Benarkah Pak Amien (Masih) Sekokoh dan Setegar Karang?

Ketokohan beliau ini, Pak Amien Rais, pada masa-masa akhir pemerintahan orde baru sangat fenomenal. Beliau adalah penggerak utama dan garda terdepan dari gerbong reformasi yang tengah digulirkan. Bersama tokoh-tokoh nasional lainnya dengan dukungan penuh dari mahasiswa, beliau terus bergerak hingga pada jatuhnya kekuasaan yang begitu lama memegang kendali negara. Siapa yang bisa menyangkalnya?

Jika bukan karena sesuatu hal, yang ditesiskan oleh beberapa tokoh, maka beliau sangat potensial bisa menjadi presiden berikutnya. Tetapi sayang hal itu tidak terjadi karena beliau memilih jalur konstitusional yang lalu teknokrat yang terkenal juga dengan sebutan Mr. Crack lah yang akhirnya meneruskan pemerintahan yang disebut sebagai pemerintahan transisi untuk segera menyiapkan pemilu yang jurdil. 

Tentang pemilu dan "produk" yang dihasilkannya kiranya juga tidak bisa lepas dari upaya yang dilakukan pak AR. Masih jelas diingatan dimana PDIP selaku pemenang pemilu saat itu tidak berkutik untuk memenangkan kursi presiden buat bu Mega karena adanya aksi poros tengah kreasinya. Jakarta sempat "geger" sejenak, massa bu Mega uring-uringan. Tentang ini, belakangan Gus Dur pernah berseloroh bahwa naiknya beliau ke kursi itu hanyalah bermodal dengkul, itupun dengkulnya mas Amien. Lalu tentang jatuhnya GD dari kursi? Barangkali saja beliau berdua saat itu beradu "dengkul" juga...heheh.

Kembali ke pak AR, ketokohan beliau yang luar biasa itu masih terasa hingga kini terutama bagi simpatisan dan loyalis pak AR, walau tidak sedikit pula yang berseberangan dengan sepak terjang beliau beberapa tahun belakangan ini.

Penyebutan nama beliau oleh Jaksa penuntut umum KPK terkait adanya dugaan aliran dana ke rekening beliau pada persidangan kasus dugaan korupsi pengadaan Alkes yang terjadi pada kementerian kesehatan tempo hari, serta merta mengagetkan banyak pihak dan kalangan. Berbagai tanggapan sekaitan dengan masalah itu begitu banyak diberitakan oleh berbagai media. Silang pendapat terus terjadi.

Pihak yang mendukung beliau bahkan sempat memberikan sinyalemen bahwa penyebutan nama ini sebagai salah satu bentuk upaya pembunuhan karakter dan ajang balas dendam oleh lawan politiknya atau pihak yang berseberangan dengan beliau yang sudah gerah karena aktifitas yang pak AR lakukan. Walaupun cerita tentang penyebutan nama pada persidangan adalah hal yang lumrah. Banyak contoh nama yang muncul pada persidangan tetapi belum tentu nama-nama itu bersalah dan diproses lebih lanjut. Pak Machfud MD mengatakan hal demikian ketika menjawab pertanyaan wartawan.

Nah siapakah pihak yang disebut berseberangan dan sedang gerah ini?

Ada pengamat politik yang membuat sebuah ibarat, pak AR itu laksana karang yang kokoh dan kuat. Upaya "penjatuhan nama" beliau ibarat pukat harimau atau trawl yang ditarik oleh kapal penguasa dan tersangkut pada karang tersebut yang bisa berakibat pada robeknya pukat itu atau kemungkinan olengnya bahkan tenggelamnya sang kapal.

Menarik untuk terus diikuti lanjutan kasus ini apalagi beberapa manuver dari pak AR dan juga pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan para kader PAN dan pendukungnya telah pula dilakukan -termasuk kedatangan beliau ke DPR setelah sebelumnya ditolak untuk menemui pimpinan KPK- untuk memberikan dukungan dan penguatan hak angket KPK yang sedang digalang anggota dewan. Terlepas adanya kontroversial dari hak angket itu sendiri terkait dengan keabsahannya jika merujuk pada undang-undang MD3 seperti yang dimuat di kompas ini. Terlebih lagi pak AR membuat pernyataan bahwa ada bau-bau busuk di lembaga penegak hukum tersebut.

Apakah benar pak AR (masih) sekokoh dan sekuat karang seperti yang telah kita kenal? Pada waktunya nanti kelanjutan dari persidangan yang digelar KPK akan memberikan jawabannya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!