Para TANDINGAN

Masih terbilang segar dalam ingatan karena belum terlalu lama di DKI Jakarta pernah dilantik gubernur tandingan...pak ustadz siapa tuh ya...ah ga penting penting amatlah sebuah nama itu karena yang menarik justru kisahnya...kisah pelantikan sebagai Tandingan itu.

Kisah tentang membuat suatu tandingan sebenarnya hanyalah pengulangan sejarah masa silam saja. Benarlah kiranya jika dikatakan kisah kisah yang ada saat ini banyak sekali...jika tidak bisa dibilang semuanya...dulunya juga pernah terjadi.

Yang menarik dari pembuatan tandingan ini ketika ada orang yang secara kompetensi pribadi tidaklah "terlalu menonjol" kecuali dalam hal hal yang khusus saja misal keras perangai, pemrotes ulung, sok pinter kurang ajar lagi lalu ditandingkan dengan sosok yang sangat fenomenal dalam segala bidang baik keilmuan maupun keprawiraan.

Ketokohanya di-amplitude, dikatrol sedemikian rupa hingga seolah-olah menjadi pribadi pilih tanding yang jempolan. Pengkatrolannya bahkan tidak segan-segan mengorbankan Sang Uswatun Khasanah baginda Nabi SAW sekalipun. Iya...sekalipun.
Dahsatnya...narasi tentang si tandingan masuk dalam teks-teks yang disucikan...runyamnya bertambah-tambah karena pasti muncul sentimen yang kental dan karenanya pula akan terus terbawa sampai akhir jaman.

Tidak tahu persis siapa yang mula-mula sekali membuat narasi itu tetapi kalau menengok sejarah masa silam dari eksisnya dinasti besar Bani Umayyah yang terkenal dengan sikap permusuhannya dengan keluarga Nabi maka proses penulisan dengan corak, tema dan nada-nada yang selaras dengan kemauan sang penguasa patut diduga dengan sangat kuat telah terjadi. Intimidasi dengan kekejaman yang luar biasa dan iming-iming akan uang dan jabatan dengan segala konsekuensi logis fasilitas yang menyertainya sanggup menyiutkan nyali untuk melawan sekaligus menguatkan nyali juga untuk mendukung dan bersetuju dengan tiran.

Cercaan dan pelaknatan kepada keluarga Nabi terkhusus Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a. yang berlangsung puluhan tahun (bahkan ratusan?) di mimbar-mimbar jum'at menjadi satu contoh yang terang benderang tentang upaya-upaya itu.
Jika mencerca menghujat melaknat bisa dilakukan dengan semarak apatah lagi untuk membuat sosok tandingan pribadi pribadi mulia dari keluarga Nabi. Sangat mudah. Semudah menuliskan pena dengan tinta pada lembaran-lembaran kertas kosong. Akan sangat mudah mencatut nama-nama populer dan terpercaya sebagai para perawi. Bukankah para orang bijak pernah bilang bahwa sejarah itu milik para pemenangnya? Hingga hadirlah di kehidupan kita kisah-kisah hebat yang luar biasa itu.

Apakah kita sudah lupa tentang video yang tempo hari ramai berseliweran di media sosial kita? Benar...iya anda benar...ternyata kita tidak gampang lupa ya...video yang bercerita tentang Wali Sakti yang dibawakan oleh ustadz agak gendut yang doktor itu. Lulusan Madinah katanya...gak tahulah...lagi-lagi ngga penting lulusan dari mananya karena isi ceramah itu yang sungguh "menakjubkan".

Masih ingatkah apa aja yang disampaikan? Saya yakin dengan pasti.
Saya hanya hendak menyebutkan beberapa saja yang menurut saya sangat krusial

1. Dalam kasus penanganan tawanan perang. Rasulullah SAW menetapkan sistim Tebusan bagi keluarga tawanan perang untuk pembebasannya kontra dengan pendapat Tawanan harus dibunuh dipenggal oleh keluarganya sendiri yang muslim sebagai bentuk ketegasan bahwa Islam bisa memisahkan tali persaudaraan tersebab berbeda keimanannya.

Dalam hal ini di kemudian hari dikatakan Nabi keliru dan menangis karena ijtihadnya salah dan yang benar adalah pendapat kontranya.
Kisah ini suuulit teramat sulit bagi saya untuk bisa menerimanya. Bagaimana mungkin Nabi melakukan ijtihad...bukankah Al Qur'an menyebutkan bahwa perkataan Nabi itu wahyu? Nabi tidak pernah melibatkan hawa nafsunya. Jika Nabi berijtihad dan apalagi salah...bagaimana bisa risalah ini dipercaya kebenarannya? Bagaimana hadits beliau bisa dipercaya jika tidak terbimbing wahyu? Lalu bagaimana dengan sifat Makshum nya Nabi yang dengan semena mena di-eliminir sedemikian rupa...apakah ini bukan merupakan bentuk pengingkaran yang nyata?
Yang lebih ngeri lagi...jika memang demikian halnya apakah tidak termasuk bentuk pengingkaran ayat Al Qur'an. Ah betul betul bikin pening.

2. Tentang jikalau ada Nabi setelah Rasulullah SAW maka tidak ada orang lain kecuali seorang sahabat, yaitu sahabat Umar lah orangnya.
Ini mengingatkan tentang hadits yang menyatakan bahwa kedudukan Ali disisi Rasulullah SAW laksana kedudukan Harun AS di sisi Musa AS hanya saja tidak ada Nabi setelahku..sabda Nabi.

Teks yang dibawakan itu menjadi aneh ketika ternyata ada sosok lain dan hanya seorang dan orang itu bukan Ali. Logisnya karena hanya seorang saja yang layak maka nama yang muncul di teks mestinya sama...hanya satu nama.

Ah sudahlah adanya dalam teks begitu kok mau apalagi...dan percayalah kalau tandingan tandingan yang tercetak di teks teks akan banyak bisa dijumpai...mari kita nikmati saja yang ada dan anggap saja menjadi khasanah kekayaan dalam literatur keagamaan kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!