Selamat Memilih Jendral!

Banyak yang percaya atau barangkali malah yakin jika saja Pak Prabowo berkesempatan menjadi orang nomor satu di negeri ini bisa membalikkan keadaan menjadi lebih baik. Negara dan bangsa ini bisa menjadi salah sebuah bagian yang disegani oleh negara dan bangsa lain.

Tentang bagaimananya nanti dan parameter awal apa yang bisa untuk menjustifikasi hal itu bukan lagi hal yang penting untuk diketahui dan dibicarakan. Ya bagi para pecinta dan pendukungnya pokok yakin saja. Bahwa beliau mempunyai segala hal yang dibutuhkan oleh negara dan bangsa ini. Titit...eh titik!

Keyakinan yang sedemikian tinggi dan menggebu itu bisa sangat merugikan bagi kedua belah pihak, jika pada kenyataannya nanti apa yang akan terjadi hanya setali tiga uang saja dengan yang sudah-sudah, alias meleset dari segala angan. Terutamanya untuk kepentingan beliau sendiri. Karena, kalau untuk kepentingan negara dan bangsa ini kiranya sudah terlalu biasa barangkali, memperoleh penggede belum seperti apa yang diidamkan.

Bagi beliau, nama harumnya saat ini bisa berubah menjadi aroma busuk dan akan menjadi sad ending bagi beliau mengingat saat ini usia beliau sudah tidak muda lagi sehingga barangkali sudah tidak cukup waktu untuk memperbaiki namanya lagi jika hal buruk terjadi. Memang sih kita tidak pernah tahu umur orang, akan berapa lama lagi akan menjalani hidup ini. Tapi satu hal yang perlu menjadi pertimbangan adalah memperbaiki reputasi dan citra itu bukan perkara mudah, ianya butuh waktu yang sangat lama. Apalagi saat ini Pak Jokowi telah banyak melakukan hal baik untuk negeri walaupun banyak juga yang menutup mata dan berusaha tidak mengakuinya.
Prestasi presiden saat ini akan menjadi tambahan beban bagi siapa saja yang akan menjadi suksesornya kelak.

Apa? Prestasi? Prestasi bengkaknya hutang ya?!

Ah..tentang membengkaknya hutang saat ini sebenarnya bisa lebih fair jika kita mau melihat peningkatan hutang versus masiv-nya pembangunan infra struktur saat ini. Lalu membandingkan dengan peningkatan hutang masa lalu dengan hasil pembangunannya saat itu.
Jika ternyata peningkatan hutang saat ini lebih ada hasil positif yang bisa dilihat dibanding masa lalu, saya kira bukanlah soal karena artinya, hutang yang dilakukan saat ini adalah hutang yang bersifat produktif. Lain halnya jika hutang terus menumpuk tetapi tidak ada perubahan signifikan yang bisa diwujudkan darinya. Nah sebelum kelewat kritis nan lebay dan berlebihan tentang hutang itu, ada baiknya untuk menengok kembali, agar kita bisa adil dalam menilainya. Selamat berhitung deh!

Nah untuk semua itu, kalau dalam pikiran saya, kiranya akan lebih afdhal jika Pak Prabowo tidak berjudi lagi untuk tahun 2019. Karena tetap ada dua kemungkinan yang bisa terjadi.

Pertama, jika kalah lagi pada helatan besar itu maka tertawaan dan cemoohan plus gunjingan serta cap capres seumur hidup akan melekat pada beliau...khan pasti ngga enak!

Kedua, jika menang pun dan menjadi presiden beneran seperti yang selalu dicita-citakan, maka beban super berat sudah menantinya di depan mata. Memilih dan menyusun kabinet hebat dengan orang-orang pilihan yang bersih dan berkomitmen kuat untuk kemajuan bangsa dan negara, bebas dari kepentingan pribadi dan kelompok adalah hal terberat yang pertama kali harus dilakukan. Dan ini sangat-sangat tidak mudah bahkan sudah seperti mission impossible saja.
Berikutnya, menuntaskan segala hal yang sudah membebani negara dalam jangka waktu yang amat panjang, berpuluh-puluh tahun sudah.

Makanya, menjadi seorang negarawan di belakang layar, yang menurut kata mantan mertunya adalah Madeg Pandhito, adalah menjadi pilihan terbaik saya kira. Tetapi lagi-lagi itu pilihan sih, seperti kata para bijak bahwa hidup adalah pilihan dan itu terserah bagaimana kita saja.

Selamat memilih Jendral!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolo Dupak...Apakah Sebutan ini Untuk Kita Juga?

Immigrant Song

Ini Dadaku Mana Dadamu?!