API

Diceritakan, dahulu kala ketika orang membutuhkan api mereka harus kerja ekstra keras. Membenturkan dan menggesek-gesekkan batu-batuan yang keras hingga muncul percikan. Atau dengan tekun menggesekkan ranting-ranting kering hingga derajat kepanasannya mampu membakar ranting-ranting itu.

Lalu jaman berganti.
Orang terus berpikir dan beinovasi, dimana saat sekarang ini begitu mudahnya kita mencipta api. Berbagai cara telah ditemukan dan sudah pasti kita pun dengan kemudahan yang ada ini tidak pernah berpikir bahkan terlintaspun tidak, untuk mengulang apa yang pernah dilakukan orang-orang di jaman kuno-makuno itu.

Namun kini masih saja ada, bahkan banyak, cara-cara kuno seperti gesek, gosok, bentur itu tetap dilakukan orang.

Ranting-ranting kering berwujud rasa benci atau batu-batu keras berupa SARA masih mengasyikkan dan begitu merangsang untuk terus dilakukan.
Percayalah suatu saat ketika semua ukuran dan takarannya terpenuhi maka api-api yang hendak dicipta itu akan berwujud.

Apakah kita memang sedang benar-benar menginginkan api itu datang atau kita hanya sedikit lupa saja kalau kita sedang bermain-main dengan bahaya?

Saya berharapnya sih hanya faktor kelupaan saja dan karenanya masih ada waktu buat kita untuk berhenti. Menyudahi saja segala aktifitas itu secepat yang bisa kita lakukan, karena sang api yang akan terbentuk itu bisa menghanguskan semuanya tanpa sisa.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!