Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

HANYA IGAUAN

Mata itu tak lagi bisa dibuka lebar Hanya separuh katup atau malah kurang Melemahnya koordinasi antar saraf yang bertanggung jawab pada semua aktifitasnya itulah pangkalnya Kelopaknya bak terberati beban Hingga hanya menyisakan ruang sempit Bagi kornea yang masih berhasrat menangkapi segala citra Lalu di antara jaga dan lena itulah Kenanaran, samar-samar, ke-tak jelas-an, bayang-bayang pucat, citra-citra distorsif yang memenuhinya Kantuk berat nan panjang itu Lalu menyeretnya masuk ke kedalaman alam warna-warni Tangkapan citra-citra distorsifnya ikut pula berbaur Berkelindan tak berjarak Bergumulan tak terpisah Bergelora membuncah-buncah Merambahi malam yang semakin dalam Dalam Dalam dan pekat Lalu suara keras memecah di ujung sunyi "THOGHUT...THOGHUUUT!!!" "Nak, banguuun...bangun nak! Engkau mengigau!."

Tembang Macapat

Lewat baris-baris kata yang dipilih dan disusun secara indah, lalu disenandungkan dengan tak kalah apiknya pula, adalah metode bernasihat, memberi pêpeling kepada khalayak yang dilakukan oleh para leluhur kita tempo doeloe. Budaya dan sastra merupakan sarana yang dipilih untuk ikut berpartisipasi dalam membangun karakter masyarakat dan bangsa. Karya-karya kesusastraan para leluhur yang adiluhung itu telah menjadi khasanah bangsa yang bernilai sangat tinggi. Karya-karya yang penuh nasihat dan petuah bijak itu agaknya akan tetap relevan dengan kondisi kekinian. Dari sekian banyak karya sastra yang telah para leluhur lahirkan itu, adalah Macapat yang konon termasuk ke dalam karya sastra tembang cilik, mempunyai banyak ragam di mana pada setiap ragam dari tembang itu memiliki kandungan nilai tersendiri yang amat bagus. Ada sebelas ragam atau jenis dalam Macapat yang isinya nasihat berkenaan dengan perjalanan hidup manusia dari semenjak dalam kandungan ibu hingga kembali kepada Sang

Kesahajaan Yang Tersalah-pahami

Berabad-abad lamanya Engkau tersimpan dan berpindah dalam sulbi-sulbi suci dan rahim-rahim pilihan Berabad-abad lamanya pula namaMu selalu disebut dan menjadi tuah dan azimat bagi para pengharap Engkau dinanti-nantikan sepanjang waktu hingga Engkau hadir di bulan Rabiul Awwal kala itu Menebar cinta, kasih sayang dan berkah bagi sekalian alam KehadiranMu bersama keagungan dan keluhuran sifat dan budi pekerti yang tak tertandingi oleh siapapun Telah menjadi rahmat bagi semesta raya Sekaligus penutup Kenabian, penyempurna agama dan akhlak sekalian manusia Keagungan, keluhuran dan segala keunggulanMu yang berbalutkan kesahajaan yang sangat luar biasa itu Ke-basariyah-anMu yang Engkau perlihatkan secara jelas dan terang Sungguh telah menjadi tabir tebal dan suatu perkara bagi sebagian ummatMu Hingga membuatnya berpurbasangka serampangan akan hal ikhwalMu Gegabah memperbandingkan, mempertanyakan, mensoalkan hal yang bagi sebagian orang teranggap sebagai amat terlarang yang bah

Hikayat Mata Air

Mata air abadi itu terus saja memancarkan air yang jernih menyegarkan. Tanpa kenal putus. Barang sejenak pun. Airnya tetap terus mengalir melintasi sungai-sungai nan panjang tak berujung. Mengalir melintasi rentang waktu yang amat panjang. Bahkan hingga berakhirnya jaman. Ia memenuhi segala hajat, mencukupi segala kebutuhan. Men-tawarkan segala dahaga hingga membasuh sucikan hati-hati yang muram dan nestapa oleh beragamnya khilaf dan dosa, berpadu pengharapan dan rindu yang tak terperi. Adalah hikmah dan berkah dari gempa besar kala itu. Gempa tektonik bergesernya lempeng-lempeng bumi oleh sebab aktifitas bawah tanah. Gempa vulkanik yang memuntahkan lava dan bebatuan besarnya itu sempat menghadang dan menutup lintasannya. Hingga airnya meluap, meluber kemana-mana. Membanjiri tanah-tanah tandus, sawah-sawah gersang serta ladang-ladang yang kekeringan. Meluber mencari dan membentuk lintasan-lintasan baru. Adalah tanah-tanah persemaian yang selalu kekurangan air itulah yang menan

