SAMPAH

Mendengarnya saja seringkali kita sudah merasa tidak nyaman. Kebayang tumpukan tak beraturan, onggokan berbau tak sedap menyengat dan sekitarannya yang jorok serta gambaran-gambaran buruk lainnya.

Sampah juga seringkali membawa pikiran langsung terhubung dengan aliran air di sungai yang terhambat. Tumpukan dengan jumlah yang sulit dipercaya, yang sering terlihat terjebak di pengatur debit air sungai atau di pintu-pintu air tidak saja sebagai sebab tidak lancarnya aliran air. Tetapi juga bukti perilaku buruk pemukim kota atau wilayah yang membuang sampah-sampahnya secara sembarangan.

Sikap ngasal dan tak mau repot nyari tempat sampah adalah contoh umum yang sangat mudah ditemui. Kesadaran menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan itu nyatanya belum tumbuh di masyarakat kita yang padahal, secara keseharian sebenarnya sudah melek informasi. Ironi?

Tetapi tentang sampah ini, ada yang lebih ironi lagi. Yaitu ketika "sampah" itu ternyata ikut dalam aliran informasi media sosial. Setiap saat mengalir hanyut dan dihanyutkan oleh penggunanya sendiri, oleh para kita. Seandainya berbentuk fisikal mungkin saja jumlah tonase-nya tidak kalah sama sampah DKI yang ber-truk-truk itu. Yang pengentasannya makan waktu yang panjang, tenaga dan ongkos yang tak sedikit.

Sampah fisik yang sudah terbukti punya kontribusi pada banjir dan efek buruk lain itu tidak menggentarkan kita, tidak membuat kita untuk berhati-hati dan memperlakukan sampah informasi dengan bijak. Memang ada kesulitan tersendiri untuk memastikan sampah atau bukannya, karena kamuflase-nya yang apik, berbungkus kemasan indah yang menjebak.

Namun sesulit apapun itu, bukanlah alasan untuk tidak selektif, bukanlah alasan untuk asal memasukkan ke akal pikiran lalu ikutan menghanyutkannya di kanal-kanal media sosial. Kalau keterusan gegabahnya, pertanyaannya:
Apakah tidak menyadari kalau sampah jenis ini juga punya efek tidak kalah jeleknya dengan sampah fisik?
Apa ngga takut mampet saluran pikiran kita hingga berakibat keluarnya tindakan buruk bahkan anarki tersebab membusuknya sampah di akal pikiran?

Semoga saja kita ada waktu dan punya kemampuan untuk mengentaskan sampah yang mampet di akal pikiran kita.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!