Ayah Dan April Yang Dikenangnya

Semua orang itu punya kenangan. Pasti! Dan itu menjadi sah sah saja bila kenanganya tersangkut pada hal hal yang bahkan sederhana, sepele dan  remeh temeh sekalipun. Ya ngga apa apa....apapun itu boleh boleh saja. Ya toh? Ya karena Its all about Personal Experienced and Taste guys...pengalaman dan cita rasa pribadi. Pribadi dalam individual ataupun pribadi dalam bentuk yang lebih luas...sebagai bangsa misalnya.

Lalu ada apa dengan April yang Ayah kenang itu?

Di bulan April salah satu bulan dalam penanggalan Gregorian terdapat banyak kisah yang menarik dan penting...ah kata menarik dan penting ini saya kira masih debatable...karena Ya dan Tidaknya lagi lagi berpulang pada subjeknya...menurut siapanya.

Saya tak akan menyebutkan semuanya tapi cukuplah beberapa saja yang sangat populer yang sudah menjadi pengetahuan umum di kita bahkan dunia.

Sebut saja tentang April Mop. Iyaa cerita tentang tanggal satu itu. Hampir di seluruh belahan dunia merayakanya (ngga juga kalee!!)
Lupakan dulu tentang latar belakang kejadianya yang kata sebagian orang mencederai keyakinan pada agama tertentu. Ya namanya juga cuma contoh saja.

Lalu...dalam tataran nasional negeri kita Indonesia ini (negara yang saat ini orang orangnya sedang asik sibuk padu, sibuk berantem, sibuk meributkan apapun) punya perayaan atau peringatan di tanggal 21 yang dinamai Hari Kartini...iya...salah satu pahlawan nasional kita yang isteri seorang bupati kota Rembang itu.
Yang kepahlawanannya saat ini sering dipertanyakan lalu diperbandingkan dengan sesosok pahlawan wanita lain yang perkasa yang dengan senjata rencongnya turun langsung menghadapi kolonialis Belanda.

Beliau berdua diperbandingkan mana yang lebih heroik, mana yang sebenarnya berjasa.Tapi rasa rasanya kita tidak butuh...banget malah. Membanding-bandingkannya dan mempertanyakan kepahlawanan salah satu dari keduanya.
Beliau berdua berjuang melawan penjajah dengan caranya masing masing...di dalam medan juangnya sendiri.

RA Kartini berjuang dengan tulisan..dengan kata kata..dengan pikiran pikiranya untuk membebaskan kaumnya dari belenggu, dari pasung budaya zamannya. Beliau bermimpi wanita wanita Indonesia mempunyai derajat yang sama dengan pria dalam memperoleh hak sosialnya tidak melulu menjadi pelengkap kegagahan dan keagungan pria.

Beliau percaya perjuangan dengan buah pikir yang dituliskannya akan menebar terus...dan terus lalu menjadi abadi. Hasilnya?
Tuh khan..ga sepakaaat..udah udah kita jangan ikut ikutan para peribut itu

Nah baiknya memang aku sudahi sajalah dengan mengutip cerita Ayah tentang April yang mempunyai kesan khusus bagi beliau....katanya:

Nak..bagi kami, Ayah Ibumu ini, bulan April adalah anugerah besar nak. Bukan karena adanya hari besar yang diperingati secara nasional itu, bukan nak...bahkan lebih dari itu nak. 
Banyak sudah suka dan sedih yang kita telah buat dan lewati. 

Di bulan dan tahun itu beberapa kali kami telah menjadi was-was. Pernah di suatu hari saat Ayah harus memeriksakan kandungan ibumu ke seorang mantri kesehataan yang hanya ada di Puskesmas...iya tempat periksa yang butuh berpuluh menit untuk kesana dengan sepeda "onthel" kita itu. Sial betul nak...Ibumu terjatuh dan Ayah baru tersadar setelah beberapa kayuhan onthel itu...mungkin Ayah sedang banyak pikiran saat itu. Ayah sedang terancam konduite jelek dari pak PS nak..iya pak penilik sekolah yang cukup punya kuasa itu. Gara-gara Ayah selama ini kurang aktif di kegiatan ekstra sekolah dan Ibumu kurang aktif di Dharma wanitanya. Maklum nak masa masa itu konduite penting nak...kenaikan pangkat dan gaji nak urusanya. Kamu tahu sendiri toh Ayahmu hanyalah pegawai negeri rendahan saja.
Lalu kecemasan Ayah pun hilang setelah pak mantri selesai dengan pekerjaanya...katanya: "syukur pak kandungannya ga papa...lain kali ga usah ngebut ya pak bawa onthelnya" Lega rasanya.

Masih tentang konduite itu, 21 April di kantor Ayah ada peringatan hari Kartini...apa boleh buat Ibumu harus nak..terpaksa harus datang dan ikut lomba lomba yang diadakan itu walaupun dengan kondisinya yang berat seperti itu. Syukurlah tidak terjadi apapun dengan Ibumu hari itu.

Lalu...hanya enam hari berselang dari hari yang melelahkan itu ..si jabang bayi yang kami nantikan itu lahir. Laki-laki. Lelaki mungil itu sungguh melegakan kami...dia menjadi anugerah bagi kami. Ayah melihat ada harapan besar padanya...lelaki mungil ini kelak bisa meringankan kami...meringankan kami dalam artian yang sebenarnya. Dan Lelaki mungil itu....Kamu nak..."

Ah Ayah...aku tahu pujian dan harapan besarmu juga kau katakan pada anak anakmu yang lain...tapi tetap saja ini menjadikanku seolah menjadi seorang saja...dan terlecut untuk bisa memenuhi harapanmu sebagai anugerah terbaikNya.

Ah Ayah...seringkali mengingat ini aku tak kuasa menahan kaca kaca yang ada di kedua pelupuk mataku berubah menjadi cairan bening yang mengalir...mengalir meninggalkan kelopak kelopak pelindungnya itu untuk membasahi pipiku..lalu menetes...menetes dimanapun yang dia suka...dan aku biarkan saja begitu karena aku menikmatinya...

===
Ayah betapa kuagungkan betapa kuharapkan
Ayah betapa kau berpesan betapa kau doakan
Ayah ceriterakan kembali riwayat yang indah waktu dahulu
Ayah ku tak kan bosan mendengar riwayat waktu kau muda perkasa

KoesPlus
===

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!