Prabowo Itu Hebat!

Teka-teki itu akhirnya terjawab sudah. Dua pasang capres/wapres masing-masing sudah mendeklarasikan dirinya. Agaknya peluang munculnya poros ketiga menjadi tipis harapan.

Dari kubu petahana, keputusan atas dipilihnya Kiyai Ma'ruf Amin (KMA) sebagai cawapresnya pak Jkw tidak pernah saya prediksi sebelumnya mengingat nama beliau ini tidak sementereng nama-nama lain semisal pak Mahfud MD.

Pun juga beliau, KMA dulu bisa dibilang berseberangan posisi yang cukup tajam dengan salah satu komponen pendukung Jkw yang cukup militan yang mereka begitu mengidolakan Ahok. Beliau terindikasi menjadi bagian dari terpenjarakannya Ahok dalam kasus penistaan agama. Dan oleh karenanya saya kira pak Jkw cukup berani juga dengan keputusannya ini. Padahal boleh jadi Jkw akan ditinggalkan oleh pendukung yang jumlahnya tidak sedikit. Namun agaknya ada hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan dengan baik dan saya yakin sudah melalui hitungan yang matang, antara lain soal keterbelahan masyarakat dalam hingar bingar kontestasi politik yang cenderung ke arah bahaya atas keutuhan bangsa.

Resiko respon negative dengan potensi kehilangan pendukung barangkali sementara waktu boleh dikesampingkan sambil melakukan upaya konsolidasi selama masa-masa tunggu hingga April 2019 nanti.

Pilihan pada KMA saya kira upaya untuk menjaga keutuhan koalisi parpol yang ada, kemudian juga untuk meredam ujaran kebencian dan (boleh jadi) fitnah yang bakal muncul di kemudian hari.

Rasanya memang menjadi agak sulit bagi kubu sebelah, baik itu simpatisan maupun pendukung militannya untuk menyerang sang petahana melalui issue agama; anti Islam, tidak pro ulama -atau kalau pakai lebih tajam istilahnya- kriminalisasi ulama dan jenis-jenis hasutan lainnya.

Apakah strategi ini akan berjalan mulus sesuai dengan rencana dan harapan?

Belum tentu juga karena di kubu sebelah juga ada orang-orang yang sangat militan dalam mendukung Prabowo yang pintar juga berstrategi. Mereka punya obyektif untuk mengganti presiden siapapun wakil yang mendampingi sang petahana.

Kalau mencermati beberapa postingan awal dari orang-orang itu, sebagai respon atas pasangan ini, mereka masih bisa juga menemukan celahnya.
Saya kira tetap menarik untuk mengikuti terus perkembangannya.
***

Cerita dari kubu penantang tidak kalah serunya.
Setelah saling hujat antara kader PG dan PD, dengan narasi yang kurang bagus menurut saya, lha masak keluar sebutan Jenderal Kardus dan ada "uang mahar" yang 500M buat parpol tertentu segala?, Prabowo akhirnya menetapkan kadernya sendiri, Sandiaga Salahuddin Uno (SSU) sebagai cawapresnya.

Kita harus kesampingkan adanya isue "uang mahar" ini dan biar menjadi urusan pihak yang berwenang saja, karena yang menarik adalah keberanian PS untuk tidak terjebak dalam sandera politik dari pihak, yang paling tidak ada dua, GNPF-U dan PD.

Berani dan hebat, karena secara tidak langsung PS seakan tidak mengindahkan rekomendasi Ulama yang sudah bersusah payah dan berusaha memberikan saran terbaiknya. Ijtima Ulama pada saat itu mengusulkan dua nama, Ustad Abdul Shomad dan Salim Segaf al Jufri. Dan konon dua nama ulama lagi sebagai alternatif, Aa Gym dan Ustad Arifin Ilham. Satupun dari nama-nama yang disodorkan itu akhirnya tidak ada yang dipilihnya, terlepas adanya dinamika politik yang muncul pada saat itu.

Kalau dibuat lebih keras lagi kesimpulannya, maka PS hanya melihat GNPF-U itu dengan sebelah mata saja, bahkan PS seolah telah berani menjadi orang yang tidak mentaati ulama. Luar biasa khan? Nah lho.

Kehebatan berikutnya adalah keputusan untuk berani mengesampingkan sodoran SBY, mengingat beliau ini termasuk pemilik logistik yang bisa diandalkan.
Marah-marahnya kader PD dengan menyebut Jenderal Kardus itu sudah menjelaskan sekaligus membuka kebohongan konpers-nya pak SBY yang mengatakan 'siapapun cawapresnya, Pak Prabowo capres kita'. Dan akan menjadi lebih terang benderang ketika nanti PD membuat keputusan cabut dari koalisi. Layak kita nanti manuever lanjutan dari pak SBY ini.

Saya haqul yakin pak PS mempunyai hitung-hitungan yang matang, baik dalam urusan loyalitas pendukung, calon pemilih maupun logistik. Untuk urusan yang terakhir ini, barangkali pak PS tidak terlalu dipusingkan mengingat di dalam koalisi ini ada mas Tommy pendiri Partai Berkarya berikut Cendana clubnya yang memiliki pundi-pundi lebih dari cukup serta ada cawapres SSU yang super tajir khan?.

Hal lainnya yang juga hebat, pak PS bisa mengendus bahwa para pendukung dan loyalisnya sejak pilpres 2014 yang lalu tidak akan goyah kesetiaannya oleh hal-hal yang berikut ini;

1. Siapapun cawapres yang akan dipilihnya baik itu mengikuti saran ulama maupun tidak.
2. Siapapun cawapres yang mendampingi Jkw sekalipun itu dari Ulama.
Karena bagi mereka dalam pilpres mendatang ini obyektifnya hanya satu, GANTI PRESIDEN. Itu saja! Bahkan misalnya yang akan maju capres bukan pak PS sekalipun.

Nah sebagai penggembira politik dan sebagai calon pemilih, tinggal kita melihat dan mencermati faktor-faktor apa saja yang bisa membuat kita yakin bahwa pasangan yang kita pilih itu adalah pasangan yang akan bisa menghadirkan kesejahteraan untuk rakyat dan membawa kemajuan negara dan bangsa, sambil mengesampingkan faktor-faktor yang hanya membangkitkan rasa suka-tidak suka saja.

Moga dalam tahun politik ini negara tetap aman dan terkendali.
Salam damai tetap harus disampaikan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!