Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2018

Sufisme, Apakah Sebuah Bid'ah Dalam Agama?

Saya kira sangat tepat jika dikatakan bahwa ketika orang yang berbicara (pidato, ceramah, berdakwah) itu sangat perlu mempertimbangkan kepada siapa pesan itu hendak disampaikan. Karena mempertimbangkannya dengan cermat antara isi materi, metode penyampaian, bahasa yang digunakan dan audien atau sasaran dari pesan itu, senyatanya sebagai kunci yang memegang peranan besar untuk keberhasilan dan tercapainya suatu tujuan. Problem yang dihadapi oleh siapapun dalam hal berkomunikasi model tersebut, kiranya banyak terkait dengan permasalahan di seputaran ini. Materi yang "berat" apalagi disampaikan dengan pilihan bahasa atau kosa kata yang ndakik-ndakik alias sulit dipahami tentu merupakan kendala yang besar jika para pendengarnya tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan awal yang cukup memadai. Lain halnya bagi pendengar dengan kondisi sebaliknya, tentu mereka telah siap dan sanggup mencerna dan memahaminya. Tak kurang, dalam suatu riwayat diceritakan, Nabi Musa sebelum menya

Pengantin (Bom) Teruna [MariBerceritaSaja-2]

Aku ingin sedikit berbagi perasaan sedih yang sampai hari ini masih menyesakkan dada. Meski sudah sekitar dua pekan lamanya, jika dihitung semenjak adanya kerusuhan di Mako Brimob Kelapa Dua Depok, lalu disusul dengan beberapa serangan suicide bombing ke beberapa gereja di Surabaya yang merenggut nyawa saudara sebangsa dan setanah air itu, rasa-rasanya masih saja menggoreskan duka dan luka.  Bagaimana tidak meninggalkan duka dan kepiluan yang amat sangat jika temuan pada jasad 5 korban anggota Polri dari satuan Densus-88 itu terdapat jejak-jejak kesadisan yang mendahuluinya sebelum berakhir pada kematiannya?. Saya sudah tak kuasa lagi untuk menuliskan ulang jejak-jejak luka pada tubuh korban yang rasanya begitu sulit untuk diterima oleh akal sehat. Bagaimana mungkin hal yang demikian itu ternyata sanggup dilakukan oleh anak manusia yang dikarunia akal dan hati. Bagaimana pula tidak menorehkan kegetiran dan kepahitan yang terus mengusik nurani jika dalam serangan-serangan bom y

Para Pengais Emas (Puzzle&Labirynth~6)

Sadar maupun tidak, kita semuanya ini adalah musafir, sang pejalan yang tengah menyusuri lorong-lorong riuh-sunyi, terang-gelap, menukik turun-terjal mendaki di dalam rimba belantara  kehidupan kita. Sang pejalan yang tengah berhadapan langsung dengan segala aral melintangnya. Dinamika dan romantika yang selalu hadir silih berganti dan memberi warna-warni dalam setiap jejak langkah itu, bagi kebanyakan kita,  kerap menjadi selubung yang mengaburkan pandangan, bius-bius yang sanggup melemahkan kesadaran. Kesadaran bahwa penyandangan nama sebagai sang pejalan itu, kelak mesti kembali, pulang menuju kampung halaman asal-muasalnya. Sungguh beruntunglah, ketika dalam situasi yang sedemikian sulit itu mendapat karunia Allah atas dipertemukannya kita dengan orang-orang yang teguh kukuh dalam jejak langkah yang terang. Pribadi-pribadi tercerahkan dan mencerahkan yang bisa membantu menjaga kesadaran kita, agar tak lupa  mengenali pula jalan-jalan pulang itu. Orang-orang yang terpikat da

