Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2018

Biarkan Sang Waktu 'Bekerja' Time Is Making Solution.

Gambar
Biarkan waktu yang membuktikan! Mungkin ini yang paling tepat untuk dikatakan sehubungan dengan maraknya gegontokan, serang menyerang, saling hina dan hujat terkait dengan kontestasi politik di tanah air. Biarkan sang waktu juga menjawab atas semua persepsi kita, semua yang kita yakini saat ini pihak mana yang kelak bekerja dengan sepenuh hati untuk kemajuan dan kebaikan kita semua, negara dan bangsa Indonesia. Pilihan yang ada sudah jelas, koalisi pendukung berikut dengan semua personilnya sudah ada dan nampak jelas yang bisa kita telusuri latar belakang dan sepak terjangnya selama ini. Jadi sebenarnya dengan semua yang sudah tersajikan itu kita sudah mulai bisa mempertimbangkan akan kemana pilihan kita. Dan kalau kita bermaksud ingin mempengaruhi orang yang sudah kekeuh  dengan keyakinannya untuk mengajak sependapat dengan pilihan kita, tentu hal yang sangat sulit -untuk tidak dikatakan mustahil- oleh karena setiap kita punya preferensi sendiri-sendiri tentang pilihan kita it

Polarisasi Itu Tanggung Jawab Politisi!

Gambar
Ketua pusat kajian anti korupsi UGM, Zainal Arifin Mochtar di ILC 7 Agustus yang lalu mengatakan: "Tanggung jawab para politisi inilah yang kemudian harus mereduksi kembali tensi yang terlalu itu. Jangan kemudian dipaksa ke publik. Para politisi inilah yang harus bicara santun. Para politisi inilah yang harus mengatakan bahwa kepemimpinan itu untuk maslahah, kepemimpinan itu untuk melakukan sesuatu yang lebih baik untuk publik. Para politisi inilah yang harus menjaminkan." "Tapi kalau politisinya menggunakan jargon, politisinya menggunakan hal-hal yang tidak pas yang kemudian membuat publik berhadap-hadapan, di saat itulah sebenarnya mereka sedang mengingkari hal yang paling penting untuk republik ini." Pesan beliau ini penting sekali karena para politisi memang berkewajiban untuk memberikan pendidikan dan pembelajaran politik yang benar pada masyarakat bukan malah sebaliknya demi kepentingan politik pribadi dan kelompoknya. Sinyalemen dari sang pakar itu ba

Berkah "Kardus"?

Gambar
Ketika pak SBY memutuskan tetap akan memberikan dukungannya pada paslon PAS (PS-SSU) meski sebelumnya ada keributan antara mereka hingga buka-bukaan ada dana besar yang belakangan diklarifikasi oleh SSU sebagai dana kampanye, memunculkan keheranan dan tanda tanya besar. Kok beliau masih mendukungnya ya meskipun ada semacam perasaan tidak puas dengan keputusan pak PS?. Tetapi ketika mengingat bahwa pak SBY itu ahlinya strategi dan dikenal punya hitungan yang matang, maka keheranan saya sebelumnya itu menjadi tidak beralasan lagi. Boleh jadi harapan itu terkuak kembali, dan peluang baliho besar-besar yang tersebar di puluhan titik yang ditaksir bernilai 'wah' itu bukan hal yang sia-sia lagi. Yang perlu digaris-bawahi, uang yang muncul atau kedapatan pada seluruh proses pemilu ada aturan main dan sanksi jika ada pelanggaran didalamnya. Aturan itu tertuang dalam undang-undang pemilu dan lembaga yang mempunyai kewenangan terhadap kasus terkait adalah Bawaslu dan KPU. Bahkan d

Prabowo Itu Hebat!

