Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?
Paraga yang
biasa disebut orang demikian itu biasanya ada di pertunjukan seni tradisional,
seni Kethoprak dan mungkin juga seni Ludruk.
Dinamakan Bolo dupak (istilah ini keluar bukan
dari insan seni, lebih oleh para penontonnya) ya karena awalnya, dalam
pertunjukan seni itu mereka sering dijadikan obyek penderita dupak-dupakan
alias tendang-tendangan atau pukul-pukulan yang dimaksudkannya untuk bumbu.
Dalam sebuah tontonan atau pentas mereka adalah figur-figur yang
tak perlu bernama dalam rangkaian cerita. Meski begitu kehadirannya bisa
menyemarakkan pentas. Bayangkan saja jika tidak menyertakan mereka dalam adegan
laga antar prajurit misalnya, yang biasanya mengawali aksi perang tanding aktor
utamanya. Lalu cuma digantikan dengan narasi "dalang" saja, tentu
kurang sreg, ga asik.
Iya...betul saudara, bolo dupak itu memang nama lain dari figuran dalam dunia perfilman atau sinetron. Dan bahkan perkembangan saat ini ada yang namanya penonton bayaran khan. Fungsi sama, membuat panggung atau pentas semarak, riuh dan "hidup".
Hadirnya mereka hanya kolo-kolo alias kalau pas
dibutuhkan saja, jika alur cerita menghendakinya ada.
Lalu setelahnya?
"Daah ambil sana sepedanya..." hehehe
Pada ranah perpolitikan penggunaan figuran atau bolo
dupak dalam permainannya ya sama saja. Mereka yang
berkepentingan sangat butuh pion-pion untuk digerakkan, yang fungsinya tidak
lagi sekedar untuk memeriahkan namun lebih dari itu...tekanan. Tekanan pada
lawan politiknya.
Pion-pion bolo dupak dalam jumlah besar, siapapun
akan memberikan perhatian. Terpengaruh. Jika demikian halnya proses awal untuk
mendapatkan panggung sudah terkuak. Sebagian kepentingannya sudah mulai
tersalur.
Ada hal yang menakjubkan dari para politisi demagog itu, yaitu
kepiawaiannya dalam mendapatkan pion-pion bolo dupak itu,
karena tidak semua dari mereka berbayar. Ada banyak yang dengan sukacita
melibatkan diri dalam arus permainan. Mereka tidak pernah menyadari bahkan
tidak merasa kalau sedang diperalat. Itu sungguh suatu yang luar biasa!
Lalu pertanyaannya, apakah kita juga termasuk bolo dupak yang
tereksploitasi ataukah sang penonton yang beroleh kegembiraan? Aku lebih
memilih yang kedua.
Komentar
Posting Komentar