Ini Dadaku Mana Dadamu?!

Konon slogan ini diucapkan oleh Bung Karno sebagai refleksi dari kedaulatan Indonesia. Saya menangkapnya, slogan itu untuk menyatakan bahwa kita, bangsa Indonesia selalu siap, berani dan bertekad kuat dengan penuh kepercayaan diri untuk berhadapan/bersaing dengan bangsa dan negara lain. Bangsa Indonesia mempunyai identitas diri dan kemampuan untuk menempatkan diri dalam percaturan dunia. Kita setara dan pantang untuk direndahkan oleh bangsa dan negara lain.
"Ini Dadaku Mana Dadamu!?"

Berita dan foto Pak Prabowo bertelanjang dada pasca deklarasi pen-capresannya marak di media massa maupun media sosial. Atas peristiwa ini, netizen baik yang pro maupun yang kontra menanggapinya secara beragam.

Seperti biasanya, yang pro dengan puji-pujian, misalnya tentang kegagahan, kejantanan, ketegasan dan lain sebagainya yang khas military yang ada pada diri mantan Danjen Kopassus itu. Mereka juga bilang bahwa ketelanjangan itu sebagai respon spontan dari The Leader dalam menyambut antusiasme para pendukungnya. Spontanitas khas a-la militer.

Sebaliknya, yang kontra malah mencibir karena terkesan kegemukan dan lain-lainnya terkait yang bersifat fisikal. Apalagi ketika salah satu petinggi partai itu ikut berseloroh supaya pak Jokowi melakukan hal yang sama. "Emangnya ini kontes binaraga apa?!"

Sering kali orang suka memakai simbol-simbol untuk menunjukkan sesuatu tentang dirinya. Dalam konteks ini, saya membacanya, ketelanjangan Pak Prabowo adalah pernyataan dan permakluman pada calon lawan dan khalayak ramai bahwa beliau siap bertanding dalam kontestasi pilpres mendatang. Beliau siap bertanding all out, habis-habisan untuk kesempatan, yang barangkali ini untuk yang terakhir kalinya mengingat umur beliau yang sudah tidak muda lagi.

Lalu bagaimana dengan Pak Jokowi yang juga siap untuk maju pilpres mendatang?


Pak Jokowi tentu tidak perlu untuk ikutan berlepas-lepas baju. Kekhasan Pak Jokowi yang telah ditunjukkan selama ini dengan berbaju lengan panjang yang digulung hampir setengah tangan dan tidak memasukkan ujung bawah bajunya ke dalam celana, menurut saya adalah ekspresi dari siap bertarung dengan menjalankan program-programnya dengan bekerja keras dan tentu ini menjadi klop dengan jargonnya yang "Kerja kerja kerja".

Saya kira juga menarik untuk diikuti perkembangan berikutnya, ketika poros ketiga itu tidak hanya berhenti pada wacana saja. Siapa kandidat poros itu dan apa simbol yang akan dipakai sebagai bentuk ekspresi dari kesiapannya?!.

Apakah Mas AHY akan dimajukan dengan -yang dulu ibu-ibu bilang- kegantengan dan kerapihannya yang khas Bapaknya itu, dan terkesan sebagai orang muda yang sportif dan smart?

Atau...
Tuan Guru Bajang Gubernur NTB dengan pakaian khasnya, berpeci dan sorban terpasang rapih pada pundaknya, sebagai seorang yang sudah dikenal luas sebagai politisi sekaligus agamawan, orang yang berilmu agama tinggi dan saleh itu?

Bang Anies R Baswedan sang Gubernur DKI yang baru saja salaman sama Sultan Turki yang dikenal dengan pilihan tata bahasa yang bagus dan indah menyihir dalam retorikanya?

Pak Gatot yang dekat dengan Ulama sekaligus juga dekat dengan salah satu "Naga" (TW) itu?

Pak Zul sang ketua MPR yang dulu pernah menjabat Menteri Kehutanan yang besannya Pak AR?

Pak Aher dengan berbagai prestasi di Jabar dan juga dikenal dengan kesalehan dan anjuran do'a-do'anya?

Pak YIM sang Profesor jawara hukum yang belum lama ini sempat populer dengan kaos Micky-Mouse-nya?

Pak Rizal Ramli dengan kekritisan beliau berikut dengan Kepretan Rajawalinya?

Atau yang lainnya lagi?

Saya lagi asik menunggu kejutan dari para politisi pemilik partai dan para King Maker-nya. Pasti seru!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song