PUZZLE Itu Belum Sepenuhnya Utuh (KepingPuzzleDanLabyrinth~2)

Mainan puzzle-nya Kinanti, anakku yang bontot nan cantik itu, agak sulit diselesaikan. Pasalnya banyak bagian kepingannya yang klèndran, kêtlisut alias tercecer entah kemana. Hal yang paling mungkin adalah nyampur sama beberapa puzzle lain yang sama-sama terurai tak tersusun di kotak mainan itu. Cukup repot juga.

Usaha memilah dan memilih kepingan-kepingan yang sesuai dengan yang dibutuhkan menjadi hal yang ga gampang jadinya. Banyak kriteria yang musti dibuat, misalnya kesesuaian corak dan warna, pola, tarikan garis-garis pembentuk gambar atau citra itu. Jika gambar utuhnya masih ada, bisa dijadikan referensi sehingga tentu sangat membantu dalam pencarian itu. Kalau tidak, puyenglah pala babeh! Dan sememangnya...gambar referensinya udah hilang! Ampuunn beneran ini mah!.

Di tengah keasyikan yang sedang melanda itu, sekonyong-konyong serasa ada tamparan di pipi berkali-kali..."plak plakk plakkk". Sesaat aku hentikan kegiatanku. Kedua pipi terasa menghangat, mata menerawang ke kejauhan. Pikiran lantas bekerja dengan sendirinya. Daydreaming alias ngalamun.
Lamunan panjang itu telah memperdengarkan bisikan dari dalam

"Jadi selama ini kau tidak menyadari ada pesan tersembunyi di sebalik mainan puzzle anak-anakmu ini? Kasian sekali kau!"

Iya...memang aku pantas dikasihani! Bertahun-tahun sejak anakku yang lain sudah memainkan puzzle-puzzle ini dan bahkan aku juga sering ikut mengawasinya, tak sekalipun aku menyadari dan menemukan pesan itu. Gerutuku menyahutinya. Dan dialog dengan pembisik itupun terus berlanjut.

"Bukankah puzzle-puzzle itu mirip sekali dengan diri kita sendiri? Bukankah kita juga adalah sebentuk citra yang utuh, diciptakan dengan sebaik-baik bentuk (QS At-Tin, 95:4), dianugerahi kemuliaan dan dilebihkan dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk ciptaanNya (QS Al-Isra, 17:70) yang kesemuanya itu berasal dari Tuhan Sang Maha Pencipta? Jikalah saat ini citra kita belumlah sepenuhnya utuh, tentu itu dikarenakan apa yang kita lakukan selama ini belum mengikuti SOP, petunjuk yang telah diberikan itu dengan sebaik-baiknya. Kita masih memakai cara yang kita inginkan, masih mengedepankan apa yang kita pikir benar dan penting menurut versi yang kita buat sendiri. Sering keluar dari koridor, menyelisihi lintasan yang telah dibuat". 

Sang pembisik itu terus saja mengeluarkan serangkaian kata-katanya

"Ketidak utuhan citra itu bisa diakibatkan karena faktor-faktor yang tidak bisa kita pilih atau bisa kita pilih sebenarnya, tetapi karena sesuatu dan lain hal, kepentingan yang atas arahan nafsu kita belaka misalnya, telah menjadikan citra itu buram, bentuk itu tidak utuh lagi. Ibarat permainan puzzle itu, kita meletakkan keping tidak pada tempatnya atau malahan keping yang keliru yang kita pungut itu lalu kita pasangkan pada tempat-tempat yang kosong. Dan menjadi jelaslah mengapa citra itu tak kunjung berbentuk secara semestinya".

"Lalu tentang faktor yang tidak bisa kita pilih, misalnya nasab, lahir dari keluarga yang kurang harmonis, kurang agamis dan lain-lain hal yang bersifat destiny, given, adalah menjadi suatu tugas yang perlu perjuangan lebih ekstra. Dan hanya yakin dengan jaminan pertolongan Allah, bahwa kita bisa mencapai bentuk atau citra yang harusnya dipenuhi. Karena Alloh maha pengasih dan penyayang, Sang Pencipta yang bersifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Yang tidak pernah sedikitpun menzalimi hambaNya, yang tidak membebani hambaNya melainkan sesuai kesanggupannya (QS Al-Baqarah, 2:286). 
Kita harus selalu berpengharapan, dan tidak boleh berputus asa dari rahmatNya (QS Az-Zumar, 39:53) seperti yang telah dituliskan di kitab suci itu".

Aku tertegun dan hanya bisa menarik nafas dalam-dalam. Tertunduk menekuri lantai yang darinya seolah aku bisa menemukan jawaban, menemukan rujukan berupa citra, bentuk-bentuk, pola dan tarikan garis, serta corak warna dari puzzle kehidupanku, agar mudah mendapatkan semua keping yang aku butuhkan. Ah tentu tidak disitu!

Dan lamunan itu semakin dalam saja manakala banyak kata tanya dari sang pembisik itu.

"Sejauh kakimu melangkah menelusuri setiap lorong dan labyrinth selama ini, seberapa banyak keping yang telah kau pungut? Lebih dari itu, diantara yang kau punguti itu, berapa banyak keping yang tepat? Berapa banyak keping yang hanya akan memberati pundak dan punggungmu? 

Mataku pedas, menghangat, lalu nanar...nanar yang tetap tak beranjak meski kacamata telah terpasang.
Teringat semua hal yang telah berada di sebalik punggung yang tak mungkin bisa dihampiri lagi, yang hanya menyisakan risau dan gulana. Lalu dengan hentakan yang cukup kuat udara aku keluarkan dari rongga dada untuk sekedar melepas pepat.

"Waktu memang tidak bisa diulang. Masa yang telah lewat itu jadikan saja modal, jadikan saja pijakan untuk menjejakkan langkah-langkah baru. Maka sudahi risau dan gulanamu, lalu songsong yang akan datang itu dengan tekad perubahan dan penuh kesabaran. Kesabaran dalam setiap laku dan usaha. Teguh kukuh dalam pengendalian kehendaķ buruk yang hanya berujung pada sesal itu.
Percayalah bahwa apa, siapa dan dimanapun tetap bisa kau gunakan untuk mencari keping yang terserak.
Kewaspadaan dan kehati-hatian sudah menjadi suatu keniscayaan karena keunikan dan kehalusan perseteruan yang terjadi dalam diri setiap insan itu berlangsungnya sepanjang waktu. Dan sungguh itu bukan suatu perkara yang mudah".

Kembali kuhentakkan nafasku untuk yang kedua kali untuk mengusir sisa-sisa pepat yang masih mengganjal.

"Boleh jadi banyak orang yang ketika di ujung usianya belum sempat membenahi keping-keping terseraknya dengan baik, hingga kembali kepada Tuhan-nya dengan citra yang tak utuh, tugas yang belum selesai. Kembali tidak dalam "bentuk" sebagaimana mestinya. Kembali dengan meninggalkan semua kemuliaan dan kelebihan yang dianugerahkan itu".

Lalu akankah ketika aku pulang nanti masih dengan puzzle yang tak kunjung utuh ini?

"Hasbunallah wani'mal wakiil ni'mal maula wa ni'man nashiir"

Duuh...Kinanti haniii..keping puzzle terserakmu ini yaaa...ailafyuuu...

[KepingPuzzleDanLabyrinth]







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!