AHY, Jangan Cintai Aku Apa Adanya

Tulus, mempunyai sebuah lagu yang menarik tentang cinta mencinta. Permintaan cintanya non mainstream saya kira, karena biasanya, seseorang minta dicintai oleh kekasihnya itu apa adanya. Berharap sang kekasih mengerti keadaannya. Apapun dia, seperti apapun dia, sang kekasih diharap menerima. 

Kalau dicermati memang ungkapan yang sudah jamak itu seperti ada nada pesimis, atau seperti semacam disclaimer yang sekiranya nanti tidak sesuai harapan ya supaya mengertilah, khan sudah dibilang cintai aku apa adanya!

Nah, mas Tulus memberontaknya dengan ungkapan Jangan cintai aku apa adanya. Meminta pada kekasihnya untuk menuntut lebih, yang dengannya bisa membawa kemajuan. Tidak pasrah pada keadaan saat sekarang. Ini mengesankan ada rasa percaya diri dan optimisme yang tinggi. Tuntutan yang diminta itu akan dijadikan sebagai pemicu semangat dan tantangan, biar tidak omes.

Pada dies natalis Partai Biru di Jakarta tempo hari, AHY menyempatkan diri memberi sambutan pada akhir-akhir acara. Pidatonya cukup singkat dan cukup menarik, yang cuplikan sebagiannya:

"Insya Allah kami berdua akan berjuang sekuat tenaga. Malam hari ini menjadi semangat baru yang semakin membulatkan tekad bagi kami berdua untuk memenangkan Pilgub Jakarta. Jakarta butuh kepemimpinan yang baru, pemimpin yang benar-benar mencintai rakyat apa adanya." 

Mungkin mas AHY sukanya lagu-lagu dari sang pencipta Kuyakin Kan Sampai Disana dan tidak suka lagu-lagunya Tulus sih. 
Ah andai saja mas AHY suka lagunya Tulus itu, mungkin tekad dalam pidatonya dalam mencintai rakyat tidak begitu. Karena jadinya berkesan agak negatif, seperti akan membiarkan rakyat Jakarta ya seperti apa adanya. Kalaupun tinggalnya di bantaran sungai, "Aku mencintai kalian apa adanya, aku mengerti...kalau mau terus tinggal di situ...yo wees". 

Ah tapi saya kira ngga ya...pasti ada solusi ya mas. Apa...ngapung? Terserah mas ajalah. Selamat berjuang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!