Ibu Nan Cantik Di Kerumunan Anak-anak Durhaka

Pesona Ibu muda itu sungguh teramat menarik. Sudahlah Elok parasnya, teramat berharta pula.

Bisa dipastikan tak bakal ada satupun lelaki yang tidak tertarik kepadanya. Karena, jangankan lelaki, para wanitanya pun sedemikian mengagumi dan menyenanginya.
Apa saja yang ada padanya selalu mengundang decak kagum siapapun yang melihatnya hingga tak satupun kecacatan yang bisa ditemukan daripadanya.

Banyak para lelaki hidung belang dari yang perlente hingga yang nyaris bangkrut atau mungkin sudah menjelang kere itu berebut memperoleh perhatiannya. Mereka berebut ingin mendapatkan kesempatan menyunting Ibu muda itu dengan segala resikonya. Adu jotos bahkan hingga bertaruh nyawa sekalipun (yang penting bukan nyawanya sendiri) akan mereka lakukan.

Dan paduan antara kecantikan-kekayaan yang demikian luar biasa itu, pada satu sisi adalah anugerah dan karunia besar dari Tuhan Yang Maha Memberi, namun pada sisi yang lain menjadi musibah pula baginya.

Amat disayangkan memang, 'takdir' bahwa disamping Ibu itu memiliki anak-anak yang berbakti padanya, dia memiliki pula anak-anak yang durhaka.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Barangkali peribahasa ini yang paling tepat untuk menggambarkan nasib buruk yang selanjutnya mendera hidup si Ibu.

Anak-anaknya berseteru satu sama lain. Mereka bersitegang dan bertengkar hebat membela apa yang benar menurut pertimbangan mereka masing-masing.
Si Ibu tidak pernah mengerti dengan pasti apa yang anak-anaknya sedang pertengkarkan itu. Hanya saja malapetaka hebat yang mendera dan menghimpitnya itu sudah dimulai ketika anak-anaknya yang durhakalah yang akhirnya memenangkan pertarungan.

Sungguh malang nasib si Ibu, yang karena kedurhakaan anaknya itu Ia jatuh pada suntingan dan pelukan lelaki hidung belang bertampang perlente berjas mewah namun sifat dan kelakuannya tak lebih dari sekedar gembel yang tengah kerasukan. Ia amatlah rakus yang kerakusannya itu melampaui batas kewajaran dan kewarasan akal. Ia telah dengan semena-mena memanfaatkan seluruh keelokan si Ibu dan menguras hampir seluruh harta bendanya.

Berbagai perhiasan emas dan perak yang dimiliki si Ibu itu dijarahnya. Perabotan-perabotan yang terbuat dari berbagai jenis logam yang hampir memenuhi seluruh ruangan rumah itu diangkutnya keluar satu demi satu. Sementara sang anak durhakanya terlena dan berleha entah sedang menikmati apa. Barangkali sebotol whisky bermerek dan sekotak cerutu kuba? atau sabu? atau malahan sekedar candu lokal saja?.

Ditengah deritanya itu, si Ibu menjadi tahu bahwa pertengkaran hebat tempo hari diantara anak-anaknya itu adalah tentang digadaikannya dirinya dengan lelaki hidung belang perlente ini.

Ditengah deritanya pula Si Ibu terus berteriak memanggil-manggil anak-anak berbaktinya yang tersingkir-jauh-kan dari kerumunan sang anak-anak durhaka.
"Ayolah anak-anak berbaktiku selamatkan Aku, Ibu pertiwimu. Tak ada kata terlambat untuk sebuah perbaikan dan kebaikan!"


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!