Perang Dan Guratan Garis Tegasnya

"Sadarkah engkau bahwa perang yang pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dalam perjuangannya untuk menegakkan kalimatullah itu ada guratan garis-garis tegas sebagai penguji dan pemisah? Bahkan-pun pada perang-perang setelah beliau mangkat itu?"   Demikian sahabat karib dalam setiap perenunganku itu melemparkan pertanyaannya. Sangat masuk akal memang jika perang itu bisa "dibaca" juga sebagai bentuk ujian. Bukankah kesanggupan untuk berangkat ke medan juang dengan meninggalkan harta, sanak saudara, isteri-isteri dan anak-anaknya itu, dengan kemungkinan tidak pernah pulang kembali ke rumah dan keluarganya adalah ujian yang sangat besar? Kiranya hanyalah pribadi-pribadi teguh yang benar-benar meyakini kerasulan baginda Nabi Muhammad SAW sajalah yang sanggup melakukan itu semua. Selayaknya dalam setiap apa yang dilakukan para insan bertakwa bahwa menjaga niat itu sebagai bagian tak terpisahkan dari suatu amal, seperti apa yang sering disampaikan dalam tausiah para

Gandrung Kapiluyu...Cinta Termehek-mehek

Konon, pada suatu waktu dan tempat, ada sebuah wilayah kekuasaan yang dipimpin oleh seorang sultan yang arif dan bijaksana serta mengayomi rakyatnya dengan keadilan dan penuh dengan welas asih. Kehidupan di wilayah sang sultan ini, menjadi wujud kondisi ideal yang disebut dengan Tata Tentrem Karta Raharja Gemah Ripah Loh Jinawi. Kearifan dan kebijaksanaannya pun begitu mengesankan hingga pada daerah dan wilayah lain diluar kekuasaannya. Hingga membuat perasaan segan dan penghormatan yang tinggi dari para penguasa lain itu terhadap sang sultan. Keterpincutan  alias cinta termehek-mehek gandrung kapiluyu  atas sebab keunggulan kepribadian sang sultan yang bèr-budi báwá lêksáná  dari para penguasa wilayah lain itu, berbuah pada kerelaan mereka menjadi wilayah bawahan sang sultan. Rela menjadi semacam wilayah taklukan tanpa adanya aksi penaklukan apapun. Barangkali semacam memberikan baiat untuk bersumpah setia kepada sang sultan, untuk bahu membahu bekerja sama demi kemaslahatan hidu

Dimanakah Tuhan, Dimanakah Pikiran

"Dimanakah Tuhan itu berada?" Pertanyaan yang kerap muncul itu mendapatkan respon jawaban yang tidak selalu sama dari para ustadz/ulama dan orang-orang yang mempelajari agama dengan tekun dan bersungguh-sungguh meski mereka tidak dikenal dan tidak pernah pula menganggap diri mereka sendiri sebagai ustadz/ulama. Tanggapan atau pendapat yang berbeda itu sememangnya sangat mungkin terjadi dan tidak pula aneh, oleh sebab adanya perbedaan dalam memberikan penafsiran pada dua sumber utama rujukan agama, yakni Alqur'an dan Alhadits oleh para agamawan itu. Interpretasi atau penafsirannya tentu sangat dipengaruhi oleh latar belakang ideologi yang dianut dan kedalaman pemahaman tentang Ketuhanan itu sendiri. Namun jikalau tak hendak mau saling memahaminya maka klaim kebenaran sepihak pastilah yang akan lebih ditonjolkan. Bahwa pemahaman yang benar itu hanya berada pada pihak dan kelompoknya saja. Dan ini sudah menjadi praktek yang turun temurun yang berlaku hingga bisa kita s

Wanita Harus (Tidak) Bekerja?

Bagi saya, tidak penting untuk mencari jawaban mana yang benar, atau katakanlah mencari semacam legal standing-nya, bahwa perempuan itu (harus) ikut bekerja atau tidak. Dan oleh karenanya tidak perlu lagi menyalahkan atau mengolok-olok bahkan hanya sekedar mengkritisi perempuan yang bekerja/berkarir lalu menghubungkannya dengan relasi personal mereka dengan keluarga, suami dan anak-anaknya. Tidak perlu pula memperbincangkan dan mengkira-kirakan kualitas dan jenis hubungan macam apa yang bisa dijalin dalam keluarganya jika perempuan sebagai isteri dan ibu itu banyak menghabiskan waktunya di luar rumah. Saya kira yang demikian tidaklah elok, karena tanpa kita bahas-bahaspun, tanpa kita kulik-kulik pun sudah barang tentu mereka juga telah kepikiran dan telah terbebani dengan keadaan yang dipilihnya itu, maka tidak patut jika kita menambahi beban psikologis itu dengan menilai apa yang sebenarnya kita tidak pernah tahu permasalahan spesifik dan kesiapan diri dari masing-masing orang ya

