BIGOT Ada Dimana-mana!

Prihatin. Mungkin kata yang sering dipakai mister pepo ini pas untuk menggambarkan perasaan kita saat sekarang ini.

Sikap intolerance terhadap orang yang berbeda baik dari sisi etnis, agama, kelompok serta yang berbeda pendapat dan pemahaman senyatanya ada dimana-mana tempat.

Bigot (klik link untuk referensi, kamus merriam-webster) kenyataannya bukan saja milik kelompok etnis atau agama tertentu atau kaum pinggiran atau kaum kurang terdidik, dan hal-hal minus lainnya. Bigot itu ada pada semua golongan, ada di negara manapun. Karena sikap tertutup, fanatik, sektarian itu tidak mengenal sosio-ekonomi, maju tidaknya suatu negara tempat mereka berada bahkan rata-rata tingkat latar belakang pendidikannya.

Berita tertanggal 28 Januari 2017 dari Amerika, sebuah negara super maju yang sering meneriakkan HAM dengan lantang, tentang pembakaran masjid di Southern Texas yang hanya berselang beberapa jam saja setelah Trump menandatangani sebuah keputusan, pelarangan pengunjung dari 7 negara Islam (Libya, Yaman, Iraq, Iran, Sudan, Syria, Somalia) adalah bukti yang menjelaskan kenyataannya.

Beberapa minggu yang lalu, masih dari Amerika, bahkan sudah mendahului membuktikan tentang para bigot yang juga bersarang di negeri Paman Sam itu.
Seorang yang berbadan kekar dengan toa ditangan berteriak-teriak penuh kebencian dan hujatan tak pantas di depan Islamic Center. Hujatan yang sudah kelewat batas karena makian hinaan itu ditujukan ke ujung tertinggi dalam struktur keislaman. Rasulullah SAW manusia paling mulia dan yang sangat dijunjung tinggi umat Islam seluruh dunia dihina dina.

Dari materi hujatannya itu bisa ditangkap bahwa mereka sebenarnya tidak mendapatkan informasi yang lengkap dan benar tentang yang dihujatnya. Jikalah ada potongan-potongan yang mereka anggap suram dalam praktek keislaman yang disebut-sebutnya, itu hanyalah bentuk praktek sebagian muslim saja yang tidak bisa dipakai untuk men-justifikasi secara keseluruhannya. Praktek yang dilakukan sebuah kelompok bahkan suatu negara sekalipun tidak bisa dijadikan dasar penilaian untuk keseluruhan Islam, karena interpretasi bisa berbeda. Dan faktanya begitu.

Mempunyai pola pikir terbuka, bisa dan mau memahami orang dan kelompok lain dalam banyak hal merupakan suatu hal yang harus ditanamkan. Keharusan yang musti dipikul oleh seluruh golongan, seluruh umat manusia.

Dan beban tanggung jawab itu lebih besar tentunya berada pada pundak para pimpinan kelompok-kelompok, ormas-ormas, pendeta, bhiksu, romo, ustadz, ketua organisasi dan sebutan lain yang "suaranya didengar" orang banyak.

Tanggung jawab untuk membuka alam pikiran jemaatnya, massa-nya, dengan memberikan narasi yang benar. Memberikan pencerahan bukan malah koar-koar yang bersifat kontra produktif, menggalakkan narasi sumbang yang penuh provokatif serta menebar kebencian. Menuding sana-sini dengan bahan referensi miliknya sendiri. Kalau demikian halnya? The most bigotry indeed. Jahl al murakkab!

Senyatanya bigotry itu musuh semua orang yang berpikir sehat. Kita semua kudu bersatu melawan model-model yang sedemikian itu. Lawan para bigot meski hanya lewat tulisan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!