Paceklik Nasional

Ini bukan tentang langkanya pangan yang dialami negara dan bangsa kita. Tapi tentang sesuatu yang lebih serius dari sekedar kelaparan yang melilit perut.

Ketika politisi kelas satu negeri ini dan orang-orang yang dikenal sebagai pesohor nan cerdas tinggi berakal di tanah air begitu gampang terhasut oleh isu atau kabar yang belum jelas benar duduk perkaranya. Jika rivalitas dalam berpolitik mereka lebih mendominasi dari obyektifitas dalam menarik kesimpulan, apa yang bisa dikatakan lagi selain bahwa kita ini sedang mengalami masa paceklik nasional dalam hal kewarasan dan akal sehat?

Sifat dan sikap kurang cermat hingga mudah terhasut -apapun alasan penyebabnya- tentu bukan perkara sepele bagi siapapun, apalagi bagi para aktivis, para calon pemimpin nasional dan calon-calon petinggi pemerintahan yang akan membuat dan menjalankan kebijakan negara.
Apa kira-kira yang bisa diharapkan dari mereka jika kelak benar-benar memegang kendali negara dan pemerintahan? Akan berbahaya buat kita semua jika sikap reaktif yang dikedepankan.

Empathy yang tinggi disusul pembelaan dengan sungguh-sungguh terhadap korban kekerasan apalagi jika urusannya dengan kebebasan berpendapat yang memang tidak sejalan bahkan mencederai demokrasi baik kekerasannya itu berupa fisik maupun psikis, adalah hal yang sangat baik dan mesti didukung. Tetapi pembelaan yang gigih itupun tidak bisa dilakukan begitu saja tanpa adanya upaya yang cukup untuk memastikan kebenaran atas apa yang terjadi. Tidak bisa dibenarkan juga jika hanya didasari atas laporan sepihak tanpa  adanya klarifikasi yang memadai dan pertimbangan matang lalu berkesimpulan secara semena-mena.

Kasus "penganiayaan" terhadap aktivis Ratna Sarumpaet yang belakangan diketahui sebagai hoax, yang menyita perhatian tidak hanya publik awam saja, senyatanya telah menimbulkan kegaduhan politik dan hampir saja ter-eskalasi menjadi lebih besar lagi. Barangkali demo-demo besar yang berjilid untuk menuntut keadilan kepada pemerintah dan institusi berwenang akan ramai digelar, apalagi di tahun politik ini.

Kita bisa lihat tokoh kondang sekelas Hariman Siregar pada suatu forum dan tempat tertentu telah mengundang orang-orang penting semacam Fahri Hamzah yang wakil ketua DPR sekaitan dengan issue tindak kekerasan ini.
Yang pada forum ini, orasi salah satu tokoh yang hadir itu -video rekamannya sempat beredar- malahan telah mengajak peserta forum untuk melakukan perlawanan. Gema takbir pun berkumandang mengiringi semangat perjuangan yang akan dilakukan.

Beruntung sekali gerak cepat dari Polri yang dalam hal ini Polda Metro Jaya dalam membongkar kebohongan dengan temuan kejanggalan-kejanggalan dalam rangkaian cerita itu, memaksa sang pembuat fiksi penganiayaan tak ada pilihan lain kecuali mengaku bahwa kisah itu hanyalah rekaan belaka. Tak ayal, pengakuannya ini mencoreng muka banyak tokoh yang telah melakukan konferensi pers untuk membelanya, mengutuk pelaku penganiayaan dan menuntut pihak kepolisian agar gerak cepat menangkap pelakunya. Bahkan diantara tokoh itu ada yang secara membabi buta menuding pemerintah berada di balik tindak kekerasan ini.

Kalau dicermati, hoax Ratna ini -tidak peduli apakah ini hasil dari kreasi tunggal dia atau ada aktor lain yang terlibat- tidak bisa dianggap main-main. Karena boleh jadi efek ikutannya bisa meluas hingga diluar apa yang bisa kita perhitungkan. Jika massa dalam jumlah besar dan dalam kondisi emosional sudah bergerak, siapa dan kekuatan apa yang bisa mencegah jika kerusuhan terjadi?

Saya kira ini pelajaran yang sangat berharga untuk bisa diambil hikmahnya agar di kemudian hari tidak ada kesalahan fatal akibat kelalaian dan kekurang cermatan kita dalam menanggapai suatu issue. Paceklik dalam hal integritas adalah suatu hal yang harus dilawan dan diberantas. Keadaan itu tidak boleh terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita.

Tentang Ratna Sarumpaet yang telah ditangkap pihak kepolisian di bandara Soekarno-Hatta menjelang keberangkatannya ke Chile, yang kini telah ditetapkan sebagai tersangka, semoga pihak kepolisian bisa memeriksanya dengan lebih cermat sehingga kasus ini bisa tuntas dan jelas tanpa ada yang ter tinggal barang sedikitpun.
Terus semangat Pak Polisi!



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!