Betapa Dalam Beragama Itu Bukan Perkara Mudah

Gus Mus dalam sebuah tausiahnya mengatakan kalau beliau pernah berandai-andai, alangkah enaknya jika hidup pada masa kenabian Rasulullah Muhammad SAW. Bagaimana tidak!. Kita bisa melihat Al-quran berjalan, bisa merujuk langsung pada sang pembawa risalah, merujuk dengan tidak ada bias sedikitpun tentang apa saja yang kita ragu, perselisihkan ataupun sangsikan. Bukankah Nabi dan segala yang beliau lakukan adalah wujud dari ilmu dan ahlak Al-quran?. Namun sejurus kemudian Gus Mus membantahnya sendiri, jangan-jangan dengan watak dan kelakuan kita seperti saat ini, boro-boro menjadi pengikut setia dan taat sama kanjeng Nabi, boleh jadi -ini yang amat sangat dikhawatirkan- malah menjadi bagian dari rombongan para pengingkar dan penentang Beliau!. Mirip dengan apa yang disampaikan oleh Gus Mus, pernah sekali waktu saya juga berandai-andai demikian. Apakah seandainya saya hadir pada masa-masa itu, saya akan sanggup berdiri tegak di barisan kanjeng Nabi?. Sementara kerasnya situasi pada ma

Andai Bisa Diam

Tempo hari dalam percakapan WA grup sekolah saya jaman masih ingusan, salah satu kawan baik saya, Cak Igun yang praktisi dan ahli manufaktur dengan mesin perkakasnya itu menyeletuk, "Bro tak tunggu-tunggu tulisannya kok lama banget ngga muncul?". Atas 'peringatannya' itu saya sebenarnya agak-agak merasa gimana gitu. Antara tersanjung, malu dan beberapa hal lain yang tumpang tindih. Tapi, ah ternyata kok ada yang suka dan malah menunggu tulisan saya yang sebenarnya -lebih seringnya- sebagai ungkapan dari 'uneg-uneg' yang mengganggu pikiran dan seperti biasanya hal demikian itu cukup mereda ketika diceritakan atau -dalam konteks relasi media sosial- dituliskan. Jadi seperti curhat saja sebenarnya. Baiklah. "Tak turuti Cak, saya mulai nulis uneg-uneg lagi deh, hehehe". Saya teringat pada ungkapan "Diam Itu Emas". Apakah benar demikian adanya?. Dalam konteks tertentu memang iya, diam merupakan pilihan yang sangat berharga sehingga diseb

Bang-bang Wetan

Semburat merah di ufuk timur itu pertanda, bahwa pagi kan datang dan malampun segera berlalu. Gulitanya segera sirna oleh benderang yang menjelang. Dan segala lelap penawar lelahpun harus terhenti. Citra-citra khayali dalam bubungan mimpi, yang tak sedikitpun peduli pada yang indah melenakan, maupun yang buruk mencekam, haruslah usai.  Karena mata sudah tak lagi pantas untuk terus terpejam. Karena kesadaran sudah saatnya harus dibangunkan. Dan semburat merah di ufuk timur itupun menyapa dan berpesan. Bahwa kita sudah harus melupakan segala mimpi dan halusinasi. Tinggalkan saja mereka itu di tepinya malam. Karena hidup adalah kenyataan dan bukanlah narasi dan opini yang tak berisi.  Ia harus dijalani dan diikhtiari dengan bangkit dan bergerak. Menyambut hangatnya mentari pagi dan menyongsongi hari dengan sepenuh harapan.  ==== "Dialah yang menjadikan malam bagi kamu supaya kamu beristirahat padanya dan (menjadikan) siang terang benderang (supaya kamu mencari karunia Al

Sampai Kapan?

Ibu pertiwi belumlah berhenti menangis Air matanya masih terus bercucuran Berlelehan tak terseka Rona ayunya sirna tersaput kesedihan Duka tak berujung pangkal Hatinya perih luka mendapati anak-anaknya Tak kunjung berhenti bermusuhan Tak kunjung berhenti bersengketa Tentang apa saja Anak-anaknya masih saja seperti dulu Meski telah tumbuh dan beranjak menua Mereka nyatanya belum sekalipun menemui masa dewasanya Dan kepedihan itu semakin mendera-dera luka hatinya Manakala diantara mereka yang Ia harap bijaksana Menjadi guru-guru bangsa Tak lebih kini menjelma bagai Guru Durna Yang dari lidahnya Tersembur kata-kata Bercampuran antara bermakna dan berbisa Dan awampun semakin tercabik Berserak berpecahan Sampai kapan?

