Para "Penyempal" (SecangkirKopiPahit~15)

Kelanjutan dari arbitrase itu akhirnya memisahkan sekelompok orang dalam jumlah yang cukup besar dari pasukan Kufah. Mereka-mereka inilah yang kemudiannya disebut sebagai para penyempal, Khawarij.

Anasir-anasir yang mempunyai karakter keras, kaku dan merasa diri berada pada posisi yang paling benar itu, yang keberadaannya menyebar tidak hanya pada salah satu pihak saja, sebenarnya sudah terendus sejak awal. Bahkan sejak sebelum khalifah Utsman menjadi korban serangan sekelompok orang yang tidak puas dengan kepemimpinannya. Namun keadaan pasca serangan itu, insiden beruntun yang berlangsung dengan sedemikian cepatnya tersebut nyata-nyata sulit untuk meredamnya.

Dalam riwayat disebutkan, ketika mengumumkan hasil musyawarah antara kedua belah pihak yang diwakili oleh Abu Musa al Asyari dan Amru bin Ash, terjadi kecurangan yang dilakukan oleh Amru ketika tiba gilirannya untuk membacakan keputusan.

Kesepakatan awal yang hendak memilih pemimpin baru diluar kedua pemimpin yang sedang berseteru itu, berakhir nihil manakala Amru mengukuhkan Mu'awiyah sebagai khalifah dalam bacaan keputusannya, setelah sebelumnya Abu Musa menurunkan 'Ali sebagai khalifah.

Keadaan tetap seperti sedia kala, dua kubu itu, Kufah dan Syam masih bertahan dalam rivalitasnya. Namun bertambah dengan satu kelompok radikal yang memusuhi baik pada pihak Kufah maupun Syam.

Seiring waktu yang terus berjalan, kelompok radikal ini berketetapan untuk menghabisi saja kedua pemimpin itu pada suatu waktu yang telah mereka rencanakan.

Namun keberuntungan rupanya masih menaungi Mu'awiyah oleh karena rencana pembunuhan itu hanya membuahkan hasil ketika Ibnu Muljam bisa menebaskan pedangnya pada 'Ali bin Abi Thalib r.a.

Kisah-kisah masa lalu yang berdarah-darah itu, yang diperagakan oleh pribadi-pribadi besar generasi awal Islam, entah atas dasar perbedaan pilihan politik praktis atau atas dasar penegakan hukum dan tata aturan yang benar, senyatanya adalah kenyataan pahit dan mendung kelam yang pernah menyelimuti perjalanan sejarah kaum muslimin.

Kisah itu laksana secangkir kopi sangat pahit yang disuguhkan pada sang pembawa risalah, sang penyempurna ahlak manusia.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!