Teka-teki itu akhirnya terjawab sudah. Dua pasang capres/wapres masing-masing sudah mendeklarasikan dirinya. Agaknya peluang munculnya poros ketiga menjadi tipis harapan. Dari kubu petahana, keputusan atas dipilihnya Kiyai Ma'ruf Amin (KMA) sebagai cawapresnya pak Jkw tidak pernah saya prediksi sebelumnya mengingat nama beliau ini tidak sementereng nama-nama lain semisal pak Mahfud MD. Pun juga beliau, KMA dulu bisa dibilang berseberangan posisi yang cukup tajam dengan salah satu komponen pendukung Jkw yang cukup militan yang mereka begitu mengidolakan Ahok. Beliau terindikasi menjadi bagian dari terpenjarakannya Ahok dalam kasus penistaan agama. Dan oleh karenanya saya kira pak Jkw cukup berani juga dengan keputusannya ini. Padahal boleh jadi Jkw akan ditinggalkan oleh pendukung yang jumlahnya tidak sedikit. Namun agaknya ada hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan dengan baik dan saya yakin sudah melalui hitungan yang matang, antara lain soal keterbelahan masyarakat dal

Mau Qurban Apa Tahun Ini?

Di sebuah sudut warung kopi itu, dua orang yang bersahabat, Adhoen dan Giral, nampak tengah asik ngobrolin sesuatu. Apa sih yang mereka "gunjingkan" itu? Yuk ah kita 'dengerin' Giral: "Dhoen..katanya heboh-heboh perpolitikan kita untuk tahun ini dan tahun depan sumber "gempa"nya ada di 3 orang, SBY, PS & JKW. Apa memang gitu tah?". Adhoen: "Boleh jadi begitu...ya karena tokoh sentralnya hari-hari ini mereka sih...yang lain-lainnya khan ibarat semacam...apa ya...yaa begitulah. Eh Ral ini khan mendekati iedhul adha...kita ngomongin merekanya ngga usah yang bau-bau politiklah...gimana kalau kita menerka-nerka saja hewan apa yang akan mereka bertiga korbankan untuk ied yang sekitar dua minggu lagi ini". Giral: "Ah ya palingan Sapi lah Dhoen...masak sekelas mereka akan qurban Kambing? Pora yo isin toh!" Adhoen: "Ah kamu Ral kayak yang ada hanya Sapi aja...khan ada Kerbau...masak lupa sih...kelewatan kamu ya! Wkw

Bangsa Pelupa dan Pemaaf

"Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga". Peribahasa ini saya yakin masih tetap sesuai sampai kapanpun. Bahwa atas perbuatan buruk yang kita lakukan meski hanya sekali saja bisa merusak citra baik yang sudah kita buat selama ini. Biasanya orang akan lebih mengingat keburukan kita dari pada kebaikan yang kita punya. Biasanya loh...ngga mutlak juga sih. Tetapi kadang, dengan alasan dan sebab tertentu keburukan itu bisa saja dilupakan orang. Atau dengan kata lain orang sudah tidak lagi peduli dan menggubris apa saja hal buruk yang pernah dilakukannya. Yang demikian ini seringnya terjadi pada ranah politik kita. Apakah memang ada yang demikian itu? Tengok saja politisi yang punya catatan buruk atas ekonomi rakyat, catatan buruk atas perpajakan bahkan pernah terkena kasus kriminal pada masa lalu toh tetap saja ada pendukungnya, ada pemilihnya. Bahkan sosoknya masih bisa dilihat berkibaran di seantero negeri. Kekuatan finansial, kiranya itulah magnet yang senyatanya kekuatan m

Ijtima' 'Ulama Vs Kalkulasi Politik

Situasi politik tanah air semakin hangat dan menarik untuk terus diikuti perkembangannya seiring dengan telah dibukanya pendaftaran pasangan capres/wapres oleh KPU per hari ini tanggal 4 Agustus 2018. Masa pendaftaran ini akan berakhir nanti pada tanggal 10 Agustus jam 24:00. Ini artinya tidak lama lagi kita bakal mengetahui siapa saja pasangan yang akan maju dalam pilpres mendatang. Apakah head to head tahun 2014 akan berulang namun dengan pasangan wapres berbeda? Atau akan ada poros ketiga yang pada detik-detik terakhir tiba-tiba muncul sebagai penantang baru sebagai respon perkembangan politik yang ada?. Tentang kemunculan poros baru ini, apakah memang masih memungkinkan? Menjawab pertanyaan ini, saya kira peluang itu tetap masih terbuka manakala ada rasa ketidak-puasan dari anggota koalisi baik itu dari pihak koalisi petahana maupun koalisi pak Prabowo. Apa pasalnya? Cawapres. Penentuan cawapres ini menjadi permasalahan tersendiri mengingat masing-masing partai pengusung