Pesta Para DEMAGOG?

Pemberian istilah atau penamaan pada sesuatu, baik berupa benda atau aktifitas dimaksudkan untuk mempermudah penyebutan, mempermudah dalam berkomunikasi. Bisa dibayangkan kesulitannya jika tanpa nama atau istilah. Kita perlu berpanjang-panjang untuk men-diskripsikan-nya. Sebut saja misalnya meja, orang langsung terbayang sebuah benda dengan papan datar berkaki. Simpel.

Demikian pula dengan kata demagog, digunakan untuk menyebut orang (biasanya politikus/tokoh/pemimpin rakyat) yang suka menghasut dengan kedustaan baik itu melalui cerita atau berita.
Kata lain yang sangat populer dan sudah digunakan secara luas adalah kata provokator tetapi sepertinya (menurut saya) demagog lebih mewakili.
Untuk membaca penjelasannya bisa dirujuk ke KBBI...Kamus Besar Bahasa Indonesia Online untuk demagog dan demagogi.

Hasrat "orang-orang besar" yang demagog itu pada kenyataannya demikian besar. Untuk memenuhi sahwatnya itu konsistensi usahanya tidak diragukan lagi, bahkan meski tujuannya sudah tercapai. Upaya-upaya itu terus dipupuk dan dijaga untuk mempertahankan apa yang sudah dicapainya. Kelanggengan nikmat dan kemasyhuran.

Mereka sangat bisa bahkan ahli dalam menciptakan keadaan yang diinginkan, membentuknya lalu menggiring opini sesuai harapan. Mereka sangat jeli melihat peluang lalu memainkan dan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Jika ada issue yang berkembang apalagi issue seksi, itu laiknya beroleh durian runtuh. Umpan cantik itu pasti akan didayagunakan semaksimal mungkin.

Issue SARA adalah issue terseksi yang sangat menguntungkan. Ini kenapa kemarin hari itu banyak yang kekhawatirannya amat sangat ketika aksi-aksi bela sedang marak. Tapi Alhamdulillah telah berlangsung dengan damai karena kedua belah pihak bisa menanganinya dengan baik. Peserta aksi tertib dan aparat simpatik hingga pemancing di air keruh tidak mendapatkan hasil seperti yang diharapkan.

Kalau melihatnya dari kacamata seorang demagog, saya berpikiran, kasus dugaan penistaan agama yang sedang ditangani pihak berwenang itu jangan pernah berhenti dan berakhir pada bui bagi tersangkanya, karena hal demikian merupakan tamatnya sebuah moment yang sangat penting.

Adalah vonis bebas tersangka dari semua dakwaan dan tuntutan, saya kira menjadi hal yang sangat diharapkan. Karena potensi melipat gandakan sentimen yang tersimpan di dalamnya itu sungguh menjanjikan. Kemarakan aksi yang sudah-sudah itu bisa diprediksi akan terulang kembali dengan skala lebih besar lagi. Lalu hujatan, anggapan, tuduhan tentang adanya keberpihakan dan ketidak adilan akan semakin luar biasa. Tuntutan yang diajukan bisa lebih keras lagi. Kalau sebelumnya seruan revolusi itu masih terdengar ragu maka nanti bisa saja mengeras menerabas semua batas. Bukankah ini sebuah kapital yang luar biasa?
Saya sih hanya bisa berharap moga tidak ada keributan-keributan yang makin merugikan semua orang.

Ada yang selalu menarik dari semua kepikukan yang terjadi adalah terlibatnya kita-kita para pengguna internet wabil khusus para pengguna medsos. Tersedianya gadget yang semakin murah dan koneksi internet cepat seperti saat ini mendorong semakin banyak kalangan yang ikut andil. Semakin luas dan semakin variatif latar belakangnya baik ekonomi, pendidikan dan tingkat pemahamannya. Tentu ini menjadi problema yang ga gampang. Dengan tingkat keterhasutan yang tinggi, penanganan menjadi lebih sulit.

Meski kadang keterlibatannya nampak sederhana hanya karena sebuah klik saja, maka sebuah hoax atau bahkan mungkin fitnah bisa viral tersebarkan kemana saja dengan akibat yang tidak bisa diduga. Menarik kembali merupakan kemustahilan, laksana kapas yang kita sebar lalu diterbangkan angin, kemana kita akan mencari dan mengumpulkan semuanya kembali?

Kerelaan kita, semangat perjuangan dan banyak kondisi yang mendukung itu bagi para demagog adalah sebuah logistik gratis nan ciamik. Ketika kita telarut oleh semangat perjuangan yang kita yakini benar itu pada saat yang sama kita bisa saja telah menjadi bidak-bidak para demagog itu. Pion-pion sukarela yang tereksploitasi dengan sempurna.

Kalau sudah begini pesta itu bukan lagi milik para demagog.
Pesta itu telah menjadi milik dan kegembiraan bagi kita semua.

Runyam!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!