BASIS ANGKA dan Orang Politik

Inget dulu ketika di SD pernah dikenalkan operasi hitung matematika berdasarkan basis angka yang bervariasi...yang disederhanakan dengan memakai logika jam...ada operasi hitung jam 4an jam 8an dan sebagainya. Dengan logika jam yang dipakai dimaksudkan untuk ukuran anak usia sekolah dasar bisa lebih mudah untuk memahaminya.
Kita coba dikenalkan bahwa hitungan itu tidak saja berbasis angka sepuluh atau desimal.

Dalam praktikal keseharian nyatanya memang basis hitungan tidak melulu pakai basis 10. Contohnya banyak sekali.

Untuk menghitung sehari dalam jam kita pakai basis 24, sepekan dalam hari memakai basis 7, setahun dalam bulan memakai basis 12...bahkan dalam khasanah kejawaan ada dikenal sepasar yang berbasis 5 dan selapan yang berbasis 35 kombinasi dari hari dan pasaran. Dan seterusnya.

Dalam nuansa politik orang yang berkecimpung di dalamnya, ketika melakukan kalkulasi politiknya...kalau boleh diibaratkan seperti dalam basis angka metematika tadi...mereka bisa saja memakai basis yang berbeda beda, tidak melulu memakai satu basis saja, desimal misalnya sebagai basis hitungnya.
Ketika ada kasus misalnya, seumpama penjumlahan angka 4 + 4, jawabannya belum tentu 8, bisa saja menurut mereka 10 ketika acuannya ternyata basis 8, bisa saja 11 ketika basisnya 7, bisa juga 1000 ketika basisnya 2.
Basis mana yang hendak digunakan akan menyesuaikan dengan kepentingan yang hendak dicapai...ya namanya juga politik...sebuah seni untuk mencapai maksud dan tujuan.

Coba kita tengok di pilkada-pilkada yang ada dan apa yang dilakukan salah satu partai kita.

Dalam benak kita yang beragama Islam pada umumnya ketika memilih pemimpin "merasa" tidak boleh memilih yang non muslim atau ber-gender perempuan...misalnya. Dalilnya ada. Dan ini ibarat hitungan matematika basisnya harus 2, hanya ada angka 1 dan 0, yang merefleksikan kata Iya atau Tidak, Mendukung atau Menolak...hitam putih saja.
Namun pada kenyataanya ada juga parpol yang dikenal berbasis keislaman yang puritan pun tidak konsisten memakai basis ini.

Pilkada Banten tahun 2006 misalnya Marissa Haque diusung sebagai calon Wagub Banten mendampingi pak Zulkiflimansyah.

Di pilkada Solo 2010 parpol itu mengusung Fx Rudyatmo sebagai cawalkotnya.

Di pilkada Papua 2013 partai itu mengusung pasangan Lukas - Klemen.

Atau yang masih hangat di pilkada kepulauan Sula yang terletak di Maluku utara parpol it ikut mengusung pasangan Hendrata Thes yang non muslim didampingi Zulfahri Abdullah.

Lalu mari kita tengok juga tentang negeri subur yang kaya akan potensi hayati yang dikenal dengan negeri agraris ini.
Apakah kita sudah bisa memenuhi segala kebutuhan pangan dari swasembada kita? Nyatanya impor bahan makanan itu teramat sering kita dengar. Jelaslah bagi para pemangku kuasa yang para politisi itu akan lebih mudah dan menjanjikan sesuatu dengan mengurus impor dibandingkan dengan mengurus petani dan sawah ladangnya dengan segala tetek bengek urusan ikutannya itu. Basis kalkulasinya tidak tunggal, ianya akan mengikuti atau menyesuaikan dengan keadaan sangat fleksibel...dan harap maklumlah

So...bagi kita yang tidak terlibat dalam perpolitikan secara langsung bahkan seandainyapun hanya mengamati dan mengikuti saya kira jangan terlalu lugu dengan basis hitungan baku yang kita anggap benar...tidak harus terlalu mempercayai politikus dan partainya pasti akan menerapkan basis angka yang selalu sama dan konsisten...jangan banyak berharap mereka akan menerapkan basis angka biner apalagi...kalau tidak ingin kecewa.

Nah...memang baiknya kita nikmati saja suguhan suguhan yang ada dalam alam demokrasi kita ini.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!