Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

To Be A Better Man

Agak kaget juga ketika pagi itu, di tempat para ahli hisap alias smoking shelter berbentuk octagonal milik maintenance department -salah satu tempat merokok favorit saya- mendengar obrolan yang nggak terlalu panjang namun ciamik punya. Apa itu? Lesson Learnt dari adanya pandemi Covid-19 yang telah berimplikasi pada banyak hal ini. Awalnya saya bersendiri saja di ruangan bercat putih kusam itu. Dan memang saya selalu mencari waktu dan tempat yang relatif sepi ketika pingin sebats  -istilah milenialis untuk udud- karena beberapa alasan.  Pertama -dan ini yang paling utama- untuk mendapatkan tingkat kekhusyu'an dalam merokok. Halah!. Tapi memang bersendiri sambil nyebats itu waktu yang paling afdhol untuk bermain-main dengan pikiran. Untuk berfiksi-fiksian dalam makna positifnya seperti penjelasan Bung Rocky Gerung tempo hari di acara talk show-nya Bung Karni Ilyas kalau ngga salah ingat.  Atau berkelana membongkar memory mencoba mencari part-part yang terlewat, semacam kontemplasi r

Terkotak Dalam Perbedaan

Apa yang dulu pernah saya alami di masa-masa usia sekolah itu ternyata perwujudan kecil skala kampung dari mendunianya pergulatan seru atas perbedaan pandangan theologis. Ya, ianya adalah gambaran faktual dari dinamika yang nampaknya tak pernah akan lekang oleh waktu dan terus berlangsung, terwariskan generasi ke generasi selama keberadaan makhluk hidup yang namanya manusia itu ada. Saat itu, dengan usia yang baru sekitaran delapan tahun, saya memang belum cukup umur untuk mengerti secara terang apa yang sebenarnya telah terjadi dengan orang-orang dewasa dan rasa-rasanya cukup berilmu di lingkungan yang saya tinggali itu. Hingga akhirnya sekelompok orang memutuskan untuk membangun mushola kecil yang kita sebut sebagai langgar, berjarak kurang dari 100 meter ke arah timur dari masjid yang sudah ada dan terbilang cukup besar. Kepingan yang masih saya ingat betul adalah ketika ikut kerja bakti mengangkut material wakaf dari desa sebelah berupa batu bata, kayu dan genteng sebagai bahan

Sekedar Obyek Belaka?

"Mugiya kita kabeh tansah pinaringan rahayu widada lan sih kawêlasane Gusti Alloh Kang Maha Suci, kalis sakehing sambekala. Gambuh jumbuh karo piwulange agami samubarang kang rinekadaya kuwi kudu sinartan nyênyuwun lan tumungkul pasrah maring ngarsane Gusti Kang Murbeng Dumadi. Amêrga sakabehing tumitah kang lumaku ing sak lumahing bumi lan jagad raya kuwi ana ing panguwasaning Gusti. Nanging kosokwaline uga kita ora kêna lumuhing gawe lirwa ing pambudidaya, banjur   hamung  mligi  ndêdonga nuli pasrah bongkokan maring Gusti." Adalah Pak Sulam, lelaki yang telah berumur menjelang 60 tahun namun masih nampak segar bugar dan tegap itulah yang menuturkan sebarisan kalimat dalam bahasa jawa di atas. Kalimat yang bermuatan doa, nasihat dan pengingat pada acara anjangsana yang dihelat di pendapa -begitulah kita menyebutnya- yang berada di samping rumahnya petang itu. Pendapanya, adalah sebuah bangunan sederhana yang tidak terlalu luas dan dibiarkan terbuka tanpa dinding. Tiang-

MEGATRUH

Senja yang masih menggantung di atas garis cakrawala itu seolah memberi isyarat, "Selesaikan semua urusanmu, persiapkan segalanya sebelum aku membawamu serta dalam dekap hangatku, dalam larut sepiku". Warna merah jingga yang bertahan di ufuk itu masih memberi kesempatan. Ya, masih ada waktu karena siang memang belumlah sepenuhnya usai. Masih ada kesempatan tersisa untuk melengkapi keping-keping puzzle kehidupan. Agar citra diri itu sepenuhnya utuh. Kesempatan yang berhimpitan tak terpisah dari sang waktu adalah niscaya. Hanyalah kegigihan dan keteguhan hati bekal untuk bertarung dan bersiasat dengan sang waktu. Yang ianya tak sekalipun abai dengan ketetapan. Yang terus berjalan memenuhi kodratnya. Yang lugas dalam memutus setiap pengupayaan. Yang tak pernah hirau pada para pengharap yang merasa kehilangan. Dan anugerah atas kesempatan itu telah menjadi karunia besar yang tak bijak bila terhampa sia-sia.

OJO KLERU

Definisi itu menjelaskan dan menjadikannya gamblang. Mestinya begitu. Tapi, tak jarang ia malah membuat sekat. Sekat yang menghalangi, membelenggu, mengungkung dan, akhirnya jumud. Keterkungkungan kronis yang menjumudkan itu lantas membuatnya semakin rigid. Kaku, mengeras-batu. Menyisakan sisi-sisi tajam tak ramah. Wujud penghadir rasa ngeri Penyebab luka bagi para pendekat yang tak hati-hati. Mulo, sing ngati-ati ojo nganti kleru