Wis Wayahe

Gambar
Ketika pilgub Jawa Timur tahun lalu, tagline ini begitu lekat dengan salah satu kandidat pemilihan gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa. Dan benar memang, di akhir pertarungan itu Ibu Khofifah "wis wayahe" jadi gubernur dengan memenangkan kontestasi itu. Berangkat dari keberhasilan itu, salah satu pimpinan dan pengasuh pondok pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang, KH. Hasib Wahab Chasbullah yang juga putra salah satu pendiri NU itu pernah melontarkan gagasan agar Prabowo-Sandi menggunakan tagline yang sama untuk mendapatkan coattail effect-nya di wilayah Jatim. Saran ini sontak disambut cukup meriah oleh banyak pendukung pasangan 02, setidaknya nampak dari ramainya percakapan di media sosial tentang tagline wis wayahe ini. Banyak yang menganggap sebagai "pertanda alam" atau "kehendak alam" yang lalu dilengkapi dengan berbagai macam unggahan atau postingan yang terkadang terkesan dipas-pasin alias cocoklogi untuk mendukung ke-wis wayahe-an itu

Onani Massal Negativisme

Rasa cemas dan takut itu kalian hadirkan sendiri dalam angan dan imajinasi kalian Kalian hadirkan segenap pengancam yang tengah sibuk mengintimidasi kalian Menteror keselamatan hidup kalian, ekonomi kalian, lapangan pekerjaan kalian bahkan agama dan keyakinan kalian Kalian reka dan bangun keadaan dan rasa itu menjadi kian kokoh dari hari ke hari "Ini fakta! Ini nyata!" Itulah kata-kata argumen penguat kalian Lalu, kalian akan cerca habis, kalian kutuki, kalian laknati saban hari apa dan siapa saja yang ada di angan-khayal kalian itu Dan.... Serentak kalian teriak "Aku klimaks!!!"

Fiksi Siang Bolong

"BRAAAKKKKK!!!!" Suara cukup kencang terdengar dari meja yang beberapa saat masih menyisakan getar setelah digebrak oleh sebuah tangan perkasa. Tak bisa dipungkiri, tangan itu senyatanya masih cukup kuat meski pemiliknya sudah berumur lewat dari angka 60-an. Barangkali latihan-latihan fisik yang keras pada masa mudanyalah yang bisa membuatnya begitu. Sangat bisa dimaklumi memang jika keperkasaan itu dimilikinya bahkan hingga masih tersisa sampai hari ini. Sebagai hulubalang raja sememangnya bekal penunjang kesamaptaan diri itu baik fisik maupun psikis sangatlah penting, apalagi sebagai hulubalang kepala. Gebrakan keras pada meja yang terjadi hari itu, konon, lantaran salah seorang koleganya berusaha menahannya untuk tidak berlaku tergesa-gesa. Barangkali sang kolega itu mempunyai pandangan bahwa tidak ada yang bisa dipetik buah dari sesuatu yang didasari dengan ketergesaan. "Pergi Kau!"

Kwik Koen

Belum lama ini nama itu selalu disebut-sebut oleh sangat banyak orang. Dia dituduh telah membikin suasana gaduh segaduh-gaduhnya seantero negeri yang sedang mengadakan pesta akbar. Namanya memang terdengar mirip nama dari etnis Tionghoa, tapi sebenarnya dia tidak pernah berbangsa. Bahkan dia juga tak ber-gender. Kwik Koen saat ini sedang menghadapi masalah serius. Dia dipertanyakan tentang genetikanya, hingga para ahli -diwakili oleh Ba Paong- yang lagi sewot dengan keberadaannya itu menantang buka-bukaan untuk test DNA. Karena merasa tidak ada yang salah dengan dirinya maka Kwik Koen dengan sangat percaya diri berani menjawab tantangannya. Alhasil, setelah rangkaian test itu dilakukan, sebagai imbalan atas kesediannya itu, Kwik Koen meminta balik pada Ba Paong dan para ahli tersebut untuk juga menjalani test yang sama. Dan agaknya Kwik Koen hingga hari yang telah lewat harus menelan ludah dan menggigit jarinya karena imbalan itu tak kunjung diberikan hingga batas waktu yang tidak

