IHWAL MAKANAN

"YOU ARE WHAT YOU EAT"

Frasa ini konon sampai ke para pemerhati dan ahli diceritakan melalui rute yang cukup berliku dan panjang dalam kurun waktu yang lama.

Ditulis pertama kali oleh Anthelme Brillat-Savarin dalam Physiologie du Gout, ou Meditations de Gastronomie Transcendante tahun 1826:
yang telah dialih bahasakan ke dalam baha Inggris "Tell me what you eat and I will tell you what you are"

Di dalam essay yang ditulis kemudian oleh Ludwig Andreas Feuerbach bertahun 1863 dengan titel Concerning Spiritualism and Materialism:
"Man is what He eats"

Sedemikian pentingkah makanan buat sang pemakannya?

Saat ini banyak orang sangat berhati hati dengan apa dan bagaimana mereka makan. Diet yang cukup ketat mereka lakukan demi untuk hidup yang lebih sehat dan berkualitas. Dan para nutritionist mengambil peran dengan banyak melakukan kajian kajian seputar makan dan bahan makanan.

Sekitar delapan ratusan tahun yang lalu hiduplah seorang sufi, filsuf, sastrawan besar yang bernama Maulana Jalaluddin Rumi, dalam kumpulan ceramahnya yang dibukukan  ~Fihi Ma Fihi~ bercerita:

Dikisahkan seorang Darwis memiliki seorang murid yang biasa mengemis untuknya. Suatu hari ia membawakan sepotong roti untuk sang darwis hasil dari meminta minta. Sang darwis pun menyantap roti itu, dan malam harinya ia mimpi basah. 

Keesokan harinya ia bertanya pada si murid, : "Dari mana kamu mendapatkan roti itu?”
Ia menjawab, : “Seorang wanita cantik memberikannya kepadaku secara cuma cuma”
Sang darwis berkata : “Demi Alloh aku tidak pernah mengalami mimpi basah selama dua puluh tahun. Ini pasti karena aku makan roti pemberian wanita itu”

Karenanya seorang darwis haruslah berhati hati dan tidak menyantap makanan sisa orang lain. Sebab keadaan seorang darwis teramat lembut sehingga sesuatu sekecil apapun akan berpengaruh kepada dirinya dan tampak dihadapannya seperti seberkas noda hitam yang tampak jelas di pakaian putih. Berbeda halnya dengan baju yang menjadi hitam karena kotor sehingga warna putihnya pun telah hilang. Di baju seperti itu bahkan kotoran dan bintik yang besarpun tidak akan tampak sama sekali.

Tak sepantasnya pula seorang darwis menyantap makanan sisa orang zalim, makanan yg tdk diketahui asal usulnya, dan makanan dari orang yg tenggelam dalam nikmat dunia material. Sebab makanan sisa orang orang seperti itu akan berpengaruh kepada sang darwis, seperti mimpi basahnya itu".

Dalam khazanah Jawa banyak cerita bahwa para penempuh jalan spiritual sangat berhati hati dalam menjaga makanan dan minumannya bahkan untuk yang halal sekalipun. Mereka meyakini jika sesuatu yg masuk ke dalam tubuhnya itu akan berdampak pada spiritualitasnya. Demi menjaga kebersihan dirinya itu diet yang mereka lakukan bisa sangat ekstrim untuk ukuran orang pada umumnya.

Dari obrolan ringan dengan karib saya Pak Sumarsono Setjodihardjo beliau bercerita..di Temanggung sana ada seorang pejalan spiritual yang biasa disebut sebagai Guru, yang menjalani laku puasa dengan tekun dan hanya setetes dua tetes air saja ketika beliau memberi asupan untuk tubuhnya..dalam kurun waktu yang cukup panjang, demi menjaga kebersihan dirinya.
Atau cerita lain tentang para vegetarian yang menghindari jenis makanan bernyawa untuk tujuan yang sama karena khawatir sifat "binatang" yang dimakannya itu akan mewujud atau mempengaruhi perilakunya.

Hari ini ihwal makanan, bagi kita bisa menjadi sesuatu yg sangat sulit untuk mendapatkan yang "berkualitas" dalam konteks untuk menjaga kesucian diri.

Cukup ironis, hidup di negeri mayoritas muslim dengan makanan berlimpah dan beragam namun ada potensi yang tidak kecil bahwa kita bisa tertipu, terjebak dan salah pilih hingga masuklah beragam jenis makanan yg tak layak konsumsi itu ke dalam tubuh kita. Karena terkadang memang begitu sulit mengiidentifikasi kehalalannya.
Masih hangat di ingatan ketika ditemukan beredar bakso dengan daging terlarang buat kita...bakso tikus, babi, anjing dll. Atau ayam "tiren" yg beberapa waktu lalu kedapatan dijual di pasaran.

Terakhir yang sangat penting dan "haram" untuk diremehkan...makanan immateri...asupan informasi..

Dalam era koneksi cepat internet saat ini tersedia berjuta bahkan mungkin bermilyar jenis makanan ini...makanan siap saji untuk pikiran kita yang variannya bisa sangat sulit untuk dipilah dan pilih...yang hadir hingga ke ruang ruang privat kita.

Luapan info antara yang benar dan tidak sedemikian tercampur dan berbaur.
Orang orang jahat dan orang baik bertarung berjibaku dengan segala kemampuannya untuk menyediakan menu menu istimewanya.
Lalu apakah al-khamr yang kita tenggak hingga mabuk dan meracau sepanjang hari...atau an-nahl sang madu yang baik dan menyehatkan yang kita reguk?

Mari kita sama sama selalu dan selalu berhati hati....

"YOU ARE WHAT YOU EAT"

"The food one eats has a bearing on what one's state of mind and health".

Ahh...apakah karena jerih...lalu berhayal menjalani hidup seperti sang Darwis...terasing dan terjauhkan dari segala informasi...hari hari ini tidaklah mungkin. Yang penting buat kita janganlah yang kita "kunyah" menjadikan kita hanyalah menular-sebarkan kisah tentang "mimpi basah" saja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!