Belajar Dari Sekeping Koin

Ini bukanlah ngebahas tentang filosofi dari sekeping koin, bukan. Karena bahasan filsafat itu bagiku -setelah mendengar ohm Rocky Gerung bicara berpanjang-panjang dengan kalimat-kalimat susah cerna, diksi yang ngawang di acara talk show itu- menjadi terlalu ruwet. Dan karenanya biarkan urusan yang beginian menjadi ajang dan porsi bagi kalangan akademisi saja.

Belajar dari sekeping koin ini hanya untuk menegaskan adanya realitas dua sisi yang selalu bersama, yang telah menjadi kodratnya si koin. Kita tidak bisa hanya mau menerima salah satu sisinya yang kita suka, lantas hendak menafikan sisi lainnya. 

Nah dalam praktikal sehari-hari, bukankah kehidupan kita juga selalu diwarnai oleh dua hal yang saling bertolak belakang?. Tentang apa sajanya, tanpa harus disebutkan di sini, tentu kita telah cukup familiar, ya khan?.

Sebenarnya apa yang ingin disampaikan dalam topik ini adalah tentang yang sederhana saja, bagaimana orang memberikan tanggapannya pada suatu hal yang ternyata tetap selalu ada dua sisi pandangan. Sisi positif pun juga negatifnya.

Apakah itu?

Masih ingat khan tentang kejadian Bom Sarinah yang disinyalir kuat terkait dengan aksi terorisme itu? Dan masih ingat juga tentunya apa tanggapan netizen yang ternyata sangat tidak bisa diremehkan pengetahuannya itu lantaran -kalau dilihat dari bagaimana pendapat dan analisisnya- memahami multi disiplin ilmu bahkan seolah melebihi pakar yang lama berkecimpung di bidangnya masing-masing. Hehehe.

Banyak yang meng-apresiasi kerja cepat jajaran Polri dalam meringkus pelaku dengan korban yang minimal. Dan segera keadaan kembali kondusif untuk melanjutkan segala aktifitas yang ada di lokasi dan area sekitar yang terdampak aksi.

Namun, pernyataan berkebalikan dari acungan jempol juga tidaklah sedikit. Bagaimana riuhnya netizen saat itu malah menduga bahwa aksi yang terjadi tidak lebih dari bentuk rekayasa pihak tertentu untuk tujuan tertentu, yang paling kental ya terkait politik, pengalihan isue misalnya. Alih-alih kerja cepat Polri mendapatkan apresiasi yang semestinya, malah sebaliknya khan?!
Dan sekeping koin itu telah bercerita fakta.

Cerita lain tentu teramat banyak untuk di-list satu persatu disini, tapi satu lagi sajalah yang masih hangat saya kira...tentang kata pengibulan yang sangat populer terkait dengan program reforma agraria.

Bagi-bagi sertifikat tanah itu tentunya hal yang sangat menggemberikan bagi para pengurusnya setelah menunggu proses yang tidak sebentar. Siapapun yang pernah berurusan dengan pengurusan sertifikat tanah tentu bisa merasakan bagaimana tidak sederhananya urusan itu.

Prosedur dan tata aturan yang memang ada dan harus dipenuhi dan patuhi itu sangat melelahkan. Tidak ada yang salah dengan semua aturannya itu demi terciptanya ketertiban dan terhindar dari kesalahan. Lalu ada usaha terobosan dari pemerintah untuk melakukan percepatan penyelesaiannya dengan target yang ditetapkan berapa-berapanya yang sudah harus kelar berikut jangka waktunya, tentu hal yang sangat baik.

Bagi-bagi sertifikat itu untuk menghindari problema yang bisa saja nantinya muncul yang bisa merugikan pemilik tanah, yang dengan sertifikat itu menempatkan pemiliknya pada posisi hukum yang kuat jika di belakang hari ada sengketa.

Nah, saya kira bagi-bagi sertifikat yang dilakukan saat ini harus dilihat sebagai bagian "kecil" saja dari rencana besar reforma agraria, yakni redistribusi lahan yang lebih berkeadilan. Rencana besar tentu butuh usaha besar dan waktu yang tidak singkat. Jika yang paling cepat bisa dilakukan hari ini baru pada yang "recehan" saja, tentu bukanlah sebuah penghalang bagi kita untuk memberikan apresiasi kepada usaha pemerintah khan?!.

Perspektif berbeda yang akhirnya menelurkan kata pengibulan itu juga pada akhirnya tidak perlu dipermasalahkan secara berlebihan, karena lagi-lagi realitas koin itu tetap bercerita secara konsisten. Ya memang demikian adanya maka biarkan mengalir saja.

Namun, tetap dari sisi positif yang diambil, ramenya kata pengibulan itu justru membuka kita pada informasi-informasi penting terkait distribusi tanah dan lahan yang telah terjadi di negeri kita. Kapan dan oleh siapa saja ijin penguasaan dan pengelolaan lahan dan tanah yang sedang dipermasalahkan itu banyak diberikan.
Note:
Terkait dengan ijin lahan ini, ada baiknya kalau menggali berita-berita lama yang bisa di-tracking lebih mudah dengan mengikuti rangkuman dari twit-nya akun @joxzin_jogja

Belajar dari sekeping koin itu pada ujungnya lebih pada kesanggupan untuk mengerti tentang perbedaan pandangan (atau apa saja yang ada di kehidupan ini) yang sifatnya kodratiyah.
Yang kata pak Mario dulu: "Ittuuhh!".

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!