"Masih Sebatas Karena..." (SecangkirKopiPahit~4)

Malam ini kawanku absen ngga berkunjung ke rumah dan secangkir kopi pahitku pun sudah tinggal separohnya. Sudah dingin...sedingin hembusan angin yang berasal dari daratan utara, arah Persia? Sepertinya begitu. (Eits jangan nyebutin nama Persia itu...khan itu negeriii syingah...)

Masih kuingat kata-katanya yang dia lontarkan beberapa malam yang lalu...
"Apa yang melekat sampai saat ini pada diri kita adalah belenggu pamrih, belenggu ketidak ikhlasan. Beribadahnya kita itu masih sebatas karena...belum lepas, belum los, belum ikhlas. Tahajud yang dilakukan biar dapat kerjaan lebih baik. Dhuha yang ditunaikan juga agar rejeki lancar. Sedekah yang disalurkan untuk memancing rejeki lebih gedhe lagi. Puasa sunnah...nasibnya sama saja".

Ah aku jadi ingat sepotong kalimat dari Cak Nun tentang logika dagang...memang ngga persis begini juga sih...
"Ben diwenehi rejeki sing akeh, lancar...ben di...ben di...emange kowe ki dagang popiye? mbok wes ben terserah Gusti Alloh wae".

Dan sememangnya masih demikian itu apa yang aku rasakan selama ini. Keihlasan itu masih seperti bayang-bayang saja, yang sampai saat ini belum mampu menemukan metode untuk menangkapnya.

~~~~~
Dan secangkir kopi pahit itu pun ikut merona sedih 
Lirih suara bergetarnya itu membisikkan pesan...
Masih Sebatas Karena...
Sebatas Karena...
Karena...
...
Dan akupun terangguk...takluk 
~~~~~

[SecangkirKopiPahit]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!