"Ndoro" Elit Politik

Dulu, di kampung tempat ibu saya lahir dan dibesarkan, ada sebuah rumah dengan arsitektur bangunannya yang jauh berbeda dengan kebanyakan rumah yang ada di sekitarnya. Atapnya bergenteng jenis Karangpilang yang telah kesohor itu, yang harganya bisa berlipat dari genteng yang biasa dipakai penduduk pada umumnya. Rumah itu bagus mentereng, bercat putih penuh wibawa, rapih terawat dengan berbagai tanaman dan bebungaan yang memberi nuansa asri harmoni. Pekarangannya pun amat luas hingga membuat rumahnya terkesan nampak kecil saja. Pintu dan jendela yang berwarna kuning gading yang amat jarang terbuka, ditambah pagar tembok cukup tinggi yang mengelilinginya serta pintu gerbang yang selalu terkunci itu makin mengentalkan kesan eksklusifnya. Berjarak. Adalah seorang tuan, priyayi berdarah biru kerabat keraton yang berasal dari kota besar di Jawa Tengah-lah sang pemilik rumah itu. Sang tuan jarang atau bahkan hampir tak pernah nampak disana karena memang hanya sesekali saja priyayi agung itu

Diamuk Renjana Kuasa?

'Pengadilan' paling demokratis terhadap para ndoro elit politik yang menurut kita tidak layak pakai, dan menghukum mereka tanpa lembaga peradilan agar berhenti dari kiprah politik praktisnya adalah di bilik suara. Rakyat-lah yang akan menghakimi mereka semua itu melalui suara yang mereka punya. Dan itu sudah dilakukan oleh para pemilik mandat lebih dari seminggu yang lalu. Kini hanya tinggal menunggu hasil dari 'penghakiman' rakyat itu seperti apa. Jauh-jauh hari sebelumnya, paling tidaknya yang tergambar di media sosial,  teramat banyak orang mengatakan: "Kita tenggelamkan mereka nanti di tanggal 17 April 2019".  Dan saya kira banyak yang sepakat bahwa pencoblosan adalah wujud dari sebuah people power yang sebenarnya. People power (lunak) yang sangat elegan dan berkeadaban tanpa adanya kekerasan fisik yang berpotensi menimbulkan banyak korban. Kalaulah dalam pelaksanaan pemilu kemarin berjatuhan korban juga, lantaran beban kerja yang kelewat berat akibat

LABELLING (1)

Gambar
Sudah barang tentu bagi orang-orang yang berkecimpung dalam dunia industri manufaktur, terutamanya industri yang terkait erat dengan bahan kimia, beberapa gambar/label yang saya sertakan ini sudah tidak asing lagi. Malahan sudah sangat familiar. Kita, orang-orang yang secara guyonan disebut "pabrik figur" oleh karena "dedikasi" atas waktu dan tenaga untuk pabrik (halah kuli pabrik wae ndadak cem-macem barang!! aahhh...iya ya) akan selalu memberikan perhatian lebih pada label-label sejenis itu ketika akan melakukan penanganannya, oleh karena pentingnya informasi yang ada padanya. Dengan mengetahui secara benar apa jenisnya dan prosedur bagaimana bahan-bahan itu harus ditangani, terlebih jika terjadi keadaan yang tidak diinginkan, kita telah melakukan semacam jaminan keselamatan baik bagi diri sendiri, orang lain, lingkungan maupun badan usaha kita. Tentu ujungnya juga pada kelancaran proses produksi -imbasnya ya keuntungan pabrik dan bayaran toh- dan juga

Kompor Meledug

Saya masih belum lupa pada orang yang selalu berpakaian hitam itu, yang tidak saja dikenal sebagai politisi tapi juga sebagai paranormal. Dan barangkali saja pakaian serba hitamnya itu sebagai simbol penegasan keparanormalannya. Semacam permakluman bahwa ia seorang yang linuwih yang memiliki kemampuan supranatural. Seorang yang memiliki "ngelmu" yang bisa mengetahui sesuatu yang belum terjadi, yang dalam khasanah Jawa dikenal sebagai "Weruh sak durunge winarah" itu. Apakah memang betul demikian, barangkali perlu ditelusur lebih jauh lagi. Beberapa tahun silam, setelah pilpres 2014 yang berakhir dengan kemenangan pak Jokowi sebagai presiden RI, tokoh kita ini meramalkan -yang saya yakini berdasarkan pembacaan supranya itu- bahwa usia pemerintahan baru ini tidak akan bertahan lama. Presiden Jokowi akan tumbang hanya dalam hitungan bulan saja, tak lebih dari seumuran jagung belaka. (Aha..saya masih ingat betul wajah dengan tarikan bibirnya yang multi tafsir itu!!)

