Layakkah Menolong Pak Jokowi?

Saling menolong, demikian bunyi judul dari sebuah postingan yang disebar kawan group mailing list saya beberapa waktu lalu. Artikel pendek yang bagus sekali, yang mana disitu  disebutkan tentang pentingnya saling tolong menolong sesama muslim dengan merujuk pada nash dari Al-qur'an dan Hadits Nabi SAW.

Nah, biar bisa sama-sama kita menikmatinya, berikut ini artikel selengkapnya  

~~~
SALING MENOLONG

عن أبو موسى(عبدالله بن قيس) رضي الله عنه قال، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:  
إن الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضاً ثُمَّ شَبَّكَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ)) [ البخاري ومسلم وغيرهما عن أبي موسى 

Dari Abu Musa (Abdullah bin Qaish) Radhialluhu 'anhu berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda:
"Sesungguhnya orang mukmin terhadap orang mukmin lainnya seperti bangunan yang satu menguatkan (bangunan) yang lain”. Rasulullah saw. lalu menunjukkan rajutan di antara jemari tangannya
(HR Bukhari dan Muslim).

Isi Kandungan Hadits:

1- Hadits di atas menjelaskan tentang hubungan antara sesama orang mukmin yang harus saling menolong sehingga umat Islam menjadi kokoh seperti sebuah bangunan.

2- Ibarat bangunan, umat Islam akan menjadi kokoh jika masing-masing saling menopang dan membantu.

3- Tolong-menolong harus dilakukan atas dasar kebaikan dan takwa, bukan atas dasar dosa dan permusuhan.

4- Jika ada orang lain (tetangga, teman, atau famili) yang mengalami kesusahan dan kesulitan, selayaknya kita membantu mereka, jika kita mampu menolong mereka.

5- Menolong orang lain adalah salah satu sifat luhur yang harus selalu kita jaga dan pelihara agar mendapat kasih sayang dan ridha Allah dan Rasul-Nya serta umat manusia.

Ayat Al-Quran yang terkait dengan hadits ini:

1- Tolong menolong merupakan kewajiban setiap muslim.

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَاب

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
(QS. Al-Maidah: 2)
           
2- Loyal terhadap sesama kaum muslimin.ٌ

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ أُولَٰئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Dan orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
( QS. At-Taubah: 71)

SEMOGA ALLAH MEMPERSATUKAN KITA DALAM IMAN DAN TAQWA.
~~~

"Nek Pak Jokowi piye?" (Bagaimana dengan Pak Jokowi?)

Saya yakin kita sudah sama-sama tahu jika seseorang telah mengucapkan dua kalimat syahadat maka disebutnya sebagai muslim. Apakah dia sudah menjalankan semua peribadatannya atau masih banyak bolong-bolongnya, saya kira bukan kewenangan kita untuk menghukuminya. Dan tidak perlu juga men-capnya dengan atribut-atribut yang tidak baik.
Lalu tentang urusan hati dan apa saja yang tersimpan dan tersembunyi di dalamnya biarlah itu menjadi urusan dia dengan Tuhannya.

Presiden kita, pak Jokowi dikenal sebagai muslim yang taat, dalam pengertian menjalankan peribadatan sebagaimana pada umumnya yang dilakukan seorang muslim yang baik.
Beliau diceritakan rajin juga menjalankan puasa sunah. Pun juga beliau telah umrah bahkan telah berhaji. Saya kira dengan demikian beliau telah lengkap menjalankan semua rukun Islam sementara masih banyak yang belum bisa seperti itu, termasuk di dalamnya para haters beliau. Ya memang sih untuk rukun kelima itu tidak semua orang mampu karena terkendala masalah waktu dan biaya khususnya bagi muslim yang tinggalnya jauh dari Baitullah.

Dengan menimbang bahwa beliau adalah seorang muslim yang juga menjalankan semua rukunnya, seperti sedikit gambaran diatas itu dan perintah atau anjuran kuat tentang pentingnya tolong menolong antar sesama muslim seperti tersebut dalam artikel itu, saya kira kita sudah tahu apa yang paling pantas untuk dilakukan. 

Sekiranyapun rasa ketidak sukaan itu begitu dalam dan kuat, sehingga sulit bagi kita untuk mendukung dan menolongnya dalam menjalankan pemerintahan dan menyelesaikan banyak masalah yang dihadapi negara, paling tidak kita jangan ikut-ikutan menggemakan hal-hal negatif yang kebenarannya masih meragukan...questionable.

Yang paling aman saya kira kita menahan diri untuk tidak terjebak dan hanyut dalam arus kebencian kepadanya seperti apa yang bisa kita saksikan saat ini melalui media sosial. Apalagi jika yang mendasari kebencian itu sebenarnya kita belum tahu jelas kebenarannya, seperti tuduhan antek komunis, Anti Islam dan lain-lain sebutan itu. Khawatirnya dengan ketidak jelasan itu berujung pada tuduhan kosong dan fitnah belaka.  

Tentang tuduhan anti Islam lantaran beberapa tindakan dan kebijakan yang dikeluarkannya, saya kira menjadi sebuah tuduhan yang gegabah dan kelewat berani. Dalam hal ini -tindakan dan kebijakan itu- kita harus melihatnya dalam bingkai atau dalam konteks merawat negara yang kita punyai bersama ini dari ancaman kerusakannya.
Lagi pula dengan melihat kedekatan beliau dengan banyak ulama-ulama sepuh dari berbagai "kelompok" yang tidak ada keraguan tentang kedalaman keilmuannya, saya kira sulit sebenarnya untuk bisa menerima simpulan gegabah itu.

Apalagi jika tuduhan itu pertama kalinya dilontarkan oleh para politisi. Kita mesti hati-hati dan ada baiknya juga kalau kita tidak perlu terlalu percaya sama politisi, apapun partainya. Kita cukup memberikan kepercayaan dalam level sedang saja dan tidak usah terlalu penuh dan menggebu-gebu. Karena bisa saja apa yang sedang dilakukan politisi itu hanyalah modus untuk meraup dukungan. Kita mesti cermati dulu dan tetap kritis terhadap segala bentuk motifnya. Ini bukan tentang memupuk sikap suuzon atau prasangka buruk, tetapi lebih kepada sikap kehati-hatian kita saja agar terhindar dari kesalahan yang berdampak buruk.


Nah kembali pada artikel itu saya kira apa yang perlu kita lakukan -terlebih bagi mereka yang punya asses langsung- adalah memberikan kesempatan pada penyelenggara negara bekerja sebaik mungkin dengan memberikan pertolongan dalam bentuk masukan atau kritik-kritik yang membangun, bukan hujatan yang kontra produktif dan malah memperburuk keadaan hingga menghambat laju pembenahan yang sedang diupayakan.

"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (melakukan) kebajikan" (al ayah)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!