Senja Nan Eksotis

Ketika saya diminta untuk menjelaskan makna dari sebuah kata, kerap kali saya merujuk pada KBBI daring atau bahkan mencoba konfirmasi ke Meriam Webster Dictionary jika kata itu kata serapan dari English. 
Namun untuk kata eksotis saya tidak melakukan kebiasaan itu, melainkan hanya mengatakan pada si penanya “Pergilah ke suatu tempat dimana kamu bisa saksikan matahari dengan sinarnya yang telah kehilangan sama sekali kegarangannya. Di sana kamu akan mengerti apa itu eksotis.”

Di saat sinar matahari telah membentuk sudut lancip dengan bilangan derajatnya kurang dari 30 terhadap bidang datar bumi, di situlah kegarangan sinarnya mulai melemah yang lalu menyuguhkan keindahan panorama dengan semburat merah jingganya nan menawan ketika sudut itu semakin mengecil.
Para pelukis berbantukan cahaya sangat menyukai suasana dan momen-momen yang ikut terlibat di dalamnya lalu mengabadikannya dengan kamera dan segambreng perangkat pendukung lainnya.

Senja memang telah identik dengan nuansa yang sedemikian itu, seolah sebagai tebusan dari keganasan siang bolong yang terik, berpeluh, berkutat dengan segala aktivitas. Senja adalah beristirahat melepas lelah dan bercengkerama dengan orang-orang tercinta sambil menikmati berbagai keindahan yang tersuguhkan.

Kehidupan kita suatu saat akan menuju kesenjaan. Dan hanya senja nan eksotis itu yang selalu kita impikan, bukan senja nan muram berkabut dan bermendung hitam tebal yang akan menghapus segala pernak-pernik keindahan, menghalangi dan membatasi tatapan mata. kita.
Tentu senja nan eksotis itu harus dipersiapkan dan akan teramat sayang jika harus terlewatkan begitu saja tanpa pernah bisa menikmatinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!