Kisah Pendekar Golok Lidah Api

"Ciat..ciaat..ciaatttt" Dengan gerakan yang tangkas pendekar muda itu sekonyong-konyong menyerang orang berpeci hitam yang berkalungkan sarung di lehernya itu. Meski beberapa kali serangannya hanya mengenai ruang kosong, ia masih terus saja menyerang. Orang berpeci hitam itu senyatanya tidak kalah tangkas dan gesitnya. Ditilik dari cara menghindar dan berkelitnya yang sangat efisien saat meladeni serangan, jelas dia seorang yang mengerti betul tata gerak beladiri. Apalagi ketika pada suatu serangan yang mengharuskannya melompat agak jauh ke belakang, lompatannya itu ia lakukan dengan sangat ringan diakhiri dengan kuda-kuda yang kokoh mantap. Serangan dari pendekar muda itu semakin menggebu lantaran sampai berpuluh jurus tak satupun pukulan dan tendangannya bisa mengenai sasaran. Keadaan ini membuatnya semakin kalap saja, hingga beberapa kali dalam serangannya itu nampak ada celah yang bisa digunakan oleh lawannya untuk memukul balik bahkan menjatuhkannya. Namun uniknya,

Membonceng Ambulance Menggusur Kebohongan

Mendadak teringat salah satu lagu karya bang Iwan Fals yang dengan jenaka dan nakal khasnya memotret salah satu sudut ketimpangan sosial dalam scene rumah sakit dan pelayanan pasiennya. Berikut kutipan lirik lengkapnya: Ambulance Zig-zag Deru ambulance memasuki pelataran rumah sakit yang putih berkilau. Di dalam ambulance tersebut tergolek sosok tubuh gemuk bergelimang perhiasan. Nyonya kaya pingsan mendengar kabar putranya kecelakaan. Dan paramedis berdatangan kerja cepat lalu langsung membawa korban menuju ruang periksa. Tanpa basa-basi ini mungkin sudah terbiasa. Tak lama berselang supir helicak datang masuk membawa korban yang berkain sarung. Seluruh badannya melepuh akibat pangkalan bensin ecerannya meledak!. Suster cantik datang mau menanyakan. Dia menanyakan data si korban. Dijawab dengan jerit kesakitan suster menyarankan bayar ongkos pengobatan. Hey sungguh sayang korban tak bawa uang. Suster cantik ngotot lalu melotot dan berkata silahkan bapak tunggu di muka.

Saya Nasionalis dan Patriot

Ketika pemerintahan itu, baik pada level daerah maupun nasional harus berganti, boleh jadi para punggawa lamanya ada menyimpan rasa was-was, kecuali bagi mereka yang memang tidak punya kepentingan pribadi alias lurus-lurus saja dalam menjalankan amanah kekuasaan yang telah diberikan serta punya rasa legawa yang mapan. Punya sifat kenegarawanan yang baik yang dibuktikannya dengan tetap berkontribusi, memberi sumbangan pemikiran yang jernih demi kemajuan rakyat, negara dan bangsa. Semacam bekerja sunyi di sebalik layar tanpa perlu lagi publikasi yang bisa memabukkan. Muasal kekhawatiran itu adalah jika hal-hal yang bisa mencoreng torehan prestasi dan mendatangkan aib karena kekeliruan langkah yang diambil, cerita dan citra negatif yang selama ini tertutup dan ditutupi bisa menjadi terbuka secara umum. Atau hasil capaian kerja dari penerusnya menunjukkan hasil yang lebih baik apalagi jika perbedaan hasil itu terlihat sangat jauh. Salah satu misal adalah ketika pada masa pemerintahan pel

