Sang Teror Dari Khandaq (SecangkirKopiPahit~7)

Kepulan uap yang keluar dari secangkir kopi pahitku berangsur menipis pertanda derajad kepanasannya sudah bisa untuk mulai dicecap lidah. Meski begitu tetap saja tidak bisa glêkkk saat meminumnya, kalau tidak, apa pingin lidah berubah warna? Tetap saja hanya dengan seruputan kecil yang bersuarakan unik yang sulit dituliskan itulah cara yang pas untuk menikmatinya.

Dua kali seruputan yang telah aku buat mengalirkan rasa pahit namun ada energi semangat yang menggugah. Sesaat setelah cangkir kopi pahit itu aku taruh, terdengar gumamannya yang bernada tanya...

"Pernahkah kau dengar cerita tentang seorang yang digelari The Greatest Warrior of Arabia, seorang petarung hebat yang dinilai setara dengan seribu tentara? Yang kehadirannya bisa berarti maut bagi para seterunya?"

Sebelum aku sempat menjawabnya dia meneruskan gumamannya...

"Dialah 'Amr Ibn Abd Wudd. Sang teror yang kembali hadir di peperangan antara kaum muslimin yang dipimpin oleh Nabi Alloh SAW dengan kaum Quraysh penentang risalah kenabian yang dipimpin oleh Abu Sufyan. 
Sang petarung jempolan yang sanggup menciutkan semua nyali, dia hadir kembali di perang Khandaq atau perang Ahzab setelah absennya di medan laga Uhud karena cidera yang didapatnya pada perang Badar."

Perang Khandaq yang terjadi sekitar tahun ke 5 hijriah itu memang sebuah perang yang fenomenal. Kekuatan super besar yang berhasil digalang antara kaum Quraysh yang pagant dengan puak-puak yahudi di sekitaran tanah hijaz memberikan ancaman yang menggoncangkan dada-dada kaum muslimin. Ditopang pasukan berkuda dan onta yang berjumlah mencapai ratusan saat itu merupakan kekuatan yang dahsyat. Sementara jumlah pasukan kaum muslimin kurang dari sepertiganya.

Untuk menahan pasukan konfederasi yang berjumlah besar itu, digalilah parit yang lebar atas saran sahabat Salman Al Farisi yang disepakati oleh Nabi SAW. Alhasil pasukan musuh tertahan di seberang parit dan memaksa mereka untuk mendirikan kemah-kemahnya.

Dengan observasi yang teliti, sang teror 'Amr ibn Abd Wudd yang diiringi sepasukan pilihan akhirnya menemukan sebuah titik lemah yang dari situlah akhirnya mereka berhasil mencapai seberang parit. Yang sekaligus membuat kegetiran itupun harus segera dimulai.

Kegoncangan besar yang melanda itu telah membungkam dan membekukan nyali kaum muslimin. Keadaan kaum muslimin yang sedang dilanda ketercekaman dan ketakutan itu digambarkan di QS Al-Ahzab, 33:10-20.

Di hadapan kaum muslimin yang tengah dilanda kecemasan dan rasa takut yang menggigit urat dan sendi itu 'Amr Ibn Abd Wudd dengan jumawa meneriakkan kalimat tantangan untuk beradu tanding dengannya. Agar supaya ada seorang pilihan dari kaum muslimin sebagai lawan tandingnya yang sepadan. Ia berteriak sambil menyebut beberapa nama supaya maju menghadapinya.

Dua kali 'Amr Ibn Abd Wudd melontarkan tantangan dan dua kali pula Nabi menoleh kepada para sahabatnya sebagai isyarat untuk menerima tantangan itu bagi siapa saja yang bersedia demi membela agama Allah. Sebagaimana yang terjadi pada tantangan yang pertama itu, kali inipun Nabi tidak beroleh jawaban pasti dari seorangpun dari para sahabatnya melainkan seorang pemuda yang sama. Tetapi kembali Nabi memerintahkan kepada pemuda itu untuk duduk sebagaiamana sebelumnya.

Begitu kesalnya 'Amr Ibn Abd Wudd karena tidak kunjung ada wakil yang maju kehadapannya, tantangannya untuk kali yang ketiga disertai dengan ejekan yang sangat menghina dan menusuk hati kaum muslimin.
"Hey...bukankah katanya kalian ini membela agama Tuhan yang kalau kalian mati akan dimasukkan ke dalam surga yang di dalamnya penuh kenikmatan dan disediakan bidadari-bidadari? Lalu mengapa sekarang tidak ada diantara kalian yang berani menghadapiku?. 
Dan diantara gelaknya ia menambahkan...
"Mari...kemarilah biar aku antarkan kalian menuju surga yang dijanjikan itu secepatnya!"

Dan kembali Nabi mendapati para sahabatnya itu tetap tak satupun yang beranjak, mereka telah membeku menyatu bersama tanah yang didudukinya. Tak ada pilihan lain bagi beliau SAW kecuali mengijinkan pada pemuda itu untuk berhadapan dengan 'Amr Ibn Abd Wudd demi menjaga martabat dan kelangsungan agama yang sedang dibawanya.

Dengan kedua tangan beliau sendiri baju besi sebagai perlengkapan perang tanding dikenakan pada tubuh pemuda itu. Lalu, dengan pedang beliau di tangannya, pemuda itu maju ke depan dengan penuh keyakinan beroleh pertolongan dari Sang Maha Penolong yang telah mengutus Nabinya untuk menyongsong Sang Teror.

Disaat kedua ksatria itu tengah berhadap-hadapan, sebuah dialog yang sangat menarik terjadi diantara keduanya. Namun biarlah yang saya tuliskan di sini momen percakapan yang lain saja yang tak kalah menariknya, yaitu antara Nabi SAW dan salah seorang sahabat yang mendatangi beliau, ia berkata:
"Ya Rasulullah maafkan kami yang tidak ada keberanian menghadapi 'Amr karena kami tahu siapa 'Amr dan kami tahu kesudahannya bagi siapa saja yang berani menghadapinya...tidak ada hal lainnya lagi kecuali kebinasaan."

*di adaptasi dari berbagai sumber

[SecangkirKopiPahit]









Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!