Gulita Mata Merabun
Nak...
Pekat gulitanya malam ini
begitu dahsyat
Biru indahnya langit telah
terselimuti awan hitam nan kelam
Hingga bulan dan gemintang yang
tersebar menghias segala penjuru langit itu telah tersaput, tenggelam
tersembunyi
Lamat cahayanya pun sulit untuk
dikenali
Bukan saja oleh mata kita yang
mungkin saja sudah merabun
Mereka-mereka yang mendaku diri
awas dan waskita pun sama saja
Dan penantian fajar menyingsing
terasa begitu ngelangut
Kita tak sepenuhnya yakin apakah kini tengah berada di ujungnya atau malah di larutnya malam
Lilin-lilin yang kita nyalakan, meski beribu dan juta batang pun masih belum sanggup mengusiknya pergi
Bahkan obor-obor harapan itu
nasibnya sama saja
Kepekatannya telah menanarkan
segala mata
Dan senyatanya kita semua masih
belum sanggup mengenali wajah masing-masing
Sekalipun itu, topeng-topengnya
telah ditanggalkan
Tapi Nak..
Apakah ini hanya ilusi dan
fatamorgana ayahmu yang merabun ini saja
Sekali seleret lidah petir di
ufuk barat laut menyerupai sekilatan pedang itu kamu melihatnya juga?
Tak hanya itu saja Nak
Barisan bintang berjajar rapi
yang sekelabatan nampak itu kamu juga melihatnya?
Tidak?
Ah mungkin hanyalah ilusi
ayahmu saja
Komentar
Posting Komentar