DENGAN CINTA (1)

What is the difference between I like you and I love you?

It was beautifully answered by Buddha:

"When you like a flower you just pluck it. But when you love a flower you water it daily. One who understands this, understands life".


Quote yang bagi saya menarik itu saya baca di screen saver-nya seorang kawan yang bukan penganut Budhisme. Ia berkebangsaan India yang lahir, hidup dan tumbuh dalam keluarga dan lingkungan yang beragama Hindhu.

Sebagaimana riwayat hidup dia, saya telah di-Muslim-kan semenjak pertama kali saya menghirup udara luar dan bernafas dengan paru-paru sendiri. Saya tumbuh dan berkembang dalam asuhan keluarga dan pengaruh lingkungan sekitar yang mayoritasnya berlatar belakang Islam bercorak Muhammadiyah.


Kami agaknya mempunyai cara pandang yang boleh jadi sama dalam memaknai nasihat atau kata-kata bijak sarat makna dan pelajaran. Ingin terus berupaya memahami esensi dari kata-kata itu tanpa harus menyempitkan diri pada lingkup yang exclusive. 

(Kita tentu mafhum bahwa exclusivisme itu bisa berlatarkan apa saja. Boleh jadi atas dasar (pilihan) politik, kepercayaan atau agama yang dianut dan lain sebagainya). 


Bagi saya, kebijaksanaan itu bisa datang dari mana saja dan dari siapa saja tak terbatasi oleh suku, ras, politik, status sosial, budaya bahkan agama dan kepercayaannya. Kebijaksanaan itu bisa tergali dan lalu terbentuk oleh karena proses panjang yang telah dilalui seseorang. 

Boleh jadi terbentuknya itu oleh karena melakukan pelancongan yang jauh dan bertemu banyak suku bangsa yang memiliki karakter, adat istiadat dan budaya yang berbeda-beda. Pergaulan yang luas dengan berbagai macam kalangan dan profesi sehingga beroleh pengetahuan dan pengalaman yang ber-spektrum luas.

Atau bisa dari proses literasi yang memadai, pembacaan literatur yang cukup, pembacaan yang benar pada ayat-ayat Allah baik yang tersurat maupun yang tersirat di seantero alam raya. Dan proses-proses panjang lainnya yang akan sangat banyak untuk bisa diperinci satu demi satu.

Kebijaksanaan tentu sangat berbeda dengan kebijakan yang bisa dibaca dalam konteks tata aturan atau hukum, dimana hal demikian itu memang harus berasal dari orang atau institusi yang mempunyai otoritas dan kewenangan dalam penetapannya. Sebagai contoh, ada Undang-undang yang dibuat oleh Legislator, ada Peraturan Pemerintah, ada Per-Pres, ada Per-Men dan lain-lainnya. Kalau ditajamkan lagi, dalam Agama (Islam) ada Syariat yang hanya bisa ditetapkan oleh Allah, Rasul dan Ulil Amri. Jadi mestilah dibedakan antara dua kata itu dan menempatkannya secara tepat. 


Kembali ke tema di atas, bahwa hanya dengan cinta dan kasih sayang-lah maka ketentraman, harmonisme dalam hidup dan kehidupan itu akan bisa dijaga dan dirawat. Dengan cinta dan kasih tentu tidak akan ada bentrokan antar sesama manusia atas dasar kepentingan yang sempit belaka. Jika masih terus terjadi dan terjadi lagi, bisa dipastikan bahwa rasa itu telah luntur dan larut dalam egoisme-nya masing-masing

Bahkan dengan cinta kasih itu pula alam raya dan segala isinya ini akan menjadi lebih asri dan indah. Terjalinnya hubungan yang baik antara sesama makhluk ciptaan Allah-lah yang akan sanggup menghilangkan hal-hal buruk seperti pencemaran lingkungan, penggundulan hutan, penambangan semena-mena, perburuan hewan secara liar, pemakaian obat dan pestisida yang berlebihan dan lain sebagainya yang kesemuanya itu wujud tidak ramahnya kita terhadap lingkungan hidup kita sendiri. Maka tidaklah berlebihan jika Sang Buddha sebagai kalimat penutupnya dalam quote itu mengatakan :

“One who understands this, understands life”

“Siapapun yang memahami ini, memahami kehidupan”. 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!