Janji Kampanye

Saat ini marak sekali calon-calon pemimpin nasional mengangkat issue-issue krusial yang sebenarnya keberadaan dari masalah itu tidak hanya pada akhir-akhir ini saja. Issue tentang korupsi, tentang hutang negara, tentang penguasaan hutan/lahan yang tidak berkeadilan, tentang ngejomplang -nya ekonomi yang sebagian besar kue-nya hanya dinikmati dan dikuasai oleh segelintir orang, tentang kekayaan alam yang banyak di kuasai asing dan lain sebagainya yang terlalu banyak untuk disebut. Bisa dimaklumi juga sih, karena pada masa pra pendaftaran calon pemimpin nasional yang akan jatuh pada bulan Agustus nanti, adalah saat yang tepat untuk menaikkan value -nya agar memiliki daya tawar atau bargaining position yang bagus. Usaha mengatrol nama dan mem- branding diri sendiri dengan issue-issue penting itu agar dikenal sebagai seorang yang peduli pada aset negara, orang yang peduli dengan pendistribusian perekonomian misalnya, merupakan pilihan yang logis. Namun juga menyimpan resiko yang tid

Para "Penyempal" (SecangkirKopiPahit~15)

Kelanjutan dari arbitrase itu akhirnya memisahkan sekelompok orang dalam jumlah yang cukup besar dari pasukan Kufah. Mereka-mereka inilah yang kemudiannya disebut sebagai para penyempal, Khawarij. Anasir-anasir yang mempunyai karakter keras, kaku dan merasa diri berada pada posisi yang paling benar itu, yang keberadaannya menyebar tidak hanya pada salah satu pihak saja, sebenarnya sudah terendus sejak awal. Bahkan sejak sebelum khalifah Utsman menjadi korban serangan sekelompok orang yang tidak puas dengan kepemimpinannya. Namun keadaan pasca serangan itu, insiden beruntun yang berlangsung dengan sedemikian cepatnya tersebut nyata-nyata sulit untuk meredamnya. Dalam riwayat disebutkan, ketika mengumumkan hasil musyawarah antara kedua belah pihak yang diwakili oleh Abu Musa al Asyari dan Amru bin Ash, terjadi kecurangan yang dilakukan oleh Amru ketika tiba gilirannya untuk membacakan keputusan. Kesepakatan awal yang hendak memilih pemimpin baru diluar kedua pemimpin yang sedang be

Sembako, Tragedi Yang (Terus) Berulang?

Sudah berapa kali sajakah acara yang sedianya wujud kepedulian sosial, bentuk dari rasa simpati dan empati pada penduduk kurang mampu itu bisa berubah menjadi bencana yang memakan korban? Berita-berita tentang jatuhnya korban pada acara semacam itu, dari yang cedera ringan hingga kehilangan nyawa adalah jawabannya. Berkali-kali sudah! Keterulangan yang sedemikian itu menyisakan pertanyaan, berbarengan dengan rasa perih duka yang mendalam. Belasungkawa dan penyampaian rasa simpati atas keluarga korban harus kita berikan meski ini hanyalah sebentuk simpati paling rendahnya. Lalu pertanyaan yang harus diajukan barangkali adalah; "Apakah kita ini baik penyelenggara maupun yang datang untuk keperluan itu tidak pernah belajar dari kasus-kasus sebelumnya?" Tentu, disamping kita menilai panitia penyelenggara, misalnya dianggap kurang antisipatif terhadap segala kemungkinan yang bisa saja terjadi dilihat dari ketersedian infrastruktur kepanitiaan, temuan kurangnya banyak

Terperangkap Permainankah Kita Ini?