Ke Ustadz-ustadz Itulah Saya Belajar Memaki

Luar biasa memang jaman now ini, kita sangat dimanjakan dengan adanya fasilitas internet yang sudah sedemikian rupa, hingga (kalau tidak bisa mengendalikan diri) bisa terlena dan habislah waktu kita terserap olehnya. Baru di kanal youtube saja, konon katanya, untuk bisa menonton semua yang ada disana seumur hidup kitapun ngga akan selesai, karena saking banyaknya. Dan karenanya pula, seolah apapun yang ingin kita cari akan bisa didapatkan, yang bermanfat maupun tidak, yang baik-baik maupun yang menjijikkan. Barangkali kata menjijikkan bagi sebagian kita akan terasosiasi pada hal-hal yang lebih bersifat pornografis meskipun tidak selalu demikian, karena ada banyak diluar pornografi yang bisa membuat kita muak dan merasa jijik. Dari banyak hal itu apa yang lebih menjijikkan, menurut saya, adalah jika orang berbicara agama tetapi di dalamnya bercampur dengan hal-hal yang berlawanan dengan ajaran agama itu sendiri. Pensitiran kalam-kalam suci lalu diikuti cacian, makian, hinaan, kata-

Nasehat Diri

Ketahuilah, untuk menyebutmu sebagai radikal itu tidak harus menunggumu membuat kerusakan. Dan pernyataan kerasmu "Andai kami-kami ini radikal, kalian sudah habis semua, ibukota ini sudah rata dengan tanah" tidak serta merta merubah pandangan terhadapmu. Pun ketika dengan kalimat lain kamu berujar "Lihat, bahkan rumputpun kami jaga, tidak kami rusak dengan menginjak-injaknya" tak lantas pula menggeser orang dari penilaiannya karena yang ada malah nampak menggelikan. Betapa tidak, kamu sanggup tidak merusak rumput tapi kamu sanggup menyakiti hati saudara seagamamu dengan apa yang kamu lakukan selama ini. Apakah menurutmu saudara seagamamu tidak lebih berharga dari sekedar hamparan rumput?. Pun juga, ketika kamu tidak bersetuju dengan ucapan atau perbuatan/kegiatan orang atau kelompok diluarmu lantaran berbeda dengan penafsiranmu, hargai perbedaan yang ada itu dengan tidak mengganggu mereka lewat provokasi dan hasutan apalagi pengerahan massa untuk menekan, memak

Rocky Gerung, Sang Fenomenal?

Sudah sekian bulan ini nama Rocky Gerung yang tak terpisahkan dari kata "Akal Sehat dan Dungu" ini selalu menjadi buah bibir. Dia dielu-elukan dan banyak mendapat sanjungan serta pujian dari banyak kalangan lantaran 'ilmu dan kecerdasannya' serta kelugasannya dalam berpendapat dan berargumentasi. Banyak yang terpikat dengan kepiawaiannya dalam memilih dan merangkai kosa kata dalam mengekspresikan pikiran-pikirannya itu, hingga yang tadinya tidak suka silogisme dan alergi pada ilmu filsafat bahkan mensesatkannya mendadak berubah haluan menjadi penggemar baru keilmuan itu. 'Sihir' Rocky ini melahirkan ungkapan "No Rocky No Party". Mumtaz!. Kepopuleran semacam ini tentu tidak luput dari pantauan seorang produser acara karena secara bisnis tayangan jelas akan sangat menguntungkan untuk mendulang rating yang ujungnya mendatangkan fulus dari para pengiklan. Tidak heran jika dia laris manis diundang sebagai nara sumber untuk acara-acara talk show di berba

Bonus Demografi Itu Mesti Terselamatkan!

Fenomena menarik yang belakangan ini tengah mengemuka adalah cerita tentang banyaknya angkatan muda kita, para remaja pelajar kita yang sedang giat dan gandrung untuk lebih mempelajari agamanya. Antusiasme belajar mereka begitu tinggi. Fenomena yang terjadi ini saya kira sangat menggembirakan mengingat gambaran umum dari masa remaja adalah masa bersuka-ria yang seolah tanpa beban. Tentu kita patut bersyukur dan berbangga pada mereka yang telah tersadarkan akan pentingnya agama sebagai pedoman hidup selagi masih dalam usia belia. Semacam ada harapan baik jika kelak mereka dewasa, telah mempunyai bekal spiritual yang memadai yang akan sangat berguna untuk melanjutkan estafet dalam merawat dan memajukan negeri ini untuk meraih gelar baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur. Atas fenomena ini, adakah terbersit sesuatu yang lain selain dari rasa gembira, bangga dan optimisme yang tinggi itu? Ada. Kekhawatiran itu muncul ketika mereka tidak mendapatkan pengajaran yang benar, ketika merek