun.

Setelah peristiwa berdarah yang terjadi pada awal masa pemerintahan Abu Bakr Shiddiq, khalifah pertama dari khulafa-al-rasyidin, yaitu berupa penindakan tegas khalifah atas salah satu puak yang menolak membayar zakat, kaum muslimin harus kehilangan dua khalifah terbaiknya.

Sahabat Umar bin Khattab, khalifah kedua dari khulafa-al-rasyidin yang terkenal kritis dan zuhud pada dunia itulah yang harus meregang nyawa atas serangan berdarah dari seorang Yahudi, Abu Lu'lu'ah.

Lalu berikutnya adalah sahabat Utsman bin Affan yang berjuluk dzun nurrain karena menikahi dua puteri Nabi, khalifah ketiga dari khulafa-al-rasyidin yang mendapat gilirannya.
Penyerangan yang berakibat pada mangkatnya sang khalifah itu dilakukan oleh para pemberontak dari kalangan kaum muslimin sendiri.

Setelah peristiwa na'as itu, lagi-lagi kaum muslimin mengalami musibah lanjutan dengan terjadinya perpecahan kaum muslimin menjadi tiga kelompok besar.
Kelompok pertama para pendukung khalifah, kelompok kedua para pendukung penuntut darah Utsman, kelompok ketiga berada di Syam yang tidak mau melakukan bai'at sebelum para pembunuh itu diadili.

Sahabat Ali bin Abi Thalib, khalifah keempat dari khulafa-al-rasyidin pasca dibai'atnya beliau sudah dihadapkan pada masalah-masalah pelik yang memerlukan penanganan dengan sebaik-baiknya.

Khalifah memandang bahwa saat itu melakukan konsolidasi pada pemerintahannya agar keadaan menjadi lebih kondusif adalah merupakan prioritas pertama dan lebih didahulukan ketimbang memenuhi desakan para  penuntut darah sahabat Utsman untuk melaksanakan hukum qisasnya.

Permufakatan atas kondisi itu sudah dilakukan oleh kedua belah pihak yang berselisih, namun oleh karena suatu sebab maka akhirnya pecah pulalah perang dahsyat yang disebut pula sebagai Perang Jamal hingga menelan beribu-ribu korban dari kedua belah pihak. Perang besar berdarah-darah yang tak pernah sekalipun  terbayangkan, terlebih lagi diinginkan itu senyatanya tak lagi dapat dihindarkan.

Sungguh keadaan pada saat itu teramat sulit bagi orang-orang yang berada di dalamnya untuk membedakan mana pihak yang berada dalam kebenaran yang hakiki.
Ikon-ikon yang berkarakter jempolan yang ada pada kedua belah pihak telah menjadi semacam daya magnet penarik simpati yang luar biasa untuk memilih berada pada kubunya masing-masing. Sungguh hal yang tidak mudah bagi mereka dalam hal menetapkan pilihannya, bahkan hingga kini.

Apakah setelah peristiwa Waqa'atul Jamal itu bisa diselesaikan lantas khalifah dan pasukan pendukungnya serta kaum muslimin pada umumnya bisa menarik nafas selega-leganya?

Agaknya belum!
Syam dengan segala dinamika yang berkembang disana sudah menanti perhatian serius dari khalifah Ali bin Abi Thalib untuk segera mendapatkan penanganannya.

Dan Shiffin adalah musibah perang berikutnya yang harus terjadi!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!