Gambar
Kalau memperhatikan media sosial kita yang hari-harinya penuh dengan gegontokan, saling serang, saling olok dan maki, saling merendahkan, saling hujat, saling memberi atribut nama-nama binatang pada saudara kita sesama anak manusia sebangsa setanah air, saya menjadi percaya betul pada kata-kata Hermann Goering pada pengadilan Nuremberg yang berangka tahun 1946. Meskipun saat ini berantemnya baru dalam tahap virtual, dalam dunia maya,  namun kecemasan akan berlanjut pada physical clash itu terus menghantui. "Naturally, the common people don't war neither in Russia nor in England nor in America nor for that matter in Germany. That is understood.  The people can always be brought to the bidding of The Leader. That is easy.  All you have to do is tell them they are being attacked and denounce the pacifists for lack of patriotism and exposing the country to danger . It works the same way in any country. (Hermann Goering at The Nuremberg Trials 1946) Poin terpenting dari rang

Racun Kalajengking Dan Kegagalan Menangkap Maksudnya

Terus terang pingin ketawa ngakak ketika netizen pada heboh mengomentari pidato presiden pada sambutan di depan para peserta musrenbang nasional, yang di dalamnya menyinggung tentang komoditas paling mahal di dunia. Tapi ngakaknya saya kali ini harus bercampur rasa sedih. Sedih karena kebanyakan dari komen itu berisi sinisme dan olok-olok, serta kata-kata yang merendahkan. Ngakaknya, semua serapah olok-olok itu sebenarnya bersumber dari kesalahan sendiri dalam menangkap maksud dari pidato presiden. Kegagalan dalam memahami konteks yang sedang dibicarakan. Kalau kesalahan dan kegagalan memahami konteks itu hanya oleh netizen rata-rata sih tidak jadi soal dan kita musti maklum. Tetapi kalau ada tokoh sekaliber ustadz Tengku Zulkarnain yang wasekjen MUI dan beberapa orang yang biasa disebut ustadz oleh ribuan follower-nya, ini yang bikin masygul. Dan lihat saja, cuitan dan statusnya tentang racun kalajengking pada media sosialnya lantas mendapatkan sambutan luas dari para ummatnya.

2019 Akankah Mereka Golput?

Masih teringat banget kata-kata dari banyak orang yang menginginkan punya pemimpin yang saleh. Punya pemimpin yang fasih dalam bacaan ayat-ayat suci alqur'an. Pemimpin yang faham betul ajaran agamanya, sehingga bisa menjadi representasi dari mayoritas penduduk negeri yang muslim ini. Tentang keinginan yang demikian ini tentu sah-sah saja dan jelas sekali akan membanggakan kita semua yang beragama Islam tentu saja. Saya sangat setuju jika memang ada kandidat idaman seperti itu yang akan bertarung, dan atas pertimbangan faktor yang lain yang tidak kalah penting, misalnya kecakapan dalam bidang poleksosbudhankam, tentu dengan suka cita saya dan keluarga akan vote untuknya. Pertanyaan pentingnya adalah, siapa sosok itu yang akan diusung oleh partai, mengingat dalam kontestasi pilpres tidak memungkinkan untuk jalur independen? Presidential Treshold yang 20% itu sebagai sarat awal untuk pemenuhannya. Buntu khan? Eit sebentar, jangan keburu berasumsi bahwa PT 20% itu mengebiri pote

Car Free Day Yang Tercemar

Kejadian hari minggu tanggal 29 April 2018 kemarin, meski dengan berat hati harus diakui bahwa menerima perbedaan (terutama pilihan politik) itu ternyata tidak mudah. Car free day di Bundaran HI Jakarta yang sudah rutin ada itu, agar udara di sekitarnya bebas polusi semburan mesin kendaraan bermotor yang ga ramah lingkungan, tak dinyana ternyata bisa mendatangkan jenis polusi lain yang tingkat bahayanya barangkali bisa lebih dahsyat dari gas CO dan CO2 muntahan si knalpot. Tindakan perundungan, pelecehan, tuduhan, intimidasi dan tindakan lain oleh salah satu kelompok pada yang lainnya lantaran perbedaan atribut atau pakaian berbau politik yang dikenakannya, yang sempat mewarnai acara CFD itu, sungguh perilaku yang sulit diterima dan jelas jauh dari nilai-nilai luhur yang sedang diperjuangkan. Ini benar-benar Car Free Day yang tercemar. Keinginan untuk mengganti presiden itu adalah hak sebagai warga negara yang dijamin undang-undang selama sesuai dengan aturan main yang berlaku