Fenomena Gunung Es

Iceberg phenomenon atau fenomena gunung es ini sering digunakan orang untuk menggambarkan bahwa apa yang terlihat di permukaan itu tidak selalu menggambarkan yang sebenarnya, bahkan bisa menipu pandangan.

Pucuk gunung es yang mencuat ke permukaan air laut terlihat hanyalah sebuah bongkah runcing dari es saja padahal yang tertutupi air bisa sangat besar dan melebar bahkan sudah sedemikian dekat jaraknya dengan tempat dimana kita melihat pucuknya itu. Karena hal itulah para pelaut selalu sangat berhati-hati dengan fenomena ini.

Di dunia orang pabrikan (buruh pabrik mode on) fenomena gunung es atau piramida es sangat populer dipakai ketika menjelaskan tentang safety. Sebuah kecelakaan kerja yang terjadi itu tidak serta merta saja kejadiannya, ianya tentu didahului oleh banyak faktor pendukung yang tak terlihat atau tak disadari atau bahkan diabaikan. Substandar kondisi dan substandar aksi menjadi bagian yang penting itu. Tidak menjadikan hal yang penting adanya beberapa faktor substandar yang ada itu ibarat sedang menanti celaka saja. Begitulah simpelnya.

Dalam situasi dan kondisi yang lain penerapan fenomena ini mestinya dipakai juga karena sudah barang tentu dalam bidang apapun fenomena gunung es ini senyatanya ada.

Ketika memutuskan menjadi pengamat politik dadakan di medsos, seperti yang lagi trend saat ini, pengamatan tidak bisa hanya dari fakta-fakta yang muncul di permukaan saja. Lalu membuat semacam kesimpulan dan mengumbarnya kemana-mana. Keharusan menggali info secara mendalam baik faktor langsung maupun tidak langsung terhadap permasalahannya harus ditanamkan di benak. Dan kalau mengaku sebagai seorang yang intelek, terpelajar, maka sikap adil sudah harus ada sejak dalam pikiran (mengutip dari tetraloginya ohm Pram)

Ini tentu dimaksudkan agar apa yang dikemukakan bukanlah opini yang boro-boro mencerahkan, malahan membuat tambah kusutnya persoalan. Yang harus kudu diingat bahwa pengguna medsos itu variatif banget. Dan kalau yang diinginkan hanyalah tentang perbaikan dan kebaikan tentu banyak pertimbangan akan konten menjadi hal yang wajib diperhatikan.

Seruan-seruan emosional yang bersifat destruktif musti dibuang. Narasi yang mengandung kebencian selayaknya dihindari dan paham betul beda antara kritik dan hujat. Menahan diri untuk tidak menambah-nambah masalah pastinya hal yang harus terus dilakukan.

Membuat orang lain yang membacanya menjadi memahami dengan benar permasalahannya menjadi bukti intelektualitas seseorang dan saya kira itu suatu bentuk amal jariyah, yang diyakini akan mengalir pahala dan manfaat buat yang beramal tanpa terputus waktu.

Nah mari kita menjadi "pelaut-pelaut" yang tidak pernah abai ketika mendapati pucuk-pucuk es yang nampak di depan mata kita yang bertebaran di mana-mana. Dan yakin kita bisa. InsyaAllah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!