Nasehat Diri

Ketahuilah, untuk menyebutmu sebagai radikal itu tidak harus menunggumu membuat kerusakan. Dan pernyataan kerasmu "Andai kami-kami ini radikal, kalian sudah habis semua, ibukota ini sudah rata dengan tanah" tidak serta merta merubah pandangan terhadapmu.

Pun ketika dengan kalimat lain kamu berujar "Lihat, bahkan rumputpun kami jaga, tidak kami rusak dengan menginjak-injaknya" tak lantas pula menggeser orang dari penilaiannya karena yang ada malah nampak menggelikan. Betapa tidak, kamu sanggup tidak merusak rumput tapi kamu sanggup menyakiti hati saudara seagamamu dengan apa yang kamu lakukan selama ini. Apakah menurutmu saudara seagamamu tidak lebih berharga dari sekedar hamparan rumput?.

Pun juga, ketika kamu tidak bersetuju dengan ucapan atau perbuatan/kegiatan orang atau kelompok diluarmu lantaran berbeda dengan penafsiranmu, hargai perbedaan yang ada itu dengan tidak mengganggu mereka lewat provokasi dan hasutan apalagi pengerahan massa untuk menekan, memaksa dan mempersekusi, karena yang demikian itu sudah pasti tidak bisa menyelesaikan persoalan secara ma'ruf. Kalau kamu tidak sanggup menahan dirimu, dan lebih memilih cara-cara buruk itu, jangan pula mengelak dan meradang jika kamu disebut radikal.

Ketahuilah, selama cara pandang dan pikirmu masih terus begitu, masih menganggap diri dan kelompokmu saja yang paling benar, masih menganggap orang lain diluar diri dan kelompokmu sebagai pelaku bid'ah dan sesat serta menyesatkan, yakinlah bahwa cap radikal itupun akan terus melekat kepadamu.

Maka, pikir dan pikir lagi dengan baik-baik. Jangan pernah pensiunkan akal dan hatimu barang sebentarpun. Daya-gunakan karunia besar dari Allah itu agar mampu berjalan dengan benar, pada jalan yang benar pula. Agar terhindar dari tersandung pada batu-batu jalanan ataupun aral yang melintang. Bukankah akal dan hati laksana lentera-lentera yang menerangi ketika berjalan di gulita malam? Maka usirlah gulita itu dengan nyalanya lentera-lenteramu.

Berhati-hatilah pada orang meskipun saat ini mereka banyak membimbingmu manakala ia mengajarkan kepadamu beragama bukan dengan akal dan menyuruhmu berhenti berpikir kritis, logis dan rasional, menyuruhmu tidak banyak bertanya apalagi yang menyulitkan mereka untuk menjawabnya. Berhenti mendaya-gunakan akal akan berujung pada kebodohan dan ketahuilah kebodohan itu ladang subur bagi pelaku eksploitasi dan dominasi. Jika kamu masih juga bertahan pada kebodohanmu, maka bersiaplah untuk suatu saat kamu menjadi seperti robot yang tidak mengenal sepatah katapun kecuali patuh.

Memang, ada batas dimana akalmu tidak boleh digunakan manakala urusannya bersentuhan dengan Dzat Allah atau Hukum-hukum dan Ketetapan Allah, Ianya hanya perlu untuk diimani dan dijalani, lain tidak. Tetapi selainnya kamu masih boleh tanya dan kritisi jika memang harus demi beroleh kebenaran dan keyakinan yang kokoh. Kamu boleh kritisi sejarah, mengapa (ajaran) agama yang dulunya tunggal tak ada beda sekarang menjadi berkelompok-kelompok (madzab). Mengapa pula konflik-konflik besar dengan banyak darah tertumpah dari dan oleh orang-orang yang menyaksikan dan hidup bersama dengan Sang Utusan itu bisa terjadi.
Bahkan kamu juga boleh kritisi hadits jika dalam kontennya itu kamu merasa ada yang aneh/janggal atau bertentangan dengan nash Al-qur'an yang untuk itu semua kamu mesti punya bekal yang memadai dan perlu konsultasi dengan orang yang tepat.
Dan tentang-tentang yang lainnya lagi yang tidak mungkin aku sebutkan semuanya.

Nah, gunakan sebaik-baiknya kesempatanmu, jangan pernah menyerah teruslah berusaha barengi dengan do'a yang sungguh-sungguh lalu berserah diri, tawakkal kepada Dzat Yang Maha Memberi Petunjuk. Semoga beroleh rahmat dan hidayahNya.

============
Jika kamu ingin menguasai orang bodoh, kau mesti membungkus setiap yang bathil dengan bungkus agama. (Ibn Rusyd)
============



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!