Pluralisme si AFI, Apa Yang Salah?
Saya kira riuh rendahnya orang
berbalas tanggapan, komentar, penilaian bahkan penghakiman dengan pemberian
label-label yang ngeri-ngeri sedap terhadap AFI Nihaya Faradisa dan
"kasus"nya itu cepat berakhir. Ternyata saya keliru. Sepertinya ini
masih akan panjang, terlebih ada pihak yang berpikiran dan menghubungkan isu ini
dengan "kepentingan" yang lain. "AFI hanyalah sosok
remaja yang telah dengan tega "dikorbankan" oleh
"tangan-tangan" besar nan jahat". Apakah statement ini
benar saya tidak tahu, dan mungkin menunggu saja sang waktu yang akan
membuktikan benar-tidaknya.
Dalam sebuah tulisan yang dimuat pada sebuah portal, penulisnya mengatakan tentang bahayanya pemikiran si Afi dan orang-orang sejenisnya. Salah satu dari beberapa hal yang dikhawatirkan itu adalah tentang pemikiran atau sikap pluralis-nya.
Apa sih pluralisme itu?
Mari kita lihat di kamus...
Pluralisme menurut
KBBI
pluralisme/plu·ra·lis·me/ n keadaan masyarakat yang majemuk (bersangkutan
dengan sistem sosial dan politiknya)
Nah jika demikian halnya -dan jika kita juga sepakat bahwa kbbi adalah rujukan yang kredibel dan otoritatif di negeri ini- lalu apa yang salah jika ada orang yang mempunyai pemikiran pluralis?
Dalam bingkai negeri kita yang memang dihuni berbagai macam suku, bahasa, budaya, adat istiadat, agama dan keyakinan/kepercayaan, saya kira berpikir secara plural/beragam adalah semacam keniscayaan.
Menyadari bahwa kita beragam dan merawat kerukunannya hanya bisa dilakukan dengan cara saling menghormati adalah sebuah keharusan. Segala bentuk pemaksaan "kebenaran" pada orang atau kelompok lain, dalam hal apapun, yang maunya hanya berdasar pada tafsirnya sendiri ataupun kelompoknya tentu tidak bisa dan tidak boleh dilakukan. Karena pasti akan menimbulkan cekcok dan perpecahan saja.
Lalu ketika mendapati orang sibuk menghakimi dan menimpakan makian bahkan laknat pada orang lain yang mempunyai pemikiran dan pendapat yang berbeda, ini hal yang bagi saya mengherankan. Kita yang telah merasa terdidik dan dewasa pun bisa sangat tidak adil dalam menilai. Bahkan terkadang, seperti yang sering disindir oleh banyak orang, kita malah sering telah mengambil porsinya Tuhan.
Pembusukan atau pembunuhan karakter, kata yang juga sering dilontarkan ketika membela kepentingan diri atau kelompoknya, saat inipun dilakukan juga kepada remaja belia ini. Kasihan betul si gadis ini, dia sedang menghadapi tekanan yang luar biasa. Hujatan yang sudah kelewat berat dan penuh rasa tega dari orang-orang yang sudah "matang".
Pertanyaannya, Sampai kapan ini akan berakhir? Sampai kita puas melihat dia menderita dan hilang semangat hidupnya lalu stress? Semoga saja Afi sanggup melewati masa-masa sulitnya ini.
Tentang kekhawatiran terhadap pluralisme, saya hanya menduga, mengapa banyak orang sangat alergi terhadapnya, barangkali saja arti kata pluralisme yang dipahami secara umum itu telah bergeser kearah makna yang lebih sempit. Telah jauh menyimpang dari definisi kbbi di atas itu. Pluralisme telah berubah hanya pada ranah keagamaan, sebuah sikap atau pemikiran bahwa semua agama itu baik dan benar yang ditentang keras oleh kalangan tertentu.
Tapi memang benar khan bahwa semua agama itu baik dan benar...menurut pemeluknya masing-masing?
Komentar
Posting Komentar