LABIRIN

Sempit menghimpit, berputar dan melingkar-lingkar. Namun seakan telah menjadi kodrat alam bahwa jalur-jalur yang sedemikian itu mestilah pula dilalui, sesekali ataupun malah berkali-kali, suka ataupun tidak. 

Apakah tidak ada jalan-jalan yang lempang yang bisa dipilih? 

Tentu saja ada dan pilihan itu tidak sedikit sebenarnya. Tetapi ada banyak sekali faktor penyebab -utama dan turunan-turunannya- yang membawa serta akibat yang boleh jadi berturutan bertubi-tubi, seolah beranak pinak. Adalah hukum kausalitas yang kemudian bekerja mengikuti suatu keputusan yang diambil. 

Ketidak tepatan -bahasa halusnya dari kesalahan- dalam mengambil keputusan-lah yang acapkali membawa pada lorong-lorong sempit itu. Yang tebusannya tidak jarang memerlukan usaha yang luar biasa besar untuk bisa keluar darinya. Ada banyak peluh, keluh serta air mata yang tertumpah dan tentu saja sekian dan sekian nominal mata uang.

Meskipun pepatah telah menyindiri dengan ungkapannya yang sangat populer tentang keledai itu, tapi senyatanya masih ada saja kegoblokan yang terbawa hingga lagi-lagi masuk pada labirin yang pengap menyesakkan nafas bagai terkena asthma.

Tapi begini, adakah labirin itu juga bagian dari perubahan jaman dengan segala pergeseran nilai-nilai serta penyimpangan-penyimpangan keinginan dan perilaku?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!