RADIKAL

Di timeline status saya yang menyeret kata radikal sedianya hanya hendak bercerita tentang sesosok pemuda yg ketika usia remaja banyak digadang menjadi jawaranya astronomi Indonesia mengingat kepiawaiannya dalam berhitung dan mengamati benda benda angkasa serta torehan prestasi gold medal nya di ajang olimpiade astronomi di Ukraina. Belakangan si pemuda itu terpaksa berurusan dengan Densus88 karena "terjebak" dalam paham yang "nganu" itu. Ini biar menjadi semacam pepeling untuk yang mempunyai putra dan putri remaja.

Satu tanggapan muncul dengan kata tanya dari Al mukarrom pak Mumu Mutolib Husen...yang menurut saya pertanyaan itu tidak terlalu butuh jawaban...ya karena beliau sangat sangat lebih tahu. Tapi sebagai bentuk tanggung jawab penyetatus...terpaksa deh saya buat jawaban sekaligus saya jadikan status saja.
Ini opini pribadi...bisa menepati pun juga sangat bisa malah menyelisihi. Afwan...ya karena Who am I lah...

Bahasa (kata) dalam perjalananya seringkali mengalami pergeseran makna...ada yang maknanya menjadi berkonotasi memburuk, ada yang menyempit atau sebaliknya malah meluas. Contohnya ada banyak...tapi akan saya cukupkan beberapa saja.

1. Saudara. Kata ini menjadi meluas maknanya dari yang diartikan sebagai orang yang ada hubungan darah menjadi lebih umum...sebagai pengganti sebutan untuk kawan, orang yang belum dikenal atau bahkan khalayak ramai ketika berorasi. Pak Prabowo suka sekali memakai kata ini ketika berorasi pada pilihan lurah kapan hari itu. "Saudara saudara...bocor bocor...

2.  Pendeta. Kata ini menjadi lebih menyempit dari sebelumnya yang bermakna orang yang linuwih...berilmu tinggi menjadi sebutan salah satu "petinggi" dalam struktur keagamaan.

3. Perempuan. Kata ini mengalami pergeseran makna konotatif dari pengagungan dan pujian (dari kata dasar empu yang bermakna orang yang melahirkan karya cipta yag adiluhung) untuk sosok manusia yang bisa meneruskan keturunan...ibu yang melahirkan anak manusia...menjadi berkonotasi buruk dengan embel embel...nakal, jalang, murahan dsb.

Radikal juga tidak luput dari nasib "buruk" seperti itu. Kalo merujuk ke KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia kata Radikal dijelaskan seperti berikut:

radikal/ra·di·kal/ (ajektifa)1 secara mendasar (sampai kepada hal yang prinsip): perubahan yang --; 2 (Politik) amat keras menuntut perubahan (undang-undang, pemerintahan);  3 maju dalam berpikir atau bertindak;

Dari definisi yang dibuat oleh KBBI itu cukup jelas makna dari radikal itu positif dan kita tentu bisa dan terus bisa memaknainya secara positif. Misalnya dengan kalimat:

"Pemerintah melakukan upaya radikal untuk meningkatkan pendapatan negara dengan memberikan tax amnesty." Atau

"Hidup di jaman yang penuh dengan persaingan keras menuntut kita berusaha sungguh sungguh...berusaha dengan kadar yang biasa saja sudah tidak cukup lagi...harus merubah cara memberdayakan diri sendiri secara radikal". Dan permisalan lain yang bisa kita buat.

Kini seiring berjalanya waktu...dengan melihat kejadian dan fakta di lapangan...dan kiranya telah menjadi pengetahuan awam...kata radikal bergeser (atau sengaja digeser?) menjadi atribut untuk orang atau sekelompok orang yang mempunyai pendirian atau berpemahaman bahwa pemerintahan sekuler itu tidak dibenarkan berdasarkan teksbook yang diyakininya.
Orang atau sekelompok orang yang beranggapan bahwa tafsir tentang kebenaran itu harus bersesuaian dengan mereka dan yang selainya menjadi hanyalah pelaku pelaku penyimpangan.
Orang atau sekelompok orang yang dengan prinsip yang dipegangnya itu kurang bisa menerima perbedaan pendapat...yang denganya bisa berbuah pelecehan, hujatan, pengucilan bahkan penyegelan dan pengusiran. Dan definisi definisi lain yang tersirat dari yang telah terjadi.

Lalu tentang rasa tidak suka atau benci kepada sesuatu hal itu lumrah lumrah saja...manusiawi. Dan tidak (masih belum) menjadi soal ketika rasa benci itu masih dalam pribadi, masih dalam diri individu. Rasa benci itu tidak akan merugikan orang lain...ianya malah akan merugikan diri sendiri si penyimpan rasa.

Akan tetapi...lagi lagi...akan tetapi jika benci itu terorganisir atau sengaja diorganisir maka akibat yang ditimbulkan bisa luar biasa. Rasa benci secara berjamaah...banyak orang dengan latar pemahaman yang variatif...apalagi berbumbu tambahan berupa kecemburuan sosial...itu sangat mudah menjadi letupan. Sangat mudah berubah menjadi tindakan anarkis yang tidak dibenarkan secara hukum.

Pada masa kini sebuah status ujaran kebencian di medsos secara viral bisa meluas dengan cakupan yang tidak bisa kita bayangkan sebelumnya... yang bisa saja itu menjadi semacam...tanpa kita sangka...masuk dalam kategori pengorganisiran rasa benci itu. Berabe khan?!.
Maka ketika ada kabar salah satu pegiat medsos ditangkap pihak berwajib gegara ujaran kebencian menjadi wajar karena efeknya bisa membahayakan stabilitas nasional.

Ah sudah sajalah...menjadi kelewat serius nanti statusnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!