Ideologis - Biologis, Itu Hal Yang Berbeda!

Ketika seseorang membuat karya tulis, baik yang pendek berupa rangkaian beberapa kalimat saja maupun yang sangat panjang berupa buku, memoar, autobiography, novel dan lain sebagainya, sudah pasti ada maksudnya.

Bisa karena motif ekonomi, ya karena pekerjaannya sebagai penulis dan dibayar untuk itu semua. Seperti para kuli-tinta, novelis, penulis naskah dan lain-lain profesi kepenulisan.

Bisa bentuk -yang saya kira idealis- yaitu aktualisasi diri, bukankah ada ungkapan yang indah tentang ini?
"Karena Mencaci-cerca Maka Aku Ada" eh maafff salah..."Karena Menulis Maka Aku Ada" sebagaimana yang dilakukan orang yang suka berbagi hal-hal bermanfaat tanpa bermotifkan uang.

Bisa bentuk ungkapan uneg-uneg yang harus dikeluarkan dari dalam pikiran agar bebannya berkurang, baik berupa keluh kesah, sedu-sedan atau bahkan karena kegembiraan yang meluap.

Bisa berupa pemberontakan karena sistim tata nilai yang tidak disukai dan tidak sejalan dengan apa yang dipikirkan dan diharapkannya.

Bisa berupa ekspresi keterbebasan dari belenggu yang teramat berat dan mencekam semenjak masa kanaknya hingga dewasanya akibat dari keputusan politik yang berlaku pada masa-masa yang orang alami, misalnya.

Jika harus menanggapi riuhnya silang sengketa orang tentang bukunya Ribka Tjiptaning Proletariati yang heboh itu, ABJAP - Aku Bangga Jadi Anak PKI, saya lebih memilih bentuk yang saya sebut terakhir itu.

Ini akan lebih aman agar terhindar dari kesalahan, mendakwakan kepadanya tentang sesuatu sementara kita tidak tahu secara pasti. Apalagi jika kita tidak pernah membaca bukunya secara tuntas. Hanya baca judulnya saja lalu kita sudah men-justifikasi dan berkesimpulan seperti apa orang dan ideologi yang dianutnya.

Yang mesti kudu terus dijaga dan dimengerti itu bahwa ideologi tidak selalu terwariskan secara biologis. Antara anak ideologis dan anak biologis itu hal yang berbeda dan mesti dibedakan, yang lalu mestilah didudukkan pada posisinya masing-masing.

Anak ideologis sangat bisa tidak ada hubungan biologis sama sekali, berupa apapun; anak, keponakan, kemenakan, cucu dan lain-lain sebutan.
Ada contoh -dan bisa jadi sangat banyak- tentang orang yang mengagumi tokoh pujaan dan mengikuti ideologinya yang bahkan kenal secara pernah tatap muka saja tidak. Yang mengenalnya hanya dari karya tulis atau ajaran dan tata nilai yang masih langgeng hingga hari ini. Orang beragama khan begitu toh...yang hadir belakangan seperti kita-kita ini?.

Bukankah banyak contoh, orang yang agamis banget memiliki anak yang ideologinya liberal yang kurang mengindahkan nilai-nilai yang dipegang orang tuanya? Atau sebaliknya, orang tua yang liberalis yang kurang aware dengan agama, memiliki anak yang kesalehannya bisa membuat decak kagum orang yang mengenalnya?.

Kembali ke "buku heboh" itu, boleh jadi itu merupakan bentuk ekspresi kebebasan yang mensuka-citakan setelah berpuluh tahun hidup dalam tekanan. Sudah menjadi rahasia umum bagaimana pada masa yang banyak orang bilang sebagai "masa suram untuk kehidupan demokrasi kita" bagitu banyak cerita pilu yang mewarnai?.

Perjuangan seorang Ribka tentu tidak mudah, malah teramat berat. Lalu bisa sampai pada masa dimana alam kebebasan itu bisa sedemikian terbuka dan orang sudah bisa mulai menerima cerita masa lalu itu hingga menjadi seorang sarjana dan bahkan bisa masuk ke parlemen, hal demikian tentu sebuah kado yang teramat berharga untuk dilupakan. Perasaan suka cita yang menaunginya dan barangkali juga bentuk dari lepasnya rasa takutnya yang selalu bersama selama ini, membuatnya memberi judul yang bombastis yang belum tentu isinya menceritakan atau cerminan dari judul. Ah kita hidup di jaman sedemikian gegap gempitanya media sosial ini bukankah mengenal apa yang disebut clickbyte toh?.

Kalau mau diceritakan tentang kisah pilu yang sejenis, ada banyak cerita tentang anak-anak dari orang tua yang "tersangkut" (bertanda kutip karena ada banyak yang keterlibatannya masih debatable) OT -Organisasi Terlarang- yang hancur kehidupannya karena pupus harapan semenjak usia dini. Tentang sulitnya -ketika pada waktunya nanti- untuk mencari kerja karena adanya surat keterangan yang diterbitkan oleh institusi yang berwenang, apalagi jika berharap pekerjaan dari instansi pemerintah. Adalah mimpi di siang bolong yang mendera rasa.

Sebagai pelengkap cerita barangkali, kawan sekaligus tetangga masa remaja saya dulu berketetapan hati memutuskan untuk berhenti pada tahun kedua sekolah SPG-nya lantaran Ia telah merasa tidak ada harapan untuk menjadi seorang guru PNS. Ia merasa bahwa lebih dari separuh dari masa depannya telah hilang, terenggut sesuatu yang tak benar-benar Ia mengerti. Ketika geger 1965 yang akhirnya menyeret nama sang ayah itu, Ia baru seumuran jagung. Dan Si orok itu kelak harus ikut menanggung "dosa" ayahnya yang tidak Ia ketahui ujung dan pangkalnya. Ia masih menyimpan seribu tanya tanpa jawaban pasti. Pilu memang!.

Nah, tentang sebutan Anak dalam konteks buku itu, tafsirannya tidak bisa gegabah dan semaunya saja, dengan berkesimpulan pada "bahwa anak biologis sekaligus anak ideologis".
Menyebut diri dengan Anak PKI belum bisa lantas dikategorikan sebagai Anak PKI dalam wujud sebagai kader. Karena menyebut Anak PKI itu bisa juga berarti hanya anak biologis dari seorang ayah/ibu yang berideologikan PKI. Maknanya tidak bisa ditunggalkan, ya karena kembali kepada pengertian bahwa ideologi itu tidak selalu terwariskan. Bahwa Anak Biologis itu tidak selalu boleh disama-anggapkan sebagai Anak Ideologis.

Nah lagi, karena saya belum pernah membaca isi dari bukunya itu dan saya kira banyak yang demikian pula, maka adalah lebih baik jika kita berhati-hati saja dalam mengeluarkan pendapat dan penilaian. Jika ingin mengetahui secara benar, dicermati saja bukunya atau bertanya langsung kepada yang bersangkutan sebagai bentuk klarifikasi. Karena, tentu kita (masih) yakin toh... bahwa akan ada pertanggung-jawaban atas apa saja yang pernah kita lakukan?. Itu aja sih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!