Stop (Teriak) Kriminalisasi!

Sekarang tendensinya semakin banyak orang yang gemar menyebut kata kriminalisasi, ketika ada penceramah misalnya ditangkap aparat karena isi ceramahnya atau tersebab sepak terjangnya selama ini. Atau juga ketika ada tokoh masyarakat yang tiba-tiba terlilit dalam kasus. 

Tuduhan terhadap aparat penegak hukum (baca:pemerintah) sedang mengkriminalkan mereka segera saja ramai diperbincangkan. Terlebih jika kasus-kasus itu menyambangi orang-orang yang sepemahaman atau berasal dari kubu yang sama. Atau paling tidak jika orang-orang itu adalah orang yang ditokohkannya. Terkadang terlihat seperti hendak menafikan esensi dari kasusnya itu sendiri. Sikap pembelaan yang berlebuhan bisa berujung pada ketidak fair-an.

Pak Todung Mulya Lubis, seorang pakar hukum yang disegani banyak kalangan, di akun twitter-nya mecuitkan tentang kriminalisasi ini. Katanya:

"Kriminalisasi adalah terminologi untuk pemaksaan proses pidana terhadap seseorang yang tak ada indikasi tindak pidana".

"Seseorang yang diduga kuat melakukan tindak pidana dan disidik oleh kepolisian, kejaksaan atau KPK, maka itu bukan kriminalisasi".

Kedua cuitan itu saya kira clear sekali. 

Nah menjadi tidak elok jika belum apa-apa, belum ada kepastian hukumnya lalu kita bersegera meneriakkan telah terjadi adanya kriminalisasi hanya lantaran orang yang diduga terkena "masalah" berada pada pihak kita. Mempersilahkan para penyidik dan lalu persidangan untuk mengungkapnya, yang darinya kita bisa memastikan ada-tidaknya kriminalisasi saya kira lebih afdol. Tentu yang harus dipersiapkan adalah sikap untuk bisa dan mau menerima fakta jika tuduhan yang telah dlontarkan itu ternyata termentahkan dan keliru. Dalam hal ini penyidik bisa membeberkan semua fakta-fakta pendukungnya.

Namun ada pertanyaan yang mengganjal...

"Apakah menuduh para penegak hukum melakukan tindakan kriminalisasi itu bisa dibenarkan?"

"Apakah hal yang demikian ini tidak ada konsekuensi hukumnya?" 

(Karena yang demikian ini berpotensi menghasut dan memprovokasi orang untuk membenci juga pada akhirnya)




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!