Membonceng Ambulance Menggusur Kebohongan

Mendadak teringat salah satu lagu karya bang Iwan Fals yang dengan jenaka dan nakal khasnya memotret salah satu sudut ketimpangan sosial dalam scene rumah sakit dan pelayanan pasiennya.
Berikut kutipan lirik lengkapnya:

Ambulance Zig-zag

Deru ambulance memasuki pelataran rumah sakit yang putih berkilau.
Di dalam ambulance tersebut tergolek sosok tubuh gemuk bergelimang perhiasan. Nyonya kaya pingsan mendengar kabar putranya kecelakaan.

Dan paramedis berdatangan kerja cepat lalu langsung membawa korban menuju ruang periksa. Tanpa basa-basi ini mungkin sudah terbiasa.

Tak lama berselang supir helicak datang masuk membawa korban yang berkain sarung. Seluruh badannya melepuh akibat pangkalan bensin ecerannya meledak!.

Suster cantik datang mau menanyakan. Dia menanyakan data si korban. Dijawab dengan jerit kesakitan suster menyarankan bayar ongkos pengobatan. Hey sungguh sayang korban tak bawa uang.

Suster cantik ngotot lalu melotot dan berkata silahkan bapak tunggu di muka.
Hey modar aku hey modar aku jerit si pasien merasa kesakitan. Hey modar aku hey modar aku jerit si pasien merasa diremehkan.
...

Tempo hari di sebuah kota di wilayah Jawa Timur, ada sebuah scene menarik yang terkait dengan ambulance, hanya saja kisahnya berbeda.

Seperti lumrahnya, ketika terdengar raungan sirine dari ambulance yang lewat, secara sadar para pengguna jalan raya selalu berusaha memberikan ruang untuk ambulance itu agar tetap bisa melaju menuju ke tempat tujuannya.
Bahkan ketika pada kondisi macet parahpun, upaya membuka jalan itu tetap mereka lakukan, yang dalam keadaan tertentu malah ada yang turun dari kendaraanya untuk mengatur kepadatan lalu-lintas kendaraan-kendaraan itu. Hal ini tentu saja karena mengingat bahwa ambulance itu identik dengan emergency atau kedaruratan.
"Ini urusannya bisa nyawa" kira-kira demikianlah gambaran umum yang terlintas di benak banyak orang.

Hari itu, raungan sirine dari sebuah ambulance yang tengah melintas di keramaian lalu-lintas di kota itu, juga mendapatkan respon sebagaimana mestinya dari para pengguna jalan lain. Semangat ber-empatinya akan nasib si penumpang ambulance yang boleh jadi sedang berkejaran dengan waktu, membuat lancarnya perjalanan si ambulance untuk  menembus setiap keramaian yang ada hingga ke tempat tujuan.

Jika saja ambulance itu membawa 'jenis' penumpang yang selumrahnya, penumpang dengan wajah cemas, was-was, menahan sakit dan beragam kesedihan lainnya, tentu hal yang biasa saja dan tidak ada yang menarik darinya. Namun, karena ternyata dua penumpang yang ada di dalamnya sedang tersenyum -yang entah apa makna dari senyumannya itu- makanya menjadi menarik. Lantaran gambaran yang demikian itu jelas kontradiktif dengan keumumannya.

Semakin menarik saja ketika belakangan diketahui bahwa ternyata mereka berdua sedang menuju ke tempat diskusi yang bertemakan "Menebar Akal Sehat, Menggusur Kebohongan", dan bertindak sebagai nara sumbernya.
Ke-kontradiktifan antara tema diskusi yang akan digawanginya  dengan apa yang barusan dilakukannya itulah sisi menariknya. Mengajak menggusur kebohongan tapi diawali dengan kebohongan yang dilakukannya sendiri, terlepas alasan dan kendala yang sedang dihadapinya, maka ini bener-bener 'syahdu merindu' (Apaan sih!).

Karena namanya akal sehat itu, menurut saya, jika memang benar-benar melekat semestinya tidak akan membimbing si empunya mengambil pilihan yang keliru apalagi ditambah dengan membohongi publik. Akal sehat itu juga, dalam bayangan saya, ikut serta di dalamnya pertimbangan-pertimbangan matang sebelum pengambilan keputusan.
Dan jelas senafas dengan tema diskusinya, dengan tertebarnya akal sehat maka kebohongan akan dengan sendirinya tergusur. Mirip-mirip dengan apa yang dulu pernah tercetus di forum talk show "tingkatkan IQ maka hoax akan turun" (nyambung ga sih?!).

'Ala kullihal, se-kontroversial apapun yang sudah terjadi oke-oke sajalah. Barangkali saat itu karena sesuatu dan lain hal maka untuk sementara waktu agaknya perlulah sakit-sakit dikit itunya dan melupakan dulu penggusuran pada kebohongan. Hanya saja jangan sampai keterusan apalagi kecanduan, sayang juga khan kalau nanti dipertanyakan integritasnya lalu kehilangan  kepercayaan publik?.

(Eh ini teh nanya, kira-kira kalau yang kurang sehat itu akalnya, boleh ngga sih mbonceng ambulance?)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!