Entar Repotnya Sendiri lho?!

Lini massa menjelang pil-pil an seperti sekarang ini ramenya bukan alang kepalang. Penuh dengan saling hujat antar pendukung bahkan fitnah dan hal-hal negatif lainnya. Terutama pil yang di Ibukota, seluruh anak negeri ikut terlibat. Memang luar biasa gemanya, seantero negeri.

Kegaduhan itu memunculkan tokoh-tokohnya, yang mempunyai pengikut sedemikian besar, bejibun, dengan variasi latar belakang sosial ekonominya yang juga ngejomplang. Dari ekonomi kuat dan biasa-biasa (masa ekonomi lemah mainan medsos, mending untuk beli beras toh?), dari yang sekolahnya biasa-biasa juga sampe yang S-nya ngga tahu tuh ada berapa.

Tokoh atau yang ditokohkan itu juga seperti keracunan atau mabuk ya tepatnya, semakin status yang dibuatnya di-like n share yang catatan statistiknya mencengangkan, bahkan mungkin bagi yang bikin status itu sendiri, semakin merangsang untuk membuat lebih seru lagi dan lagi. Bentuk sanjungan berupa like n share sudah menjadi semacam candu atau zat addiktif jenis baru?

Yang rada mengkhawatirkan adalah rangsangan itu menyeret langkah kepada ketidak benaran warta yang dikabarkan. Kejadian disana diceritakan disini, foto atau gambar tentang kejadian dimana dibilang dimini, tentang apa jadi tentang ipi. Ruwet khan. Mereka (seperti) bisa melupakan kaidah baku yang mesti ditaati.

"Kekritisannya" terkadang terkesan serampangan dan semakin dianggap berani semakin dada-dada itu membusung. Aku sih takut meledug aja, khan pasti sakit itu.

Seniman mas plontos itu sekarang seperti tercekat dikerongkongan saja suaranya, semenjak punya "urusan" ama pak wajib. Padahal sebelumnya suaranya pedas banget, seperti lombok jempling kata orang di kampungku untuk menyebut cabe rawit. Atau pedesnya mengalahkan karet gelang yang rangkap-rangkap itu.

Nah apakah masih menunggu suatu saat yang terpenuhi semua unsur sehingga tokoh dan yang ditokohkan di medsos itu mengikuti jejak mas plontos? Sepertinya asik ditunggu juga.

Hiburan masih akan tetap menarik entah sampai kapan. Hanya pesannya...mas dan mbak tokoh, berhati-hatilah. Janganlah sampeyan terkena karma, karena yang bejibun yang sampeyan miliki itu ngga akan bisa berbuat banyak. Palingan demo dukungan dan sampeyan akhirnya repot sendirian menghadapinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!