Wis Wayahe

Ketika pilgub Jawa Timur tahun lalu, tagline ini begitu lekat dengan salah satu kandidat pemilihan gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa. Dan benar memang, di akhir pertarungan itu Ibu Khofifah "wis wayahe" jadi gubernur dengan memenangkan kontestasi itu.

Berangkat dari keberhasilan itu, salah satu pimpinan dan pengasuh pondok pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang, KH. Hasib Wahab Chasbullah yang juga putra salah satu pendiri NU itu pernah melontarkan gagasan agar Prabowo-Sandi menggunakan tagline yang sama untuk mendapatkan coattail effect-nya di wilayah Jatim.

Saran ini sontak disambut cukup meriah oleh banyak pendukung pasangan 02, setidaknya nampak dari ramainya percakapan di media sosial tentang tagline wis wayahe ini.
Banyak yang menganggap sebagai "pertanda alam" atau "kehendak alam" yang lalu dilengkapi dengan berbagai macam unggahan atau postingan yang terkadang terkesan dipas-pasin alias cocoklogi untuk mendukung ke-wis wayahe-an itu.
Banyak pula yang berpendapat, ini saat yang tepat untuk memberikan tempat kepada orang yang tepat sebagai pemimpin nasional agar secepatnya bisa terurai segala macam keruwetan. "Pancen Wis wayahe, ngunhu!"

Perjuangan awal melalui sarana kampanye untuk "menjual diri" dengan segala programnya, tak ketinggalan pula polesan "kosmetik dan kostum" dari kedua peserta, yang betul-betul telah menguras tenaga dan sangat melelahkan itu sudah berakhir di bilik suara pada tanggal 17 April 2019 yang belum lama lewat.
Perjuangan berikutnya yang tak kalah penting adalah menjaga semua proses ikutan dari helatan ini berjalan dengan baik. Menurut saya memang tidak harus (bisa) sempurna karena semua yang terlibat dalam hajatan besar itu kumpulan orang-orang "biasa", bukan kumpulan orang-orang yang sempurna. Oleh karenanya jika terjadi berbagai hal yang tidak semestinya, penyelenggara pun sudah menyiapkan perangkat untuk meminimalkan ketidak-sempurnaan itu.

Memperhatikan segala perkembangan yang terjadi pada masa-masa penantian tuntasnya kerja KPU yang kian memanas itu, saya menganggap bahwa tagline atau slogan Wis Wayahe ini masih sangat relevan. Hanya saja harus digeser bukan lagi menjadi tagline salah satu peserta kontestasi, namun menjadi tagline bersama, tagline kita semua.

Saat ini, wes wayahe politikus yang berkepentingan tidak membangun narasi-narasi negatif. Wes wayahe mempunyai sikap jujur, adil selanjutnya legowo dan lebih menonjolkan kenegarawanannya untuk kepentingan yang jauh lebih besar.

Wes wayahe para politisi yang sedang berseteru menuntaskan hal-hal yang dianggap kontra demokrasi itu dengan jalur yang benar, jalan konstitusional, bukan dengan jalan-jalan yang lain. Apalagi melibatkan massa akar rumput dengan gerakan people power yang hendak diganti namanya dengan gerakan kedaulatan rakyat itu yang sangat bisa ditafsir lain, yakni sebagai bentuk pressing massa ke lembaga penyelenggara pemilu.

Wes wayahe para penggembira politik semacam kita-kita ini tidak mudah terprovokasi oleh para politisi yang secara getol -istilah kerennya massive- mengaduk-aduk emosi kita, menggugah kita untuk aktif terjun pada keinginan (dan tentu saja kepentingan) mereka yang dipermanis dengan balutan kepentingan rakyat.

Wes wayahe semua elemen bangsa menahan diri dan seterusnya ikut menjaga keamanan dan keselamatan bangsa dan negara dari potensi kekacauan yang barangkali saja menjadi awal dari keadaan buruk yang tidak pernah kita inginkan dan bayangkan sebelumnya.
Pelajaran menyakitkan dari negara lain sudah semestinya menjadi bahan renungan kita semua. Kehancuran negeri yang indah semacam Syiria akibat dari ketidak puasan kalangan elit tertentu yang dibalut dengan sentimen agama harus bisa menjadi pengingat bagi kita.
Jika bisa diibaratkan sebuah puzzle, gambar besar Indonesia itu kepingan-kepingan kecilnya ada pada diri kita masing-masing. Kita sama-sama menggenggam kepingan-kepingan itu untuk disusun menjadi gambar yang baik atau gambar yang mengurai dan mengucurkan airmata.

Yang terakhir, bagi kedua pasangan calon pemimpin negeri, terutama bagi yang kelak tidak terpilih sebagai presiden/wakil presiden RI, tagline itu mengandungi anjuran buat mereka;
"Wes wayahe sampeyan lérén pak".
Beristirahatlah dengan tenang, jadilah seorang patriot dan nasionalis sejati. Kalaulah tepat untuk meminjam istilah yang juga merupakan keinginan dan barangkali juga obsesi dari pak Harto, "Lengser keprabon madêg Pandhito", istirahat lalu menjadi guru bangsa yang ditunggu petuah-petuah bijak adiluhungnya tentang bangsa dan negara.

Salam Sila ketiga Pancasila
Persatuan Indonesia.













Adapted from company slogan

*images were taken from
Intisari.grid.id

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!