Smoking Octagon Dan Nasib Si Kretek

Orang menamainya Smoking Shelter sebuah tempat para "ahli hisap" berkumpul dan satu satunya yang berada di dalam areal Process Plant. Posisinya persis di sebelah main gate menuju Logistic Area tepat di depan Gurfah al Tahkim atau Control Room.

Bangunan itu diibuat bersegi delapan...octagonal in shape...dari paduan besi hollow dan balok balok polymer berwarna pastel...abu-abu pucat. Warnanya sudah semakin kusam memudar akibat sengatan matahari sepanjang tahun.
Karena bentuknya itu aku lebih suka menyebutnya bukan shelter tapi octagon...Smoking Octagon...biar kayak gedung kondang yang di Amrik itu....iyaaa..Pentagon.

Bangku bangku panjang yang dipasang mengikuti bentuk bangunan Smoking Octagon...selalu menjadi teman setiaku dalam kesendirian. Sendiri...hampir selalu sendiri setiap kali ingin menghisap sebatang dua batang kretek filter bawaan dari negeri tercinta. Mungkin saja bangku bangku itu juga ikut iba melihatku yang harus menunggu sepi untuk sekadar sebatang dua tadi karena mereka, para Native di sini, tidak begitu suka atau benci bahkan dengan aroma khas kretek kita. Mereka lebih suka rokok rokok putih bikinan negeri yang selalu mendaku diri polisi dunia itu...iya Amrikiya...rokok bikinan Amrikiya.
Agaknya para native itu sangat Amrik minded atau Europe minded. Ah sepertinya sebuah kesimpulan yang terlalu tergesa gesa, men-generalisir dan menuduh...maaf. Faltah? Eh bukan ding...faltah itu kan tentang kisah yang itu ya...tapi memang begitulah.

Tapi para native itu sepertinya masih tetap suka juga dengan yang berbau-bau Indonesia. Dari nama rokok putih yang mereka isep itu aku tahulah...ada Downhill fine cut, Malioboro, Parliament...aahh itu pasti terkait Indonesia kan?
Coba toh Downhill fine cut itu....pasti ingetnya kawasan berbukit khan...dan kawasan berbukit yang populer itu pasti Puncak...dan mereka memang suka sekali wisata kesana. Ada apakah gerangan di situ? Tentu banyak hiburan dan kesenangan pastinya! Tapi ngga tahulah apa yang menarik buat mereka...tempatnya kah? hiburanya kah? Atau Misyarnya kah...eh.
Lalu Malioboro...ya pasti ingetnya Jogjaaaaa...mungkin mereka terkesan dengan banyaknya lesehan yang asik, enak enak dan murah...ditambah musisi musisi jalanan kreatifnya.
Dan Parliament?...ah agaknya mereka kagum ama parlemen kita ya...mungkin suka dengan bising berjamaahnya ituh...tahu aja mereka yaaa.

Tentang si kretek kebanggaan negeriku yang mereka tidak suka baunya itu...ah andaikata mereka mau mendalami tentang sebuah hiruk pikuk dinamika hidup dibalik sebatang kretek itu...rantai ekonomi yang tidak kecil...
Tentang bagaimana banyaknya jumlah keluarga petani dan perajin tembakau di Indonesia yang berjuang dan berkreasi untuk memperoleh hidup yang layak.
Tentang para petani dan perajin tembakau yang mempunyai ladang dengan segala peralatan pengolahanya dan keahlian yang diwarisi dari para leluhurnya itu dengan semena mena disuruh berhenti dan beralih profesi...beralih ke tanaman lainya misalnya...emang semudah kata kata?
Andaikata mereka juga mengerti usaha usaha yang hendak mengkebiri hasil produksi sendiri dan khas Indonesia itu dengan berbagai macam issue tentangnya...yang karena faktor kesehatanlah dan bahkan dari sisi agama. Narasi narasi yang dibangun secara masive dan terstruktur baik yang kasar dan halus masih terus saja berlanjut. Apakah betul faktor faktor buruk itu memang seperti itu adanya? Mungkin iya mungkin juga tidak...karena sepertinya masih perlu kajian lebih dalam lagi dan dalam lagi tanpa ada hal hal yang disembunyikan karena faktor kepentingan...entah apalah kepentinganya itu.
Atau tentang usaha para mega konsorsium tembakau internasional yang hendak mencaplok perusahaan kretek khas kita itu...disaat yang bersamaan dengan narasi narasi yang dihembuskan itu.

Lalu kita sendiri...anak bangsa...apakah juga akan ikut andil dan memfasilitasi penggusuran itu...dengan tanpa sengaja... dengan ikutan menuding dan menghujat sektor ini bermasalah?

Aku jadi teringat budayawan kita Mochamad Sobary yang diusianya sudah menginjak 50an tahun malah mulai menghisap rokok gara gara semua intrik intrik itu...yang beliau menyebutnya "saya merokok karena ideologi."

Semoga pemerintah lebih memperhatikan lagi sektor industri ini tidak saja dalam memungut cukainya saja tetapi membangun industrinya terutama yang mini bahkan mikro untuk terus hidup, bisa berkembang dan maju yang nantinya sanggup menghadang bahkan melawan serbuan raksasa tembakau internasional yang mempunyai dana super kuat berikut lobi lobinya itu...semoga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!