Petuah 'Pojokan'
Satu seruputan kopi hitam seduhan a-la Americano yang belakangan lebih aku gemari, membawa alam hayalku masuk ke suasana imajiner sebuah pengajian yang imajiner pula... Seorang ustadz dengan kopiah putih tipis model bulat berlilitkan sorban yang juga putih bersih nan rapi, tengah duduk dengan anggunnya di hadapan puluhan jamaah yang dengan takzim dan khusyuk mendengar setiap kata dan kalimatnya. Petuah-petuah yang mengalun dari sepasang bibir ustadz ini acapkali membuat kepala-kepala yang ada di depannya terangguk-angguk membenarkan. Namun tak jarang pula membuat kepala-kepala itu juga menggeleng pelan lalu tunduk tepekur. Menggelengnya bukanlah bantahan melainkan sebuah bentuk keheranan atas sikap dan perilaku diri sendiri, menunduk tepekur sebagai wujud penyesalan atas hal-hal negative yang telah diperbuat. Memang terkadang sang ustadz dalam ceramahnya menyisipkan pula berbagai pertanyaan retoris, ungkapan-ungkapan keprihatinan atas fenomena yang tengah tetjadi di masyarakat,